Senin, 09 Desember 2013

Paulus dan Karyanya



Paulus dari Tarsus (awalnya bernama Saulus dari Tarsus) atau Rasul Paulus, (3 Masehi–67 Masehi) diakui sebagai tokoh penting dalam penyebaran dan perumusan ajaran kekristenan yang bersumberkan dari pengajaran Yesus Kristus. Paulus memperkenalkan diri melalui kumpulan surat-suratnya dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen sebagai seorang Yahudi dari suku Benyamin,[4] yang berkebudayaan Yunani (helenis) dan warga negara Romawi. Ia lahir di kota Tarsus tanah Kilikia (sekarang di Turki), dibesarkan di Yerusalem dan dididik dengan teliti di bawah pimpinanGamaliel.[5] Pada masa mudanya, ia hidup sebagai seorang Farisi menurut mazhab yang paling keras dalam agama Yahudi.[6] Mulanya ia seorang penganiaya orang Kristen (saat itu bernama Saulus), dan sesudah pengalamannya berjumpa Yesus di jalan menuju kota Damaskus, ia berubah menjadi seorang pengikut Yesus Kristus (Kisah Para Rasul 9).
Paulus menyebut dirinya sebagai "rasul bagi bangsa-bangsa non-Yahudi" (Roma 11:13). Dia membuat usaha yang luar biasa melalui surat-suratnya kepada komunitas non-Yahudi untuk menunjukkan bahwa keselamatan yang dikerjakan oleh Yesus Kristus adalah untuk semua orang, bukan hanya orang Yahudi. Gagasan Paulus ini menimbulkan perselisihan pendapat antara murid-murid Yesus dari keturunan Yahudi asli dengan mereka yang berlatar belakang bukan Yahudi. Mereka yang dari keturunan Yahudi berpendapat bahwa untuk menjadi pengikut Yesus, orang-orang yang bukan Yahudi haruslah pertama-tama menjadi Yahudi terlebih dulu. Murid-murid yang mula-mula, Petrus, sempat tidak berpendirian menghadapi hal ini (lihatGalatia 2:11-14). Untuk menyelesaikan konflik ini, diadakanlah persidangan di Yerusalem yang dipimpin oleh Petrus dan Yakobus, adik Yesus Kristus(Kisah Para Rasul 15), yang disebut sebagai Sidang Sinode atau Konsili Gereja yang pertama.
Konsili ini menghasilkan beberapa keputusan penting, misalnya:
1.   untuk menikmati karya penyelamatan Yesus, orang tidak harus menjadi Yahudi terlebih dahulu
2.   orang-orang Kristen yang bukan berasal dari latar belakang Yahudi tidak diwajibkan mengikuti tradisi dan pantangan Yahudi (misalnya perihal tentang sunat dan memakan makanan yang diharamkan).
3.   Paulus mendapat mandat untuk memberitakan Injil ke daerah-daerah berbahasa Yunani.
Paulus dijadikan seorang Santo (orang suci) oleh seluruh gereja yang menghargai santo, termasuk Katolik Roma, Ortodoks Timur, dan Anglikan, dan beberapa denominasi Lutheran. Dia berbuat banyak untuk kemajuan Kristen di antara para orang-orang bukan Yahudi, dan dianggap sebagai salah satu sumber utama dari doktrin awal Gereja, dan merupakan pendiri kekristenan bercorak Paulin/bercorak Paulus. Surat-suratnya menjadi bagian penting Perjanjian Baru. Banyak yang berpendapat bahwa Paulus memainkan peranan penting dalam menjadikan agama Kristen sebagai agama yang berdiri sendiri, dan bukan sebagai sekte dari Yudaisme.
Pertobatan Paulus
Sebelum bertobat Paulus dikenal sebagai penganiaya umat Kristen mula-mula. Ia adalah seorang Farisi yang sangat taat kepada Hukum Taurat (Filipi 3:5). Kisah Para Rasul juga mengutip perkataan Paulus yang menyebut bahwa ia "adalah orang Farisi, keturunan orang Farisi" (Kisah Para Rasul 23:6).
Pertobatan Paulus dapat diperkirakan antara tahun 33-36 dengan bukti kuat untuk tahun 34[7][8][9] dengan mengacu pada salah satu suratnya.[10] Menurut Kisah Para Rasul, pertobatannya (atau metanoia) terjadi di jalan menuju Damaskus di mana ia mengalami "pertemuan" dengan Yesus, yang kemudian menyebabkan ia menjadi buta untuk sementara (Kisah Para Rasul 9:1-31, 22:1-22, 26:9-24). Pertobatan ini sangat istimewa dimana kemauan untuk Paulus bertobat awalnya datang dari Tuhan Yesus sendiri setelah itu barulah muncul niatan bertobat dari Paulus sendiri.
Dicatat bahwa "berkobar-kobar hati Saulus (nama Paulus sebelum menjadi murid Yesus) untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan. Ia menghadap Imam Besar, dan meminta surat kuasa dari padanya untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi di Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Jalan Tuhan, ia menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem untuk dihukum."[11]
·         Dalam perjalanannya ke Damsyik, ketika Saulus sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia.[12] Waktu itu adalah tengah hari, dan cahaya dari langit itu menyilaukan.[13] Saulus mengatakan kepada raja Agripa: "Tiba-tiba, ya raja Agripa, pada tengah hari bolong aku melihat di tengah jalan itu cahaya yang lebih terang dari pada cahaya matahari, turun dari langit meliputi aku dan teman-teman seperjalananku."[14]
·         Saulus dan teman-temannya semua rebah ke tanah dan kedengaranlah oleh Saulus suatu suara yang berkata kepadanya: "Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?"[15] Suara itu berbicara dalam bahasa Ibrani, dan berkata lagi: "Sukar bagimu menendang ke galah rangsang."[16]
·         Jawab Saulus: "Siapakah Engkau, Tuhan?" Kata-Nya: "Akulah Yesus orang Nazaret yang kauaniaya itu."[17]
·         Maka Saulus berkata: "Tuhan, apakah yang harus kuperbuat?"[18] Kata suara itu (Saulus menyebutnya "Tuhan") kepadanya: "Bangkitlah dan pergilah ke Damsyik. Di sana akan diberitahukan kepadamu segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu (apa yang harus kauperbuat)."[19] Dalam penuturannya di hadapan Agripa, Saulus memberitahukan kata-kata selanjutnya dari Tuhan: "Aku menampakkan diri kepadamu untuk menetapkan engkau menjadi pelayan dan saksi tentang segala sesuatu yang telah kaulihat dari pada-Ku dan tentang apa yang akan Kuperlihatkan kepadamu nanti. Aku akan mengasingkan engkau dari bangsa ini dan dari bangsa-bangsa lain. Dan Aku akan mengutus engkau kepada mereka, untuk membuka mata mereka, supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang dan dari kuasa Iblis kepada Allah, supaya mereka oleh iman mereka kepada-Ku memperoleh pengampunan dosa dan mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang yang dikuduskan."[20]
·         Maka termangu-mangulah teman-temannya seperjalanan, karena mereka memang mendengar suara itu, tetapi tidak melihat seorang jugapun.[21]Mereka melihat cahaya dan meskipun mendengar, mereka tidak mengerti bahwa suara itu berbicara ("tidak mendengar" pembicaraan).[22]
·         Saulus bangun dan berdiri, lalu membuka matanya, tetapi ia tidak dapat melihat apa-apa;[23] oleh karena cahaya yang menyilaukan mata itu;[24]Maka kawan-kawan seperjalanannya memegang tangan Saulus dan harus menuntun dia masuk ke Damsyik.[23][24]
·         Tiga hari lamanya Saulus tidak dapat melihat dan tiga hari lamanya ia tidak makan dan minum,[25] dan terus berdoa.[26] Selama itu ia tinggal di rumah Yudas yang berada di jalan yang bernama Jalan Lurus.[26]
·         Setelah tiga hari itu, Saulus mendapat suatu penglihatan di mana ia melihat, bahwa seorang yang bernama Ananias masuk ke dalam dan menumpangkan tangannya ke atasnya, supaya ia dapat melihat lagi.[27]
·         Ananias adalah seorang murid Tuhan Yesus yang tinggal di Damsyik.[28] Saulus menyebutnya "seorang saleh yang menurut hukum Taurat dan terkenal baik di antara semua orang Yahudi yang ada di situ."[29] Firman Tuhan kepadanya dalam suatu penglihatan: "Ananias!" Jawabnya: "Ini aku, Tuhan!" Firman Tuhan: "Mari, pergilah ke jalan yang bernama Jalan Lurus, dan carilah di rumah Yudas seorang dari Tarsus yang bernama Saulus. Ia sekarang berdoa, dan dalam suatu penglihatan ia melihat, bahwa seorang yang bernama Ananias masuk ke dalam dan menumpangkan tangannya ke atasnya, supaya ia dapat melihat lagi." Jawab Ananias: "Tuhan, dari banyak orang telah kudengar tentang orang itu, betapa banyaknya kejahatan yang dilakukannya terhadap orang-orang kudus-Mu di Yerusalem. Dan ia datang ke mari dengan kuasa penuh dari imam-imam kepala untuk menangkap semua orang yang memanggil nama-Mu." Tetapi firman Tuhan kepadanya: "Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel. Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku."[30]
·         Lalu pergilah Ananias ke situ dan masuk ke rumah itu. Ia datang berdiri di dekat Saulus, menumpangkan tangannya ke atas Saulus, dan berkata: "Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus. Bukalah matamu dan melihatlah!" Dan seketika itu juga seolah-olah selaput gugur dari matanya, sehingga Saulus dapat melihat lagi dan menatap Ananias.[31]
·         Lalu kata Ananias: "Allah nenek moyang kita telah menetapkan engkau untuk mengetahui kehendak-Nya, untuk melihat Yang Benardan untuk mendengar suara yang keluar dari mulut-Nya. Sebab engkau harus menjadi saksi-Nya terhadap semua orang tentang apa yang kaulihat dan yang kaudengar. Dan sekarang, mengapa engkau masih ragu-ragu? Bangunlah, berilah dirimu dibaptis dan dosa-dosamu disucikan sambil berseru kepada nama Tuhan!"[32]
·         Saulus bangun lalu dibaptis. Dan setelah ia makan, pulihlah kekuatannya.[33]
Sejak dibaptis kehidupan Saulus berubah drastis dan menjadi pelayan Tuhan yang setia hingga akhir hayatnya
Perjalanan misi Paulus
Pelayanan awal
Setelah perjumpaannya dengan Yesus dan menjadi buta, Saulus tinggal 3 hari di kota Damaskus, di mana dia disembuhkan dari kebutaan dan dibaptis oleh Ananias di Damaskus (tahun 34 M)[34] Saulus tinggal beberapa hari bersama-sama dengan murid-murid di Damsyik.[35] Di kemudian hari dalam suratnya kepada jemaat di Galatia, Saulus, yang sudah berganti nama menjadi Paulus, mengatakan bahwa ia kemudian pertama-tama pergi ke tanah Arab, dan kemudian kembali ke Damaskus.[36] Ketika itu juga ia memberitakan Yesus di rumah-rumah ibadat, dan mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah. Semua orang yang mendengar hal itu heran dan berkata: "Bukankah dia ini yang di Yerusalem mau membinasakan barangsiapa yang memanggil nama Yesus ini? Dan bukankah ia datang ke sini dengan maksud untuk menangkap dan membawa mereka ke hadapan imam-imam kepala?" Akan tetapi Saulus semakin besar pengaruhnya dan ia membingungkan orang-orang Yahudi yang tinggal di Damsyik, karena ia membuktikan, bahwa Yesus adalah Mesias. Beberapa hari kemudian orang Yahudi merundingkan suatu rencana untuk membunuh Saulus. Tetapi maksud jahat itu diketahui oleh Saulus. Siang malam orang-orang Yahudi mengawal semua pintu gerbang kota, supaya dapat membunuh dia. Sungguhpun demikian pada suatu malam murid-muridnya mengambilnya dan menurunkannya dari atas tembok kota dalam sebuah keranjang. Setibanya di Yerusalem Saulus mencoba menggabungkan diri kepada murid-murid, tetapi semuanya takut kepadanya, karena mereka tidak dapat percaya, bahwa ia juga seorang murid. Tetapi Barnabas menerima dia dan membawanya kepada rasul-rasul dan menceriterakan kepada mereka, bagaimana Saulus melihat Tuhan di tengah jalan dan bahwa Tuhan berbicara dengan dia dan bagaimana keberaniannya mengajar di Damsyik dalam nama Yesus. Dan Saulus tetap bersama-sama dengan mereka di Yerusalem, dan dengan keberanian mengajar dalam nama Tuhan. Ia juga berbicara dan bersoal jawab dengan orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani, tetapi mereka itu berusaha membunuh dia. Akan tetapi setelah hal itu diketahui oleh saudara-saudara anggota jemaat, mereka membawa dia ke Kaisarea dan dari situ membantu dia ke Tarsus.[37] Dia menjelaskan dalam Surat Galatia bagaimana 3 tahun setelah pertobatannya, ia pergi ke Yerusalem (tahun 37 M). Di sana ia bertemu Yakobus dan tinggal bersama Simon Petrus selama 15 hari (Galatia 1:13-24).
Tidak ada catatan tertulis eksplisit bahwa Paulus telah mengenal Yesus secara pribadi sebelum penyaliban-Nya, tetapi dipastikan bahwa ia mengetahui pelayanan Yesus dan juga pengadilan Yesus di hadapan Imam Besar Yahudi. Paulus menegaskan bahwa ia menerima Injil bukan dari orang lain, melainkan oleh wahyu Yesus Kristus (Galatia 1:11-12).
Dalam suratnya kepada jemaat di Galatia itu Paulus mengisahkan bagaimana ia dibantu melarikan diri dari kota Damaskus pada zaman pemerintahaan raja Aretas dari Nabataea.[38] Raja Aretas (Harithat IV) yang wafat pada tahun 40 (lihat 2 Korintus 11:32-33) memerintah dari tahun 9 sampai 40 M. [39] Sejarawan Flavius Yosefus mencatat detail perselisihan antara raja Aretas dengan raja Herodes Antipas mengenai perbatasan.[40] Yosefus menuliskan Aretas sebagai "raja Arabia Petrea" (Josephus Antiquities 18.5, Whiston 1957:539). Kaisar Romawi Tiberius berpihak kepada Herodes Antipas dan memerintahkan Vitellius, prokonsul di Suriah, "untuk berperang melawan Aretas." Dalam perjalanan Vitellius menerima komunikasi yang mengabarkan kematian Tiberius, maka ia menarik kembali tentaranya. Tiberius wafat pada tanggal 16 Maret 37 dan pada saat itu Damaskus berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Romawi dan dipimpin oleh Vitellius. Raja Aretas wafat pada tahun 40 sehingga lolosnya Paulus dari Damaskus terjadi antara tahun 37 dan 40. Belum jelas kapan Aretas menerima kuasa atas Damaskus dari Kaisar Caligula dalam penyelesaian kasus di Suriah. Pemerintahan Areta di Damaskus dapat berawal dari tahun 37 berdasarkan penemuan arkeologi berupa mata uang logam. Dosker menulis: "Waktu Tiberias wafat pada tahun 37, dan mengingat urusan Arabia sudah tuntas pada tahun 39, jelas bahwa pertobatan Paulus terjadi antara tahun 34 dan 36. Tanggal ini kemudian menjadi pasti berkat sebuah koin dari Damaskus, dengan gambar raja Aretas dan tahun "101". Jika tahun itu mengacu pada era Pompian, berarti sama dengan tahun 37 M, sehingga pertobatan Paulus terjadi pada tahun 34 (T. E. Mionnet, Description des medailles antiques greques et romaines, V [1811], 284f.)."[41]
Dalam Surat Galatia, Paulus juga menceritakan bahwa 14 tahun setelah pertobatannya (tahun 48 M) ia masuk kembali ke Yerusalem (Galatia 2:1-10). Tidak diketahui sepenuhnya apa yang terjadi selama 14 tahun ini, karena Kisah Para Rasul maupun Surat Galatia tidak memberikan detail jelas.[42] Pada akhir masa ini, Barnabas pergi untuk mencari Paulus di Tarsus dan membawa dia kembali ke Antiokhia (Kis 11:25).
Ketika bencana kelaparan terjadi di Yudea, diduga sekitar tahun 45-46[43] atau 48 M, Paulus dan Barnabas berangkat ke Yerusalem untuk memberikan dukungan finansial dari komunitasAntiokhia.[44] Menurut Kisah Para Rasul, Antiokhia menjadi pusat alternatif bagi penyebaran orang Kristen setelah kematian Stefanus. Di Antiokhialah para pengikut Yesus pertama kali disebut "Kristen"[45]
Perjalanan misi pertama
Penulis Kisah Para Rasul menyusun perjalanan Paulus menjadi tiga perjalanan terpisah. Perjalanan pertama, (Kis. 13-14) awalnya dipimpin oleh Barnabas, yang mengambil Paulus dari Antiokhia menuju Siprus kemudian Asia Kecil (Anatolia) selatan, dan kembali ke Antiokhia. Di Siprus, nama Yunani "Paulus" mulai dipakai menggantikan nama Yahudi "Saulus". Di sini ia memarahi dan membutakan mata Elimas si penyihir (Kis 13:8-12) yang berusaha menghalang-halanginya menyampaikan ajaran-ajaran mereka. Dari titik ini, Paulus digambarkan sebagai pemimpin kelompok.[46] Antiokhia dilayani sebagai pusat kekristenan utama dari penginjilan Paulus. [2]
Konsili Yerusalem
Kebanyakan sarjana setuju bahwa pertemuan penting antara Paulus dan jemaat di Yerusalem terjadi di antara tahun 48-50,[10] yang dijelaskan dalam Kis. 15:2 dan biasanya dilihat sebagai peristiwa yang sama dengan yang disebutkan oleh Paulus dalam Galatia 2:1.[10] Pertanyaan kunci yang diajukan adalah apakah non-Yahudi yang bertobat perlu disunat.[47] Pada pertemuan ini, Petrus, Yakobus (saudara Yesus Kristus), dan Yohanes menyetujui misi Paulus bagi bangsa-bangsa lain.
Insiden di Antiokhia
Meskipun perjanjian dicapai pada Konsili Yerusalem sebagaimana yang dipahami oleh Paulus, Paulus menceritakan bagaimana ia kemudian di depan umum mengkritik Petrus, atas keengganan Petrus untuk makan bersama dengan orang Kristen non-Yahudi di Antiokhia, setelah menerima kunjungan orang-orang Yahudi Kristen (karena secara tradisi, orang-orang Yahudi dilarang makan bersama orang-orang bukan Yahudi).[48]
Di dalam Surat Galatia, yang merupakan sumber utama dari insiden di Antiokhia ini, Paulus mencatat perkataannya kepada Petrus: "Jika engkau, seorang Yahudi, hidup secara kafir dan bukan secara Yahudi, bagaimanakah engkau dapat memaksa saudara-saudara yang tidak bersunat untuk hidup secara Yahudi?" (Galatia 2:11-14). Paulus juga menyebutkan bahwa bahkan Barnabas(rekan seperjalanannya hingga saat itu) ikut-ikutan bersikap seperti Petrus.[49]
Hasil akhir dari insiden tersebut masih belum jelas. The Catholic Encyclopedia menyatakan: "catatan Paulus atas insiden itu tidak meninggalkan keraguan bahwa Petrus melihat kebenaran dari teguran itu." Setelah kejadian itu Paulus kemudian berangkat memulai misi berikutnya dari Antiokhia.
Perjalanan misi kedua
Dalam perjalanan misi kedua, setelah pertikaian dengan Barnabas karena persoalan Yohanes Markus, Paulus ditemani oleh Silas. Mereka berangkat dari Antiokhia, menuju Siria dan Kilikia, dan tiba di selatan Galatia. Di Listra, Timotius bergabung dengan mereka. Mereka menyeberangi daerah Frigia dan perbatasan Misia. Lalu mereka bergabung dengan Lukas di Troas. Dia memutuskan untuk pergi ke Eropa, dan di Makedonia ia mendirikan komunitas Kristen pertama Eropa: Jemaat Filipi. Juga di Tesalonika, Berea, Atena dan Korintus. Dia tinggal selama 1,5 tahun di Korintus, di rumah sepasang suami-isteri, Akwila dan Priskila (Kisah Para Rasul 18:11). Masa tinggalnya ini bersamaan dengan waktu Galio menjabat singkat sebagai gubernur (prokonsul) di Akhaya dari 1 Juli 51 sampai 1 Juli 52.[50] Pada musim dingin tahun 51, ia menulis surat pertama kepada Jemaat Tesalonika, dokumen tertua dari Perjanjian Baru. Tahun berikutnya ia kembali ke Antiokhia.
Perjalanan misi ketiga
Setelah tinggal di Antiokhia beberapa saat, Paulus pergi ke Galatia dan Frigia untuk mendukung gereja-gereja yang telah ia dirikan pada perjalanan sebelumnya (Kisah Para Rasul 18:23). Kemudian ia berkeliling pada wilayah barat Bitinia dan tiba di Efesus dengan perjalanan darat. Di Efesus ia menulis surat pertamanya kepada orang-orang Korintus pada tahun 54 dan surat keduapada akhir 57.
Setelah tiga tahun di Efesus, Paulus kemudian mengunjungi Asia Kecil dan Yunani. Kemudian mendahului Lukas, ia berlayar ke Troas, disertai beberapa murid-muridnya (Kisah Para Rasul 20:4), disebabkan karena rencana pembunuhan terhadap dirinya oleh orang-orang Yahudi. Dan akhirnya ia kembali ke Yerusalem dan bertemu dengan Yakobus di sana.
Penangkapan

                           Penangkapan Paulus, ilustrasi Alkitab di awal 1900-an.
                      Pemenggalan Paulus. Lukisan Enrique Simonet tahun 1887.
Paulus tiba di Yerusalem tahun 57 membawa uang sumbangan yang dikumpulkan untuk jemaat di sana dari kota-kota yang dikunjunginya.[10] Ia disambut hangat, tetapi juga ditanya dengan teliti oleh Yakobus mengenai tuduhan bahwa ia "mengajar semua orang Yahudi yang tinggal di antara bangsa-bangsa lain untuk melepaskan hukum Musa, sebab engkau mengatakan, supaya mereka jangan menyunatkan anak-anaknya dan jangan hidup menurut adat istiadat" Yahudi. [51] Paulus dianjurkan untuk melakukan upacara pentahiran, supaya "semua orang akan tahu, bahwa segala kabar yang mereka dengar tentang engkau sama sekali tidak benar, melainkan bahwa engkau tetap memelihara hukum Taurat."[52]
Tidak berapa lama setelah sampai di Yerusalem, Paulus ditangkap dengan tuduhan membawa orang-orang bukan Yahudi ke dalam Bait Allah. Paulus dibawa ke markas tentara Romawi dan dihadapkan kepada gubernur Romawi Antonius Feliks di Kaisarea. Ia ditahan selama 2 tahun, sampai gubernur yang baru, Perkius Festus, membuka kembali kasusnya pada tahun 59. Karena tidak mau diadili di Yerusalem, Paulus menyatakan banding kepada Kaisar, sehingga kemudian ia dikirim ke Roma dengan naik kapal.[53]
Perjalanan ke Roma
Kisah Para Rasul mencatat perjalanan Paulus ke Roma, termasuk kisah terdamparnya kapal yang membawa Paulus di pulau Malta,[10][54] dimana ia bertemu dengan Publius[55] dan penduduk pulau itu yang menyambut mereka dengan ramah.[56] Setelah 3 bulan di sana, Paulus berangkat lagi dan tiba di Roma tahun 60. Ia tinggal selama 2 tahun dalam tahanan rumah.[10](Kis 28:16) Seluruhnya, Paulus menghabiskan 5,5 sampai 6 tahun dari masa pelayanannya sebagai orang tahanan di dalam penjara.
Irenaeus, bapa gereja pada abad ke-2, mencatat bahwa Petrus dan Paulus adalah tokoh-tokoh utama gereja di Roma dan mereka telah menunjuk Linussebagai uskup gereja Roma, meneruskan tugas mereka.[57] Paulus bukan uskup gereja di Roma, nampaknya juga bukan perintisnya, karena sudah ada orang-orang Kristen di Roma ketika Paulus tiba (Kis 28:14-15) dan Paulus juga menulis surat kepada jemaat di Roma sebelum ia sempat mengunjungi Roma (Roma 1:1,7,11-13; Roma 15:23-29). Namun, Paulus dapat berperan penting dalam mengorganisir dan membesarkan gereja mula-mula di Roma.
Kewarganegaan Roma
Paulus secara sah memiliki kewarganegaraan Romawi dari sejak lahir (Kisah Para Rasul 22:28). Kemungkinan besar kewarganegaraan ini diberikan kepada keluarganya karena pengabdian orang tua atau leluhurnya kepada pemerintah Romawi.
Sumber mengenai kewarganegaraan Paulus dicatat dalam beberapa bagian pada Kisah Para Rasul:
·         Kisah Para Rasul 16:37-39: Tetapi Paulus berkata kepada orang-orang itu: "Tanpa diadili mereka telah mendera kami, warganegara-warganegara Roma, di muka umum, lalu melemparkan kami ke dalam penjara. Sekarang mereka mau mengeluarkan kami dengan diam-diam? Tidak mungkin demikian! Biarlah mereka datang sendiri dan membawa kami ke luar." Pejabat-pejabat itu menyampaikan perkataan itu kepada pembesar-pembesar kota. Ketika mereka mendengar, bahwa Paulus dan Silas adalah orang Rum, maka takutlah mereka. Mereka datang minta maaf lalu membawa kedua rasul itu ke luar dan memohon, supaya mereka meninggalkan kota itu.
·         Kisah Para Rasul 22:25-29: Tetapi ketika Paulus ditelentangkan untuk disesah, berkatalah ia kepada perwira yang bertugas: "Bolehkah kamu menyesah seorang warganegara Rum, apalagi tanpa diadili?" Mendengar perkataan itu perwira itu melaporkannya kepada kepala pasukan, katanya: "Apakah yang hendak engkau perbuat? Orang itu warganegara Rum." Maka datanglah kepala pasukan itu kepada Paulus dan berkata: "Katakanlah, benarkah engkau warganegara Rum?" Jawab Paulus: "Benar." Lalu kata kepala pasukan itu: "Kewarganegaraan itu kubeli dengan harga yang mahal." Jawab Paulus: "Tetapi aku mempunyai hak itu karena kelahiranku." Maka mereka yang harus menyesah dia, segera mundur; dan kepala pasukan itu juga takut, setelah ia tahu, bahwa Paulus, yang ia suruh ikat itu, adalah orang Rum.
·         Kisah Para Rasul 23:23-27: Kemudian kepala pasukan memanggil dua perwira dan berkata: "Siapkan 200 orang prajurit untuk berangkat ke Kaisarea beserta 70 orang berkuda dan 200 orang bersenjata lembing, kira-kira pada jam 9 malam ini. Sediakan juga beberapa keledai tunggang untuk Paulus dan bawalah dia dengan selamat kepada wali negeri Feliks." Dan ia menulis surat, yang isinya sebagai berikut: "Salam dari Klaudius Lisias kepada wali negeri Feliks yang mulia. Orang ini ditangkap oleh orang-orang Yahudi dan ketika mereka hendak membunuhnya, aku datang dengan pasukan mencegahnya dan melepaskannya, karena aku dengar, bahwa ia adalah warganegara Roma.
Kisah Para Rasul juga mencatat bahwa ketika Paulus diadili oleh Perkius Festus, ia menuntut naik banding kepada Kaisar (Kisah Para Rasul 25-26). Hanya yang berkewarganegaraan Romalah yang bisa naik banding langsung kepada Kaisar. Karena naik banding itu, ia dikirim ke Roma.
Surat-surat Paulus
Paulus sedang menulis surat-suratnya.
Surat-surat Paulus merupakan alat komunikasi antara dirinya dengan komunitas-komunitas Kristen perdana, tetapi juga penting karena berisi uraian teologisnya. Ada 13 surat dalam Perjanjian Baru yang menunjukkan Paulus sebagai penulisnya.[58] Namun, saat ini sejumlah para ahli Perjanjian Baru berdebat menentukan mana surat yang ditulis sendiri oleh Paulus (surat-surat Pauline) dan mana surat yang mengatasnamakan dirinya sebagai penulis (surat-surat Deutero-Pauline).[58] Konsensus yang sementara ini diterima di kalangan para ahli Perjanjian Baru mengenai surat-surat Paulus adalah sebagai berikut:[58]
Surat-surat 
5.   Surat Roma
6.   Surat Filipi
Surat-surat Deutero Pauline
1.   Surat Kolose
2.   Surat Efesus
6.   Surat Titus
Pengajaran Paulus yang nyata dalam surat-suratnya mendapat pengakuan positif dari Petrus yang menggolongkannya ke dalam tulisan-tulisan Kitab Suci, seperti tertulis dalam Surat 2 Petruspasal 3:
"Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat, seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya. Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang perkara-perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain."[59]
Kematian
Alkitab tidak mengatakan bagaimana dan kapan Paulus meninggal. Namun menurut tradisi Kristen, Paulus dipenggal di Roma pada masa pemerintahan Nero pada sekitar pertengahan 60-an diTre Fontane Abbey.[60] Kewarganegaraan Romawi yang dimilikinya mengijinkan Paulus menjalani hukuman mati yang lebih cepat yaitu dengan pemenggalan.[61]
Makam
Pada bulan Juni 2009, Paus Benediktus mengumumkan hasil penggalian makam Paulus di Basilika Santo Paulus di Luar Tembok. Sarkofagus itu sendiri tidak terbuka, namun diuji dengan upaya penyelidikan. Dan itu menunjukkan potongan-potongan kemenyan, kain ungu dan kain biru serta fragmen tulang kecil. Tulang itu bertanggal radiokarbon abad ke-1 hingga ke-2. Menurut Vatikan, ini tampaknya mengkonfirmasi tradisi makam milik Paulus.[62]
Periode kehidupan Paulus
Berikut adalah garis besar kehidupan Paulus, dengan mengingat bahwa pentarikhan ini bersifat perkiraan.[63]
Tahun (Masehi)
Peristiwa
34
Pertobatan
37
Kunjungan pertama ke Yerusalem dari Damsyik
46
Kunjungan kedua ke Yerusalem dari Antiokhia (membawa sumbangan untuk bencana kelaparan)
47-48
Perjalanan misionaris pertama
48
Konsili Yerusalem
49-51
Perjalanan misionaris kedua
50 (awal)
50 (atau awal 51)
52-57
Perjalanan misionaris ketiga
55 (musim semi)
55 (musim gugur)
56 (awal)
56 (akhir)
Menulis Surat Galatia
57 (awal)
Menulis Surat Roma
57 (akhir musim semi)
Menulis Surat Titus
57
Tiba kembali di Yerusalem
57-59
Dipenjarakan di Kaisarea
58 (musim semi)
Menulis Surat Filipi dan dibawa oleh Epafroditus ke Filipi.
58 (musim panas)
Menulis Surat Filemon dan Surat Kolose;
mengutus Timotius ke Filipi;
menulis 
Surat Efesus dan mengirimkannya bersama-sama
dua surat yang lain melalui 
Tikhikus ke Asia Kecil;
mengutus 
Markus ke Kolose
58 (musim gugur)
Menulis Surat 2 Timotius dan mengirimkannya ke Filipi
60
Berangkat dari Kaisarea ke Roma
60-62
Dipenjarakan di Roma (periode pertama)
64
Dipenjarakan di Roma untuk kedua kalinya sampai dihukum mati
Referensi
1.     Peter and Paul . In the Footsteps of Paul . Tarsus . 1. PBS. Retrieved 2010–11–19.
2.     Harris, Stephen L. Understanding the Bible. Palo Alto: Mayfield. 1985. 
4.    Filipi 3:5
7.     Bromiley, Geoffrey William (1979). International Standard Bible Encyclopedia: A-D (International Standard Bible Encyclopedia (Wbeerdmans)). Wm. B. Eerdmans Publishing Company. hlm. 689. 
8.     Barnett, Paul (2002). Jesus, the Rise of Early Christianity: A History of New Testament Times. InterVarsity Press. hlm. 21. 
9.     L. Niswonger, Richard (1993). New Testament History. Zondervan Publishing Company. hlm. 200.
10. "Paul, St" Cross, F. L., ed. The Oxford dictionary of the Christian church. New York: Oxford University Press. 2005
34.  Hengel, Martin and Anna Maria Schwemer, trans. John Bowden. Paul Between Damascus and Antioch: The Unknown Years Westminster John Knox Press, 1997
39. Swaim 1962 Aretas. Pp. 217-218 in The Interpreter’s Dictionary of the Bible edited by G. A. Buttrick. Nashville: Abingdon Press, 1962. Halaman 217–218.
40.  Flavius Josephus, Antiquities 18.5.3.
41.  Dosker, Henry E. 1986 Aretas. P. 288 in The International Standard Bible Encyclopedia, vol. 1, edited by Geoffrey W. Bromiley. Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing Company. Halaman 288–289.
42. Barnett, Paul The Birth Of Christianity: The First Twenty Years (Eerdmans Publishing Co. 2005) 
43. Ogg, George, Chronology of the New Testament in Peake's Commentary on the Bible. Nelson. 1963
44.  Barnett p. 83
48.  Catholic Encyclopedia: Judaizers lihat bagian judul: "The Incident At Antioch"
55.  Kis 28:7
56.  Kis 28:2
57.  Ireneaus Against Heresies 3.3.2: the "...Gereja didirikan dan diorganisasi di Roma oleh 2 orang rasul yang paling agung, Petrus dan Paulus; juga dengan iman yang diajarkan kepada orang-orang, telah diturunkan kepada zaman kita melalui pergantian uskup-uskup... Para rasul yang diberkati, kemudian, setelah mendirikan dan membesarkan Gereja, menyerahkan kepada Linus, jabatan keuskupan (episkopat)"
58.  Bambang Subandrijo. 2010. Menyingkap Pesan-pesan Perjanjian Baru 1. Bandung: Bina Media Informasi. 29.
61.  Lashway, Calvin. "HOW and WHERE did the Apostle Paul die?" Web: HOW and WHERE did the Apostle Paul die?
63.  John Arthur Thomas Robinson (1919-1983). "Redating the New Testament". Westminster Press, 1976
Pustaka tambahan
·        Badenas, Robert. Christ the End of the Law, Romans 10.4 in Pauline Perspective. 1985.  Berpendapat bahwa telos diterjemahkan dengan tepat sebagai tujuan, bukan akhir, sehingga Kristus adalah tujuan (goal) dari hukum (Taurat). Istilah "akhir dari hukum" (end of the law) akan bersifat antinomianism.
·        Brown, Raymond E. An Introduction to the New Testament. Anchor Bible Series, 1997. 
·        Bruce, F.F., Paul: Apostle of the Heart Set Free Dunn, James D.G. Jesus, Paul and the Law 1990 
·        Hart, Michael. The 100. Carol Publishing Group, July 1992. Paperback, 576 pages. 
·        Maccoby, Hyam. The Mythmaker: Paul and the Invention of Christianity. New York: Harper & Row, 1986. 
·        MacDonald, Dennis Ronald, 1983. The Legend and the Apostle : The Battle for Paul in Story and Canon Philadelphia: Westminster Press.
·        Marxsen, Willi, 1992. Pengantar ke dalam Perjanjian Baru, Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Lihat pula
·        Antiokhia
·        Damsyik
·        Roma
·        Yerusalem
·        Bagian Alkitab yang berkaitan: Kisah Para Rasul 8, 9, 15- 20, 22- 28; Roma 1, Roma 15, Galatia 1 dan sebagainya.
Pranala luar
·        Epistles of Apostle Paul Bishop Alexander (Orthodox Christian perspective)
·        St. Paul (Catholic Encyclopedia)
·        The Apostle and the Poet: Paul and Aratus Dr. Riemer Faber
·        New Perspective on Paul












I. LATAR BELAKANG DAN PERTOBATAN RASUL PAULUS 
BACAAN ALKITAB 
* Kisah Para Rasul 21:39; 22:3; 22:27-28; 9:3-20
SIAPA PAULUS ITU? 
Kita akan mulai mempelajari kehidupan Rasul Paulus dengan terlebih dahulu melihat latar belakang hidupnya. Nama aslinya adalah Saulus (nama yang diambil dari bahasa Ibrani), tetapi setelah bertobat mengambil nama dalam bahasa Yunani, yaitu Paulus. Saulus adalah seorang Yahudi dan ia sangat bangga dengan keyahudiannya itu. Ia berasal dari suku Benyamin dan ia juga memiliki kewarganegaraan Roma. 
1. PENDUDUK ASLI TARSUS 
Waktu kelahiran Paulus kurang lebih sama dengan kelahiran Tuhan Yesus Kristus. Ia dilahirkan di Tarsus, sebuah kota yang terkemuka zaman itu di wilayah Kilikia. Tarsus terletak hanya 1,2 km dari Laut Tengah. Oleh karena itu, Tarsus menjadi kota pusat perdagangan. Di samping itu, Tarsus juga menjadi kota ilmu pengetahuan. Banyak orang pendatang yang belajar di sekolah-sekolah terkenal di Tarsus, dan kemudian tersebar ke seluruh bagian kekaisaran Roma. Di kota ini tinggal orang-orang Yunani dan orang- orang Timur, juga bangsa-bangsa yang lain. 
Di kota Tarsus Paulus mendapat kesempatan belajar tentang cara hidup bangsa yang bukan Yahudi. Oleh karena itu, ketika waktunya tiba, dia dapat memperkenalkan Injil Kristus kepada bangsa-bangsa lain dengan cara yang sangat baik. 
Dalam sejarah Perjanjian Baru sesudah kebangkitan Yesus, perhatian beralih dari Petrus dan para murid Yesus lainnya kepada seorang tokoh penting lain dalam kehidupan jemaat mula-mula - yakni Paulus, sang Farisi. Paulus bukan satu-satunya orang Farisi yang menjadi Kristen (Kisah Para Rasul 15:5), tetapi ia memang yang paling terkenal. Berbeda dengan banyak orang Kristen Yahudi lainnya, Paulus tidak lahir di Palestina. Sama seperti banyak orang yang bertobat pada hari Pentakosta, ia seorang Yahudi Helenis. Ia berasal dari kota Tarsus di provinsi Silisia, dan dia juga seorang warga negara Roma (Kisah Para Rasul 22:3,27). 
a. Masa muda Paulus 
Mungkin sekali ada dua masa yang berbeda dalam kehidupan Paulus sewaktu muda: masa kanak-kanak yang dihabiskannya di Tarsus, dan masa muda serta awal kedewasaan di Yerusalem. Kata "dibesarkan" dalam Kisah Para Rasul 22:3 dapat berarti ketika masih bayi Paulus pindah dari Tarsus ke Yerusalem. Tetapi kebanyakan ahli berpendapat hal itu hanya mengacu pada pendidikannya. Paulus pulang ke Tarsus setelah pertobatannya (Kisah Para Rasul 9:30), jadi kelihatannya kota ini yang dianggapnya sebagai kampung halaman. 
a1. Tarsus 
Walaupun Paulus pertama-tama dan terutama adalah seorang Yahudi, ia juga bangga terhadap Tarsus, yang merupakan kota pendidikan tinggi serta juga pusat pemerintahan dan perdagangan. Tetapi ia tidak merasa senang dengan kebudayaan di kota itu yang bersifat Yunani dan kafir. Orangtua Paulus merupakan orang-orang Yahudi dan sekaligus menjadi warga negara Roma. Walaupun mereka berusaha melindungi Paulus dari pengaruh kafir sewaktu remaja, tetapi keadaan kota Tarsus membuat setiap anak yang cerdas terpengaruh oleh bahasa dan ide-ide kebudayaan Yunani yang kafir. Pengaruh itu tampak dalam tiga rujukan sastra Yunani oleh Paulus, yakni kepada penyair-penyair Epimenides (Kisah Para Rasul 17:28), Aratus (Titus 1:12) dan Menander (1Korintus 15:33). 
Sewaktu masih sangat muda, orangtua Paulus memutuskan ia harus menjadi seorang rabi (guru hukum Taurat). Sebagai seorang anak kecil di Tarsus, ia belajar tentang tradisi-tradisi umat Yahudi melalui pendidikan yang teratur di sinagoge setempat. Alkitabnya yang pertama kemungkinan besar adalah Septuaginta, terjemahan Perjanjian Lama ke dalam bahasa Yunani. 
Sewaktu tinggal di Tarsus, Paulus juga belajar membuat tenda, sebab setiap murid hukum Taurat dianjurkan mempelajari suatu ketrampilan di samping menuntut ilmu. Hal ini sangat bermanfaat bagi Paulus pada kemudian hari, sebab dengan demikian dia sanggup memperoleh nafkah sendiri sewaktu melakukan pekerjaan misionernya. 
a2. Yerusalem 
Tidak lama kemudian, Paulus dikirim dari Tarsus ke pusat dunia Yahudi, yakni Yerusalem. Di Yerusalem ia menjadi murid Rabi Gamaliel, yang merupakan cucu dan pengganti Rabi Hillel yang kesohor (kira-kira tahun 60 sM-20 M). Hillel telah mengajarkan suatu bentuk agama Yahudi yang lebih maju dan liberal, daripada saingannya, Syammai. Apa yang dikatakan Yesus tentang perceraian mungkin telah dicetuskan oleh pengikut-pengikut kedua rabi tersebut (Markus 10:1-12). Hillel menyatakan seorang lelaki dapat menceraikan istrinya kalau istrinya itu tidak menyenangkan dalam hal apa pun juga - misalnya jika ia memasak makanan sampai hangus! Tetapi Syammai berpendapat perceraian hanya dibenarkan bila telah terjadi dosa moral yang berat. Apa yang Paulus sendiri tulis mengenai pokok tersebut menunjukkan bahwa ia mengubah pendiriannya setelah menjadi Kristen. 

Namun Paulus memperoleh sedikitnya satu manfaat besar dari pendidikannya menurut tradisi Hillel. Syammai berpendapat bahwa orang- orang bukan-Yahudi tidak mempunyai tempat di dalam rencana Allah. Sedangkan saingannya bukan saja menyambut mereka, tetapi secara positif telah pergi menginjili mereka. Mungkin Paulus pertama kali mendengar dari Gamaliel bahwa ada tugas besar yang perlu dikerjakan di antara bangsa-bangsa bukan-Yahudi di kawasan kekaisaran Roma. 
Paulus mencatat kemajuan yang baik dalam studinya di Yerusalem. Menurut Paulus sendiri, ia seorang murid yang sangat berhasil (Galatia 1:14). Ia menjadi begitu penting, sehingga ketika orang-orang Kristen diadili oleh karena iman mereka, ia diberi hak "memberi suara" terhadap mereka, baik dalam jemaat sinagoge ataupun di dewan tertinggi orang Yahudi, yakni Sanhedrin (Kisah Para Rasul 26:10). 
Demikianlah keterangan yang kita ketahui mengenai latar belakang dan pendidikan Paulus. Kita telah memberikan garis besar hidupnya sebelum dia bertobat. Sekarang kita harus menggali dan melihat apa yang dapat ditemukan tentang hidup masa mudanya, agar kita mengerti kepribadiannya yang rumit serta mempunyai dasar yang jelas untuk mengerti surat-suratnya. 
Rupanya ada tiga pengaruh utama pada Paulus selama masa mudanya, yakni agama Yahudi, filsafat Yunani dan agama-agama rahasia. 
b. Paulus dan agama Yahudi 
Paulus sendiri tidak pernah menyebut pengaruh-pengaruh Yunani atau kafir, tetapi ia membuat banyak pernyataan tentang latar belakang serta pendidikan Yahudinya. Ia bangga akan kenyataan ia seorang Farisi yang baik. Kalau kita membaca surat-surat Paulus yang ditulisnya sebagai seorang Kristen, menjadi jelas ia tetap mempertahankan kepercayaan-kepercayaan terbaik yang diterima dari guru-gurunya. Salah satu saingan utama dari kaum Farisi adalah kaum Saduki. Kedua golongan tersebut masing-masing mewakili sayap liberal dan konservatif dari agama Yahudi. Pada setiap pokok pertikaian antara kedua golongan tersebut, Paulus mengutip dan sering memperbaiki pendirian kaum Farisi. 
• Kaum Farisi percaya sejarah mempunyai maksud dan tujuan. Mereka berpendapat Allah mengatur peristiwa-peristiwa menurut rencana-Nya sendiri, yang mencapai titik puncaknya dengan kedatangan sang Mesias yang akan memimpin umat-Nya. Ini sesuatu yang dapat diterima dengan baik oleh Paulus sebagai seorang Kristen. Dalam Roma 9-11 ia mengemukakan Allah mengatur jalannya sejarah dengan tujuan agar pada akhirnya orang-orang Yahudi diikutsertakan dalam persekutuan Kristen. Paulus berpikir sebagai seorang Farisi yang baik -- walaupun dia melangkah lebih jauh, sebab ia tahu Mesias telah datang dalam pribadi Yesus Kristus. 
 Kaum Farisi percaya akan hidup setelah kematian. Paulus menekankan hal tersebut demi keuntungannya sendiri ketika dia diadili di hadapan Sanhedrin (Kisah Para Rasul 23:6-10) dan Herodes Agripa II (Kisah Para Rasul 26:6-8). Tetapi sebagai seorang Kristen, Paulus melangkah lebih jauh lagi. Ia yakin bahwa tidak seorang pun dapat menjamin adanya kebangkitan lepas dari kenyataan bahwa Yesus Kristus telah bangkit dari kematian. 
• Kaum Farisi percaya akan malaikat-malaikat dan setan-setan. Kaum Saduki tidak percaya akan hal-hal tersebut. Di sini juga Paulus mempertahankan kepercayaannya sebagai seorang Farisi tetapi mengubahnya dalam terang Kristus. Di salib, Kristus telah menaklukkan kuasa-kuasa jahat. Oleh sebab itu, orang-orang Kristen "lebih daripada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita" (Roma 8:37). Tidak seorang malaikat pun dapat menyaingi Tuhan yang telah bangkit, yang dilayani Paulus, dan yang di dalam-Nya "seluruh kepenuhan Allah berkenan diam" (Kolose 1:19). 
Bukan hanya dalam soal iman Paulus memperlihatkan pengaruh latar belakang Yahudinya. Cara ia menulis, dengan memakai ayat-ayat Perjanjian Lama untuk "membuktikan" pokok-pokok teologisnya, langsung diambil dari pendidikannya selaku seorang Farisi. Pembaca surat Paulus kepada jemaat di Galatia kadang-kadang merasa heran, atau bahkan geli, bila melihat cara Paulus menafsirkan beberapa nats Perjanjian Lama. Umpamanya, ia memakai metode tafsir yang biasa dipakai para rabi Yahudi sewaktu ia menyatakan janji-janji kepada Abraham ditujukan kepada satu orang, yakni Yesus Kristus, dengan alasan kata Yunani yang diterjemahkan "keturunan" berbentuk tunggal (Galatia 3:16). Seperti para rabi, Paulus kadang-kadang mengutip sepotong nats tanpa memperhatikan konteksnya, dan menggabungkan teks-teks yang diambil dari beberapa bagian Perjanjian Lama yang sama sekali berbeda dan tidak berkaitan. 
Namun dalam satu pokok penting Paulus tidak mengikuti warisan Yahudinya. Kaum Farisi merupakan orang-orang legalistik. Mereka mewajibkan pemeliharaan secara rinci bukan hanya hukum Perjanjian Lama yang tertulis, tetapi juga hukum-hukum tradisional dan kebiasaan-kebiasaan yang tidak berdasarkan otoritas Alkitab. Lebih daripada itu, mereka menyatakan bahwa orang-orang yang tidak memelihara semuanya itu, tidak pernah dapat memperoleh keselamatan penuh. Paulus telah mengalami keputusasaan secara total ketika ia berusaha menjadi seorang Farisi yang baik dan memelihara Taurat. Paulus tahu ia tidak pernah dapat melakukannya. Sebab itu ia tidak pernah dapat benar-benar mengenal Allah. Sewaktu lagi merasa optimis, ia pernah berkata, "tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat, aku tidak bercacat" (Filipi 3:6). Tetapi di dalam hatinya ia mengetahui ada kuasa yang lebih besar daripada kuasanya sendiri yang sedang bekerja dan mencegahnya untuk memelihara seluruh hukum Taurat. Bahkan keberhasilan yang dicapainya pun jauh dari memadai: "Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat" (Roma 7:15). Semakin Paulus berusaha melakukan yang baik, ia menemukan bahwa semakin tidak mungkin dia melakukannya. 
Hanya karena ia seorang Farisi yang begitu setia, ia dapat menghargai apa yang telah dilakukan Allah bagi manusia di dalam Yesus Kristus. Ajaran Farisi menjadi cermin di mana Paulus melihat kekurangan-kekurangannya sendiri yang begitu jelas dinyatakan sehingga ia nampaknya merupakan orang "yang paling berdosa" (1Timotius 1:15). Tetapi di dalam Yesus Kristus ia melihat pencerminan dari apa yang dapat dicapainya oleh anugerah Allah yang diberikan secara cuma-cuma: "Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat ... telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging ... Jadi ... jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan- perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup ... Roh membantu kita dalam kelemahan kita" (Roma 8:3,12,13,26). 
c. Paulus dan Para Filsuf 
Di antara banyak aliran filsafat yang ada pada waktu itu, aliran Stoik mungkin yang paling serasi bagi Paulus. Satu atau dua filsuf Stoik besar berasal dari Tarsus, dan mungkin Paulus masih ingat sedikit tentang pengajaran mereka dari masa mudanya. 
Beberapa ahli berpendapat pengetahuan Paulus tentang filsafat Stoik lebih dalam daripada itu. Pada tahun 1910 Rudolf Bultmann menunjukkan bahwa cara Paulus mengemukakan pendapatnya kadang-kadang menyerupai argumen-argumen Stoik. Kedua-duanya memakai pertanyaan retoris, pernyataan singkat yang berdiri sendiri, seorang lawan khayalan yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan banyak ilustrasi yang diambil dari dunia atletik, pembangunan serta kehidupan sehari-hari. Malahan kita dapat menemukan frasa-frasa dalam pengajaran Paulus yang dapat dianggap mendukung ajaran Stoik; umpamanya pernyataannya, "segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia" (Kolose 1:16-17). Dalam pidato Paulus di Atena, Lukas melaporkan bahwa Paulus benar- benar mengutip Aratus, penyair Stoik yang terkenal (Kisah Para Rasul 17:28). Beberapa dari surat Paulus juga sering mencerminkan peristilahan Stoik -- seperti waktu ia menggambarkan moralitas dengan istilah "seharusnya" atau "sepatutnya" dan "tidak pantas". Tidak perlu disangsikan lagi bahwa Paulus mengetahui dan bersimpati terhadap banyak cita-cita Stoik. Tetapi ada beberapa perbedaan yang hakiki dan penting antara kekristenan Paulus dan filsafat Stoik. 
• Filsafat Stoik didasarkan atas spekulasi-spekulasi filsafat mengenai sifat dunia dan manusia. "Ilah"-nya yang sebenarnya adalah akal manusia yang abstrak. Agama Kristen sangat berbeda, sebab ia dengan kokoh didasarkan pada fakta-fakta historis tentang kehidupan, kematian dan kebangkitan Yesus Kristus (1Korintus 15:3-11). 
• "Ilah" Stoik adalah abstraksi yang samar-samar, kadang-kadang dihubungkan dengan seluruh alam semesta, kadang-kadang dengan akal, dan kadang-kadang malah dengan unsur api: "Tidak kita tahu ilah apa itu, tetapi ada ilah yang berdiam" (Seneca, Surat-surat 41.2, dikutip dari Virgil). Sebaliknya Allah yang dikenal Paulus adalah Wujud pribadi yang dinyatakan dalam Kristus: "Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia" (Kolose 1:19). 
• Para Stoik mau menemukan "keselamatan" dalam keswasembadaan. Mereka berusaha memperoleh penguasaan atas diri sendiri agar dapat hidup secara serasi dengan alam. "Tujuan hidup adalah untuk bertindak sesuai dengan alam, yakni sekaligus baik dengan alam yang ada dalam diri kita maupun dengan alam semesta .... Jadi kehidupan yang sesuai dengan alam adalah keberadaan yang bijak dan bahagia, yang dinikmati hanya oleh orang yang selalu berusaha memelihara keserasian antara setan di dalam pribadi dengan kehendak Kuasa yang mengatur alam semesta" (Diogenes Laertius vii.1.53). Bagi Paulus, keselamatan berbeda sekali dengan gagasan tersebut. Ia menemukan bahwa keselamatan tidak bergantung pada diri sendiri, melainkan dengan penyerahan diri kepada Yesus Kristus: "Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku" (Galatia 2:19-20). 
• Filsafat Stoik tidak mempunyai masa depan; melainkan merupakan agama keputusasaan. Kebanyakan orang dianggap tidak sanggup mencapai kedewasaan moral. Masa depan mereka adalah untuk dibinasakan di mana satu siklus sejarah dunia mengikuti siklus lainnya, hanya untuk dilahirkan kembali atau di-reinkarnasi -- begitu rupa sehingga seluruh siklus dapat diulangi. Agama Kristen bertentangan dengan hal ini, dan menyatakan bahwa dunia yang kita kenal pasti akan berakhir dengan campur tangan Kristus sendiri. Kemudian akan tercipta suatu tata dunia yang sama sekali baru (1Korintus 15:20-28). 
Pengaruh Stoik terhadap Paulus haruslah dianggap sangat kecil saja. Setiap orang tak luput dari pemakaian kata-kata dan ungkapan-ungkapan yang dikenal dari konteks lain. Tetapi kalau Paulus memakai bahasa Stoik, maka ia memberikannya arti baru. Sebab berita Paulus tentang keselamatan melalui Kristus jauh berbeda dengan berita Stoik tentang keselamatan melalui penguasaan diri. 
d. Paulus dan Agama-agama Rahasia 
Sepintas lalu, ada beberapa kemiripan antara agama-agama rahasia dan agama Kristen. Keduanya datang ke Roma dari Timur. Keduanya menawarkan "keselamatan" kepada pengikut-pengikutnya. Keduanya memakai upacara penerimaan pengikut baru (baptisan Kristen) dan santapan sakramen (perjamuan kudus Kristen). Keduanya menyapa Allah penyelamatnya sebagai "Tuhan". Jika pengikut agama rahasia menjadi Kristen, maka terkadang kepercayaan-kepercayaan rahasia terbawa ke dalam jemaat. Mungkin peristiwa seperti inilah yang menjadi sumber persoalan di jemaat di Korintus, sehingga Paulus menulis surat-surat kepada jemaatnya. 
Oleh karena adanya persamaan antara agama Kristen dengan agama-agama rahasia, beberapa ahli mengira Paulus mengubah ajaran Yesus yang sederhana menjadi semacam agama rahasia. Namun tidak ada lagi ahli yang mempunyai pandangan semacam itu dewasa ini, karena tidak ada bukti sejarah yang mendukungnya secara nyata. Bukti yang ada malah menunjukkan kebalikannya. 
• Agama-agama rahasia selalu bersedia, bahkan rindu, bergabung dengan agama-agama lain. Ini sesuatu yang selalu ditolak oleh orang-orang Kristen, karena percaya hanya mereka saja yang memiliki seluruh kebenaran yang dinyatakan oleh Kristus. 
• Banyak bukti yang dahulu menunjukkan bahwa Paulus seorang penganut agama rahasia sekarang dianggap palsu. Umpamanya, gelar "Tuhan" yang dipakai untuk Yesus, sekarang ternyata diambil bukan dari agama- agama rahasia melainkan dari Perjanjian Lama. Pengakuan iman Kristen "semoga Tuhan kita datang" (yang ditulis dalam bentuk Aram, Maranata; 1Korintus 16:23) menunjukkan bahwa jemaat mula-mula di Yerusalem -- satu-satunya jemaat yang berbahasa Aram -- rupanya telah memberikan gelar itu kepada Yesus jauh sebelum munculnya Paulus 
• Apa yang mengesankan bagi dunia kafir bukanlah kemiripan agama Kristen dengan agama-agama lain, melainkan perbedaannya. Tuduhan yang paling sering dilontarkan terhadap orang-orang Kristen adalah mereka ateis, sebab tidak mau mengakui ilah-ilah lain. 
Tentu Paulus mengenal agama-agama rahasia, dan kemiripannya dengan agama Kristen. Mereka menceritakan tentang dewa-dewa yang turun dalam bentuk manusia; tentang keselamatan sebagai "mati" terhadap hidup yang lama; tentang seorang dewa yang memberikan hidup kekal; dan tentang dewa penyelamat yang dipanggil "tuhan". Ada kemungkinan Paulus, yang siap "menjadi segala-galanya bagi semua orang" (1Korintus 9:22), kadang-kadang dengan sengaja memakai ragam bahasa mereka. Tetapi kemungkinan besar ia memakainya secara tidak sadar. Sebab orang-orang terpelajar dari zamannya memakai bahasa agama-agama rahasia dengan mudah dan tanpa ikatan, sama seperti kita sering memakai bahasa astrologi populer dewasa ini. Paulus tidak menunjukkan bahwa ia memiliki pengetahuan secara rinci tentang agama-agama rahasia. Ia tidak pernah menyebut upacara-upacara mereka secara jelas. 
Latar belakang Paulus meliputi tiga dunia pemikiran: dunia Yahudi, dunia Yunani, dan dunia agama rahasia. Masing-masing dunia ini dapat memberikan sekadar keterangan tentang kepribadian dan pengajarannya. Tetapi kita akan khilaf bila menganggap Paulus hanyalah produk alami dari lingkungan kebudayaannya. Ia menganggap dirinya sendiri terutama sebagai "seorang di dalam Kristus" (2Korintus 12:2) atau seorang Kristen. Apa pun yang diperolehnya dari sumber sumber lain, ia mengakui bahwa Tuhannya yang baru mempunyai kuasa yang melebihi mereka semua, dan demi Kristus ia menganggap yang lainnya sebagai "sampah" (Filipi 3:8). 
(Sumber : John Drane, MEMAHAMI PERJANJIAN BARU, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1996 ) 
2. PENDIDIKAN PAULUS 
Menurut adat istiadat Yahudi yang taat, setiap anak laki-laki harus diberi pendidikan yang baik dan latihan yang sangat hati-hati di rumahnya. Dia menerima pendidikan dasar. Kemudian pada usia 13 sampai 15 tahun, ia dikirim ke Yerusalem untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi di sekolah kerabian (sebuah sekolah pendidikan dalam agama Yahudi). 
Di sekolah ini Paulus memperoleh kesempatan untuk belajar di bawah bimbingan Gamaliel, salah seorang guru terbesar pada jaman itu. Paulus menjadi seorang murid yang istimewa dan rupanya Gamaliel memberikan penghargaan tinggi kepadanya. 
3. KEMBALI KE TARSUS 
Ketika Paulus telah menyelesaikan pendidikannya di Yerusalem, ia kembali ke kota aslinya, Tarsus. Sekarang dia sudah siap bekerja. Orangtua serta guru-gurunya sangat bangga kepadanya. Ada kemungkinan Paulus menghabiskan waktunya selama beberapa tahun di Tarsus sebagai seorang rabi, guru agama Yahudi. Tidak ada catatan lain tentang dia selama tahun-tahun itu sampai ia kemudian kembali ke Yerusalem, tepat sebelum kematian Stefanus, seorang pengikut Yesus Kristus. 
Paulus sudah mendengar tentang gerakan Kristen yang menentang iman Yahudi. Paulus ingin pergi untuk membantu mempertahankan iman nenek moyangnya. Selama pengadilan Stefanus, Paulus ada di sana dengan teman-teman sebangsanya. Meskipun ia tidak ikut melempari Stefanus dengan batu, ia memiliki perasaan yang sama dengan orang-orang yang menganiaya Stefanus dan setuju bahwa Stefanus harus dihukum mati. Paulus menyaksikan kematian Stefanus. Walaupun ia tidak mengetahuinya pada waktu itu, kejadian ini memainkan peranan yang penting dalam keputusannya mengikut Tuhan Yesus Kristus di kemudian hari. 
4. PENGANIAYAAN ORANG-ORANG KRISTEN 
Paulus menjadi pemimpin di antara orang Yahudi. Para pemimpin yang lebih tua mundur dan membiarkan kesempatan kepada Paulus menjadi pimpinan pasukan untuk menghancurkan kekristenan. Paulus sendiri menggambarkan tindakannya yang melawan kekristenan ini dengan berkata: "Hal itu kulakukan juga di Yerusalem. Aku bukan saja telah memasukkan banyak orang kudus ke dalam penjara, setelah aku memperoleh kuasa dari imam-imam kepala, tetapi aku juga setuju, jika mereka dihukum mati. Dalam rumah-rumah ibadat aku sering menyiksa mereka dan memaksanya untuk menyangkal imannya dan dalam amarah yang meluap-luap aku mengejar mereka, bahkan sampai ke kota- kota asing." (Kisah Para Rasul 26:10,11) 
Paulus adalah seorang yang taat kepada agama Yahudi dan dia merasa bahwa apa yang dia lakukan itu benar. Ini terjadi sebelum ia mengalami kasih dan anugerah dari Tuhan dan Juru Selamat kita Yesus Kristus. 
5. PAULUS MULAI MENUJU KE DAMSYIK 
Pertobatan Paulus merupakan salah satu peristiwa terbesar sejarah kekristenan. Paulus telah bertanggung jawab atas begitu banyak kematian dan ribuan orang-orang Kristen yang dipenjarakannya. Sekarang ia ada dalam perjalanan menuju Damsyik, sebuah kota penting di Siria, untuk mengusir orang-orang Kristen di sana. 
Ada tiga peristiwa dari pengalaman pertobatan Paulus yang tercatat di dalam Perjanjian Baru. Lukas menceritakannya menurut kenyataan sejarah dan Paulus menceritakannya dengan kata-katanya sendiri sebanyak dua kali (semua dapat ditemukan dalam Kitab Kisah Para Rasul). 
Paulus telah membuat namanya ditakuti di antara semua orang Kristen di Yerusalem. Dia telah berhasil memisahkan atau membungkam banyak orang Kristen di kota suci itu. Kemudian, ia mendapat laporan tentang adanya kelompok besar orang Kristen di kota Damsyik. Kota Damsyik, kira-kira 240 km jauhnya dari Yerusalem. Dia memutuskan untuk pergi ke sana untuk melanjutkan penganiayaannya kepada orang- orang percaya ini. Dia telah diberi kekuasaan penuh dan membawa surat izin untuk memasuki kota dan menangkap semua orang Kristen di kota itu dan membawa mereka kembali dalam keadaan terbelenggu ke Yerusalem. Paulus dan kawan-kawan memulai perjalanan yang panjang menuju Damsyik. Perjalanan ini membutuhkan waktu enam sampai tujuh hari dan selama perjalanan panjang ini anak muda yang pandai dan penuh semangat ini mempunyai banyak waktu untuk berpikir. Mungkin ia mulai meragukan tindakannya. Dia tidak habis berpikir dan tidak mengerti bagaimana Stefanus bisa mati dengan begitu tenangnya. Dia tidak dapat melupakan doa Stefanus ketika Stefanus "menutup mata" dengan damai. Paulus merasa bahwa dia harus melakukan hal yang ia pandang benar, tetapi dia terganggu oleh pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawabnya. Oleh karena itu, ia pun pergi ke Damsyik. 
6. PERTOBATAN PAULUS 
Berita tentang kedatangan Paulus telah sampai ke Damsyik sebelum ia tiba di sana. Pertobatan Paulus terjadi ketika ia mendekati kota itu. Pada waktu tengah hari, tiba-tiba sebuah cahaya yang membutakan mata bersinar mengelilingi Paulus dan teman-temannya. Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah suatu suara berkata kepadanya, "Saul, Saul mengapa engkau menganiaya Aku?" Jawab Saulus: "Siapakah engkau, Tuhan?" Kata-Nya: "Akulah Yesus yang kau aniaya itu. Tetapi bangunlah dan pergilah ke dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang harus kauperbuat." (Kisah Para Rasul 9:4-6) Paulus berdiri dari tanah dan mendapati dirinya buta. Beberapa anak buahnya menuntun dia dan membawanya ke Damsyik. Selama tiga hari lamanya dia tidak dapat melihat dan tidak makan ataupun minum. Pengalaman ini mengubah Paulus sepenuhnya. Sekarang orang Farisi yang sombong ini berubah menjadi seorang yang kesakitan, gemetar, meraba-raba dan bergantung pada tangan orang lain yang menuntunnya sampai ia tiba di Damsyik. Ia pergi ke rumah Yudas dan langsung masuk ke kamarnya. Di sana ia tinggal selama tiga hari tanpa makanan dan minuman. Selama tiga hari itu Paulus berdoa dan berpuasa. Seluruh hidupnya telah berubah setelah pertemuannya dengan Kristus. Sekarang dia harus membangun kembali kehidupannya di dalam Kristus. 
Pertobatan Paulus diceritakan panjang lebar oleh Lukas dalam Kisah Para Rasul 9:1-9, dan kemudian masih disebut dua kali lagi dalam suatu pidato Paulus (lihat 22:6-16; 26:12-18). 
Paulus sendiri juga menyebutnya tetapi dengan jauh lebih sederhana. Dua teks yang secara cukup luas membicarakan pertobatannya sendiri, yakni Galatia 1:11-24 dan Filipi 3:4-14. 
a. Galatia 1:11-24 
Paulus menerima Injilnya dari Kristus sendiri, katanya, yakni dalam pewahyuan pada perjalanan ke Damsyik (lihat juga 1Korintus 15:8). Dari pewartaan para murid ia sudah tahu bahwa Yesus diimani sebagai Kristus. Justru itulah sebabnya bahwa ia menganiaya orang Kristen, yang dari sudut Yahudi mesti dilihat sebagai orang murtad. Tetapi pada perjalanan ke Damsyik ia mulai sadar bahwa orang Kristen benar, Yesus sungguh Almasih, Putra Allah. Bagi Paulus ini suatu pengalaman batin. Tetapi pengalaman iman ini, yang bersumber pada wahyu Allah sendiri, membuat Paulus menegaskan bahwa ia tidak menerima Injilnya dari manusia. Berulang kali ia mengatakan hal itu. 
Permasalahan Paulus dengan jemaat di Galatia menyangkut soal-soal agama Yahudi. Maka Paulus menandaskan bahwa dia sendiri pernah seorang Yahudi, sampai "menganiaya jemaat Allah". Dan bukan hanya Yahudi biasa saja: "sangat rajin memelihara adat-istiadat nenek- moyang". Paulus seorang Farisi, "lebih maju daripada banyak orang sebaya". Paulus tidak memandang rendah agama Yahudi (lihat Roma 10:1-3). Tetapi "Kristus adalah pembubaran hukum Taurat" (Roma 10:4). "Sebelum iman datang, kita berada di bawah pengawasan hukum Taurat, dan dikurung sampai iman dinyatakan. Maka hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang. Sekarang iman TELAH datang, karena itu kita tidak lagi berada di bawah pengawasan penuntun" (Galatia 3:23-24). Sebelum Kristus agama Yahudi memang baik ("hukum Taurat adalah rohani; hukum Taurat itu baik", Roma 7:14,16). Tetapi sekarang lain: Kristus telah datang, dan hukum Taurat tidak berlaku lagi. 
Dan bagi Paulus perubahan ini datang pada perjalanan ke Damsyik: "Allah berkenan menyatakan Anak-Nya di dalam aku" (lihat 1Korintus 9:1; 15:8). Paulus begitu terkesan bahwa ia merumuskan pengalamannya dengan suatu kutipan dari nyanyian "Hamba Tuhan": "Tuhan telah memanggil aku sejak dari kandungan, telah menyebut namaku sejak dari rahim ibuku" (Yesaya 49:1; Yeremia 1:5). Pengalaman pada perjalanan ke Damsyik bagi Paulus betul-betul karya rahmat, tanpa jasa manusia. Tetapi bukan rahmat untuk dinikmati saja, melainkan untuk dibagikan dengan banyak orang lain. Seperti hamba Tuhan begitu juga Paulus merasa diri dipanggil untuk menjadi "terang bagi bangsa-bangsa, supaya keselamatan sampai ke ujung bumi" (Yesaya 49:6; lihat juga Kisah Para Rasul 9:15). Sebagai reaksi atas rahmat yang mempesonakan ini Paulus mengundurkan diri: "Aku berangkat ke tanah Arab." Ia tidak bicara lagi dengan siapa-siapa tetapi mengundurkan diri ke tempat yang sepi untuk mengolah dan mengunyah pengalaman yang hebat ini. Baru tiga tahun kemudian ia pergi mengunjungi Petrus, kepala para Rasul. Sungguh mengharukan pertemuan antara kedua tokoh Gereja Purba ini. Paulus, ahli kitab dan Farisi, pemimpin kelompok Yahudi, yang mendapat surat kepercayaan dari pimpinan di Yerusalem, sekarang menghadap nelayan dari Tiberias untuk mendengarkan cerita mengenai Yesus. Di kemudian hari ia akan berkata: "Jika kami pernah menilai Kristus menurut ukuran manusia, sekarang kami tidak lagi menilai-Nya demikian" (2Korintus 5:16). Tetapi kunjungan ini hanya sebentar saja. Kemudian Paulus meneruskan lagi tugasnya di daerah Damsyik. Di Yerusalem ia (hampir) tidak dikenal. Paulus tidak akan menetap di pusat. la akan mengembara di seluruh dunia untuk memberitakan kabar baik mengenai kerahiman Tuhan. 
b. Filipi 3:4-14 
Dalam surat kepada umat di Filipi terdapat cerita lain dari Paulus mengenai pertobatannya. Di situ ia tidak begitu menyorotinya dari sudut rahmat Tuhan seperti dalam surat kepada umat di Galatia, melainkan dari perubahan yang terjadi dalam hidupnya sendiri. Suatu perubahan yang dahsyat, dan sungguh mempesonakan. Memang bukan perkara kecil bagi Paulus untuk berubah dari penganiaya jemaat Kristen menjadi Rasul Kristus. 
Juga di sini Paulus mulai dengan mengatakan bahwa ia berasal dari kalangan Yahudi. Ia menggambarkan secara mendetail apa yang dimaksudkan dengan "hidup secara Yahudi" (lihat Galatia 1:14; 5:3). Juga penganiayaan jemaat tidak didiamkan olehnya. Paulus tidak menyangkal asal-usul Yahudinya (lihat juga Roma 11:1; 2Korintus 11:22). Ia juga tidak menyangkal bahwa hukum Taurat pernah menjadi andalannya. "Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan, sekarang kuanggap rugi." Dan bukan karena ia menyesal bahwa pernah berusaha hidup baik sebagai orang Yahudi tetapi "karena Kristus", "karena pengenalan akan Kristus". Sebab mengenal Kristus itu lebih unggul dari apa-apa saja. Maka ia juga menyebut Kristus "Tuhanku". Dan inilah keterangannya: "Siapa yang ada dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu" (2Korintus 5:17; lihat Galatia 6:15). Orang tidak dapat mengenal Kristus dan tetap berpegang pada yang lama. Bertemu dengan Kristus berarti suatu perubahan radikal. Karena kepercayaannya akan Kristus ia memperoleh "kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan". Artinya: tanpa Kristus kita tidak dapat apa-apa (Roma 3:9: "semua ada di bawah kuasa dosa"). Tetapi Kristus "telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian dalam darah-Nya" bagi orang yang percaya (Roma 3:25). Maka "kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus" (Roma 5:1). 
Di sini Paulus sudah masuk ke dalam pokok teologinya: oleh kesatuan dengan Kristus kita diterima dan dibenarkan oleh Allah. Kristus, khususnya wafat dan kebangkitan Kristus, adalah pernyataan kerahiman Allah bagi kita (lihat Roma 3:22). "Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus" (2Korintus 5:19). Maka Paulus ingin menjadi satu dengan Kristus. Tidak hanya mengenal Kristus, tetapi "mengenal kuasa kebangkitan-Nya"; ingin "menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya", supaya juga ikut dengan Kristus dalam kehidupan-Nya. Sebab Allah "yang telah membangkitkan Yesus, akan membangkitkan kami juga bersama-sama dengan Yesus" (2Korintus 4:14; lihat 1Korintus 6:14). Sebab "jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu" (Roma 8:11). Kita ikut serta dengan Kristus. Dan hanya dalam kesatuan dengan Kristus itu kita dapat sampai kepada Allah. Tidak ada jalan lain. Oleh karena itu Paulus berani berseru: "Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus?" (Roma 8:35). Tidak ada. Sekarang ini "kewargaan kita sudah di dalam surga, dan dari situ kita menantikan Tuhan kita Yesus Kristus sebagai Juruselamat, yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini menjadi serupa dengan tubuh-Nya yang mulia" (Filipi 3:21). Tentu saja, semua itu masih diharapkan. "Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan" (Roma 8:24). Tetapi Paulus "mengejarnya", "berlari-lari, mengarahkan diri kepada apa yang di hadapannya"; berusaha untuk menangkapnya, "karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus". Paulus tidak dapat tinggal diam lagi: sekali disentuh oleh rahmat Kristus ia ditarik oleh daya kekuatan yang tak dapat ditahan lagi. "Bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku, yang kuhidupi sekarang ini, adalah hidup oleh iman akan Anak Allah yang mengasihi aku, dan menyerahkan diri untuk aku" (Galatia 2:20). 



7. ANANIAS 
Ananias adalah seorang murid di antara banyak orang Kristen di Damsyik. Dia dikasihi dan dihormati oleh semua orang yang mengenalnya. Ananias mendapatkan sebuah penglihatan dari Allah dan diperintahkan pergi ke rumah Yudas untuk menemui Saulus dari Tarsus. Ananias merasa sangat takut karena ia telah mendengar tentang semua kejahatan yang telah dilakukan Saulus terhadap orang- orang Kristen. Ananias barangkali sudah mengetahui bahwa dengan alasan ini jugalah Paulus datang ke Damsyik. Tetapi, Tuhan meyakinkan Ananias bahwa ia harus pergi, sehingga ia pun pergi mengunjungi Saulus. Kemudian Ananias menumpangkan tangannya ke atas kepala orang Farisi muda ini, dan berkata, "Saulus, saudaraku" dan memberitahukannya bahwa Yesuslah orang yang telah menampakkan diri dalam penglihatannya. Kemudian terbukalah mata Paulus dan ia menerima anugerah Roh Kudus. Setelah itu dia dibaptis, kemungkinan juga oleh Ananias. 
8. PAULUS MULAI BERKOTBAH 
Kita tidak terlalu heran ketika mengetahui bahwa rasul baru ini langsung memulai pekerjaan barunya. Dia mulai berkotbah tentang Kristus dan menyatakan bahwa Kristus adalah anak Allah. Para rasul Tuhan sangat heran dengan perubahan yang luar biasa pada diri Paulus. Orang-orang Yahudi yang mendengar dia juga merasa tidak percaya bahwa Sauluslah orang yang menyatakan hal itu. Paulus bertumbuh dalam kekuatan dan kuasa selama dia memberitakan Firman Tuhan. 
Paulus pergi ke Arab dan tinggal di sana selama tiga tahun. Inilah waktu untuk belajar dan mendalami Firman Allah guna mempersiapkan dirinya kepada satu pelayanan yang penting, yang sudah menunggu di hadapannya. 
Setelah tinggal di Arab, ia kembali ke Damsyik. Di sana banyak orang mendengarkan pemberitaannya dengan penuh semangat. Tetapi, tidak lama kemudian orang-orang Yahudi berusaha mencari dan membunuhnya. Oleh sebab itu, para murid merencanakan untuk meloloskan dia. Pada suatu malam Paulus disembunyikan dalam sebuah keranjang dan diturunkan di luar tembok kota. 
Sekarang Paulus mengerti apa yang telah ia perbuat terhadap orang- orang Kristen. Mulai saat itu banyak orang Yahudi mencari dia dan ingin menghancurkannya. Paulus adalah seorang rasul Allah yang begitu pandai dalam memberitakan Injil, baik kepada orang Yahudi ataupun kepada orang-orang yang bukan Yahudi. Orang yang bukan Yahudi adalah orang-orang yang berasal dari bangsa-bangsa lain. Dia telah bertumbuh di kota Tarsus, sebuah kota yang bukan Yahudi, dan tinggal serta belajar di sana sebagai seorang Yahudi. 


II. PERJALANAN MISI PAULUS YANG PERTAMA 
BACAAN ALKITAB 
* Kisah Para Rasul 9:19-22; 11:19-26; 13:1-52; 14:8-28; 15:1-35.
Kita akan mulai belajar tentang usaha mula-mula jemaat Kristen untuk menyebarkan Firman Tuhan ke negara-negara lain. Ini bukanlah rencana manusia, tetapi merupakan rencana Allah untuk menyebarkan Injil ke seluruh dunia kepada semua suku bangsa dan seluruh umat manusia. Yesus berkata, "dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku." (Yohanes 12:32) Yesus mengajarkan kepada murid-murid-Nya mengenai misi ke seluruh dunia ini. "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:19-20) 
Kita menyebut perintah ini sebagai "Amanat Agung". Amanat Agung untuk "semua bangsa". Memang sulit bagi para pengikut-Nya untuk memulai pekerjaan ini, bahkan setelah kebangkitan-Nya dan kenaikan-Nya ke surga. Kemungkinan besar para murid Tuhan Yesus mula-mula menetap di Yerusalem, namun karena penganiayaan semakin menjadi-jadi, mereka akhirnya tercerai-berai dan tersebar ke negera-negara lain. Jadi, mereka menyebarkan Injil, namun mereka sebetulnya tidak memiliki rencana untuk melakukan hal itu. Tetapi, orang-orang Kristen ini membutuhkan seorang pemimpin yang dapat mengatur, merencanakan program, dan memimpin mereka di dalam suatu misi kepada bangsa-bangsa lain. Pemimpin ini adalah Paulus. Kira-kira, sepuluh tahun setelah pertobatannya, ia telah mempersiapkan dirinya dan bersiap-siap untuk memimpin misi gereja yang nyata ini. 
1. GEREJA BUKAN YAHUDI DAN MISI PAULUS 
Kisah Para Rasul 11:19-15:35 
Gerakan pelayanan firman kepada bangsa-bangsa lain seperti yang dilukiskan di dalam Kisah Para Rasul dimulai pada saat didirikannya gereja di Antiokhia di Siria. Pembentukan gereja ini merupakan bagian dari penyebaran tiba-tiba yang terjadi di dalam masa peralihan. Di antara Kisah Para Rasul 8:4 dan 11:19 terdapat suatu hubungan yang jelas, seperti yang dikatakan oleh ayat yang terakhir: 
"Sementara itu banyak saudara-saudara telah tersebar karena penganiayaan yang timbul sesudah Stefanus dihukum mati. Mereka tersebar sampai ke Fenesia, Siprus dan Antiokhia; namun mereka memberitakan Injil kepada orang Yahudi saja. Akan tetapi di antara mereka ada beberapa orang Siprus dan orang Kirene yang tiba di Antiokhia dan berkata-kata juga kepada orang-orang Yunani dan memberitakan Injil, bahwa Yesus adalah Tuhan." (Kisah Para Rasul 11:19-20) 
Orang-orang percaya dari Siprus dan Kirene yang mengajar di Antiokhia telah menyimpang dari kebiasaan umum di antara rekan-rekannya sambil mengabarkan Injil juga kepada orang Yunani. Komentar Lukas di sini menunjukkan bahwa uraiannya tentang masa transisi lebih menekankan hal-hal baru daripada prosedur khotbah yang biasa. Antiokhia, di mana Injil diberitakan pada masa itu, begitu istimewa hingga ia menjadi pusat dari seluruh usaha misi yang baru. 
Gereja di Antiokhia 
Antiokia, dengan jumlah penduduk lebih dari setengah juta jiwa, pada waktu itu adalah salah satu kota terbesar di wilayah kekaisaran Romawi. 
Kota Antiokhia dibangun oleh Seleukus Nicator dalam tahun 300 SM. Di bawah pemerintahan raja-raja Seleuk yang pertama ia berkembang dengan pesat. Pada mulanya kota ini sepenuhnya dihuni oleh orang-orang Yunani, namun kemudian orang-orang Siria menetap di luar tembok kota dan akhirnya menyatu dengan kota sejalan dengan perkembangan kota itu. Unsur penduduk yang ketiga adalah orang-orang Yahudi, banyak di antaranya yang merupakan keturunan dari penghuni kota pertama yang didatangkan dari Babilon. Mereka mempunyai hak-hak yang sama dengan orang Yunani dan tetap menjalankan ibadat mereka di sinagoge-sinagoge. Di bawah pemerintahan Romawi, Antiokhia menjadi makmur. Karena merupakan pintu gerbang militer dan perniagaan ke Timur, ia menjadi kota yang terbesar setelah Roma dan Aleksandria. 
Para pembawa berita Firman pertama yang tiba di Antiokia dari Yerusalem telah merencanakan untuk melayani orang-orang Yahudi di kota itu. Tetapi, para pelayan Tuhan lainnya yang berasal dari Siprus dan Kirene telah mulai pekerjaan mereka di tengah-tengah orang Yunani. Ini merupakan usaha nyata yang pertama kali dilakukan untuk bangsa-bangsa lain. Sejak awal, jemaat mula-mula telah sangat kuat. 
"Dan tangan Tuhan menyertai mereka dan sejumlah besar orang menjadi percaya dan berbalik kepada Tuhan." (Kisah Para Rasul 11:21) Jemaat mula-mula yang terdiri dari banyak suku bangsa dan yang menyembah Allah ini bersama-sama menjadi salah satu jemaat yang terkuat waktu itu. Inilah pelajaran untuk kita hari ini. Jikalah kita dapat membuang jauh-jauh semua prasangka buruk dan perbedaan-perbedaan antara kita dengan suku dan bangsa lain, dan dengan sungguh-sungguh menyembah Tuhan kita dalam roh kebenaran, maka tidaklah mustahil jemaat gereja kita dapat memiliki kuasa yang sama dengan gereja jemaat mula-mula ini. 
Di bawah kepemimpinan Barnabas, para jemaat mampu bertumbuh dengan begitu pesatnya sehingga ia membutuhkan banyak bantuan. Ketika Paulus diminta datang dari Tarsus untuk membantu pekerjaan itu, jemaat menjadi makin lebih kuat lagi karena Paulus memiliki karunia untuk mengajar jemaat. Kemudian, para jemaat mulai memberikan perhatian kepada orang-orang yang bukan Yahudi yang ada di negara- negara lain. Para jemaat menyadari bahwa menyebarkan Injil kepada bangsa-bangsa lain adalah kewajiban mereka. Jemaat yang kuat ini memperoleh penghargaan dalam pelayanan mereka sebagai pusat penyebaran Injil kepada orang-orang yang bukan Yahudi. Di Antiokialah murid-murid ini pertama kali disebut Kristen. 
Tahun berdirinya gereja di Antiokhia tidak dinyatakan dengan jelas. Nampaknya ia berdiri tidak lama setelah kematian Stefanus, mungkin sekitar tahun 33 hingga 40. Untuk mendapatkan ukuran dan reputasi yang cukup berarti hingga dapat menarik perhatian gereja di Yerusalem (11:22) tentu dibutuhkan beberapa waktu. Gereja di Yerusalem mengutus Barnabas untuk mengunjungi Antiokhia, di mana ia bekerja entah selama berapa lama, dan kemudian pergi ke Tarsus untuk meminta Paulus agar menjadi pembantunya (11:22-26). Mereka bekerja bersama-sama selama sekurang-kurangnya satu tahun setelah itu (11:26) sebelum Agabus meramalkan bahaya kelaparan yang akan menimpa dunia "pada zaman Claudius" (11:28). Makna yang tersirat dalam ayat ini adalah bahwa ramalan ini diberikan sebelum Claudius naik takhta pada tahun 41, dan bahwa bahaya kelaparan terjadi sesudah itu. Data kronologis lainnya diperoleh dari penyebutan tentang Herodes Agripa I (12:1), yang meninggal dunia pada tahun 44. Mungkin pelayanan di Antiokhia dimulai sekitar tahun 33 hingga 35. Bila dana bantuan kelaparan dikumpulkan sekitar tahun 46, Barnabas pasti telah mulai menjalin hubungannya dengan Antiokhia sekitar tahun 43, yang berarti bahwa Paulus mulai menjalankan tugasnya di sana pada tahun 46. 
Meskipun kronologi ini tidak dapat dikatakan pasti, ia cukup sesuai dengan perkembangan kegiatan Paulus yang diketahui. Bila ia menjadi percaya dalam tahun 31 atau katakanlah 32, dan menghabiskan waktu tiga tahun di kawasan Damsyik (Galatia 1:18), ia akan tiba di Yerusalem sebelum tahun 35. Bila ia menghabiskan waktu selama 15 hari di Yerusalem sebelum kembali ke Tarsus (Kisah 9:28-30), maka ketika Barnabas datang untuk menyertainya dalam tugas barunya ia tentu sudah berkhotbah selama 11 tahun di Tarsus dan Kilikia. Nampaknya ada suatu kesenjangan waktu yang cukup besar di sini, tetapi banyak kesenjangan lain dalam karangan Lukas mengenai perkara yang sama pentingnya hingga keadaan ini tidak menjadi sesuatu yang luar biasa. 
Gereja di Antiokhia cukup penting, karena ia memiliki beberapa segi yang menonjol. Pertama, ia adalah induk dari gereja bagi bangsa- bangsa lain. Rumah di keluarga Komelius tidak dapat disebut gereja dalam arti yang sama dengan kelompok umat di Antiokhia, karena ia adalah suatu kelompok keluarga pribadi bukan suatu jemaat umum. Dari gereja Antiokhia berangkatlah misi resmi yang pertama ke dunia yang belum tersentuh Injil. Di Antiokhia dimulailah perdebatan yang pertama tentang status umat Kristen dari bangsa-bangsa lain. Ia merupakan pusat tempat berkumpulnya para pemimpin gereja. Secara bergantian, Petrus, Barnabas, Titus, Yohanes Markus, Yudas Barsabas, Silas, dan bila naskah Barat benar, penulis dari buku ini sendiri, semuanya dihubungkan dengan gereja di Antiokhia. Patut untuk diperhatikan bahwa dapat dikatakan mereka semuanya terlibat dalam misi kepada bangsa- bangsa lain dan disebut-sebut dalam Surat Kiriman Paulus maupun di dalam Kisah Para Rasul. 
Kitab-kitab Injil mungkin berasal dari Antiokhia. Kemungkinan hubungan di antara Markus dan Lukas maupun kenyataan pertemuan mereka di Roma barangkali dapat menjawab beberapa masalah yang sering diperdebatkan dalam Masalah Sinoptis. Ignatius, uskup di Antiokhia pada akhir abad yang pertama, nampaknya nyaris hanya mengutip dari Matius, ketika ia berbicara mengenai Injil, seolah-olah Injil Matius adalah satu- satunya Injil Sinoptis yang diketahuinya. Streeter mempertahankan pendapatnya secara panjang lebar bahwa Injil Matius berasal dari Antiokhia, karena ia digunakan oleh Ignatius dan di dalam Didakhe (Ajaran Dua Belas Rasul), keduanya menurutnya adalah dokumen-dokumen orang Siria. Bila ketiga Injil Sinoptis menanamkan dasarnya pada suasana yang hidup dalam khotbah lisan gereja di Antiokhia, pelayanan firman mereka kepada dunia dapat dikatakan merupakan warisan dari gereja ini kepada bangsa-bangsa lain yang percaya dari masa yang lalu maupun masa sekarang. 
Gereja di Antiokhia juga tersohor karena guru-gurunya. Di antara mereka yang disebut di dalam Kisah Para Rasul 13:1, hanya Barnabas dan Paulus yang baru dikenal dalam beberapa penyebutan belakangan, tetapi pelayanan mereka pasti telah membuat gereja ini terkenal sebagai pusat pengajaran. Jelas sekali bahwa Antiokhia telah mengalahkan Yerusalem sebagai pusat pengajaran Kristen dan sebagai markas misi penginjilan. 
Mungkin perkembangan Antiokhia makin dipercepat oleh penindasan Herodes dalam tahun 44. Gereja di Yerusalem selalu dalam keadaan kekurangan dana, karena banyak anggota jemaat yang miskin yang harus selalu ditunjang oleh sumbangan-sumbangan. Bahaya kelaparan itu pasti makin melemahkan mereka, meskipun ada dana sumbangan dari Antiokhia (11:28-30). Penindasan di bawah Herodes mengakibatkan kematian Yakobus, anak Zebedeus (12:2), dan Petrus juga nyaris kehilangan nyawanya (12:17). Kisah selingan dalam 12:1-24 hanya memberikan gambaran sekilas tentang keadaan di Yerusalem, tetapi ia menunjukkan gereja yang tetap setia bertahan meskipun tekanan begitu berat, yang terus berusaha mempertahankan keberadaannya sampai saat yang terakhir. 
Fakta yang paling kuat tentang gereja di Antiokhia adalah kesaksian ini. 'Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen" (11:26). Sebelum itu orang-orang yang percaya kepada Kristus dianggap sebagai suatu sekte agama Yahudi, tetapi dengan masuknya bangsa-bangsa lain ke dalam kelompok mereka dan dengan makin berkembangnya sistem pengajaran yang sangat berbeda dengan hukum Musa, dunia mulai melihat perbedaan itu dan menyebut mereka dengan julukan yang lebih tepat. "Kristen" berarti "milik Kristus" seperti Herothan berarti "milik Herodes". Mungkin nama ini dimaksudkan sebagai suatu ejekan, tetapi watak para Rasul dan kesaksian yang mereka sampaikan memberikan arti yang menyanjung. 
2. PEKERJAAN ROH KUDUS 
"Pada waktu itu di jemaat Antiokia ada beberapa nabi dan pengajar, yaitu Barnabas dan Simeon yang disebut Niger, dan Lukius orang Kirene, dan Menahem yang diasuh bersama dengan raja wilayah Herodes, dan Paulus. Pada suatu hari ketika mereka beribadah kepada Tuhan dan berpuasa, berkatalah Roh Kudus: "Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang telah Kutentukan bagi mereka." Maka berpuasa dan berdoalah mereka, dan setelah meletakkan tangan ke atas kedua orang itu, mereka membiarkan keduanya pergi. Oleh karena disuruh Roh Kudus, Barnabas dan Paulus berangat ke Seleukia dan dari situ mereka berlayar ke Siprus." (Kisah Para Rasul 13:1-4) Kita tahu ketika para pemimpin sedang berdoa dan berpuasa, Roh Kudus berbicara kepada mereka dan berkata, "Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagiku untuk tugas yang telah ditentukan bagi mereka." Alkitab selanjutnya menceritakan kepada kita bahwa mereka menumpangkan tangan dan mengutus kedua orang itu pergi untuk melakukan tugas mereka. Jemaat di Antiokia merasa sangat kehilangan dengan perginya kedua pemimpin yang kuat ini, namun mereka menyadari bahwa ini adalah suatu kesempatan yang besar untuk dapat saling membagikan pekerjaan pengabaran Injil ke seluruh dunia. 
3. MEREKA MEMULAI PERJALANAN MISI YANG PERTAMA 
Bacalah Kisah Para Rasul 13:4-13. Barnabas, Paulus, dan Yohanes Markus, seorang muda dari Yerusalem, memulai pekerjaan mereka. Barnabas, yang tertua, dianggap sebagai pemimpin. Paulus dan Barnabas merupakan sahabat baik dan keduanya saling menghargai. Yohanes Markus ikut untuk membantu mereka. Dia adalah anak dari Maria, seorang Kristen yang taat dan aktif di Yerusalem. Dia juga sepupu Barnabas. 
Mereka berlayar ke Seleukia dan berjalan sepanjang 110 kilometer ke Salamis, di pantai timur Siprus. Siprus adalah rumah lama Barnabas. Para penginjil ini mengunjungi tempat-tempat penting di pulau Siprus sampai akhirnya mereka tiba di Pafos. Di Pafos mereka bertemu dua orang terkemuka, yaitu seorang tukang sihir yang bernama Elimus Baryesus dan Sergius Paulus yang menjadi gubernur pulau itu. Sergius Paulus memanggil Barnabas dan Paulus sebab ia ingin mendengar Firman Tuhan. Ketika para penginjil itu berusaha memenangkan Sergius Paulus bagi Kristus, Elimus berusaha menghalang-halangi mereka. Akhirnya, Paulus menantang "anak iblis" ini dan membuat mata orang itu buta untuk beberapa saat. Melihat apa yang terjadi, Sergius Paulus merasa sangat takjub dan percaya ajaran Tuhan. 
Mulai saat inilah Lukas menyebut para pengabar Injil ini sebagai "Paulus dan kawan-kawannya atau Paulus dan Barnabas". 
4. KE ASIA KECIL 
Paulus dan kawan-kawannya sekarang meninggalkan Pafos dan berlayar ke Perga di Pamfilia. Di sana Yohanes Markus meninggalkan kelompok ini dan kembali ke rumahnya di Yerusalem. 
Paulus dan Barnabas meneruskan perjalanannya ke Antiokia (di Pisidia). Di Antiokia Paulus pergi ke rumah ibadah dan memberitakan Firman Tuhan di sana. Pemberitaan itu membuat orang-orang di sana takjub dan mereka memintanya berkhotbah lagi. Bacalah Firman Tuhan yang diberitakan Paulus di dalam Kisah Para Rasul 13:14-42. 
Pada hari Sabat berikutnya, Paulus berkhotbah lagi dan hampir seluruh kota itu berkumpul bersama-sama untuk mendengar Firman Tuhan. Hal ini membuat jengkel orang-orang Yahudi di sana. Mereka merasa iri dan mulai membantah apa yang dikatakan Paulus. Namun, Paulus berkata bahwa kepada merekalah Firman Tuhan pertama kali diberitakan. Namun karena mereka menolaknya, Paulus dan Barnabas berpaling kepada bangsa-bangsa lain. Mendengar itu bergembiralah semua orang yang tidak mengenal Allah dan mereka memuliakan Firman Tuhan dan semua orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal, menjadi percaya. Lalu, Firman Tuhan tersiar di seluruh daerah itu. Kisah Para Rasul 13:48-49. Injil Allah mulai masuk di hati bangsa- bangsa lain. 
Namun sebaliknya, orang Yahudi berbalik melawan Paulus dan Barnabas dan mengusir mereka dari kota. 
Kira-kira, 120 kilometer di sebelah tenggara Antiokia terdapat sebuah kota yang bernama Ikonium. Paulus dan Barnabas langsung pergi ke tempat ibadah memberitakan Firman Tuhan di sana. Banyak orang menjadi percaya dan menerima Kristus. Namun, ada juga musuh- musuh di sana. Para Rasul memperlihatkan banyak tanda-tanda dan mujizat dan tinggal lama di sana untuk memberitakan Firman Tuhan. Akhirnya, musuh-musuh itu membentuk suatu kelompok massa dan mengancam untuk membunuh para pengabar Injil ini. Akibatnya, Paulus dan Barnabas terpaksa harus menyingkir dari kota itu. 
5. PAULUS DI LISTRA 
Paulus dan Barnabas terusir dari Ikonium. Kota tujuan Paulus berikutnya adalah Listra. Di kota ini diperkirakan ada beberapa keluarga Yahudi, setidak-tidaknya ada satu keluarga Yahudi yang tinggal di sana. Ada seorang janda bernama Eunike. Dia memiliki seorang anak bernama Timotius. Suami Eunike bukanlah Yahudi dan Timotius belum pernah disunat. (Sunat adalah keharusan bagi setiap orang yang ingin masuk ke dalam agama Yahudi.) Lois, ibu Eunike, juga tinggal di rumah itu. Paulus dan Barnabas memenangkan keluarga ini bagi Kristus. 
Bacalah Kisah Para Rasul 14:8-20. Di Listra ada seorang lumpuh yang mendengarkan Paulus berkhotbah. Dia lumpuh sejak lahir. Dia hanya bisa duduk di pinggir jalan di Listra. Mungkin saja, ia seorang pengemis yang dikenal oleh banyak orang di sana. Paulus melihat bahwa orang ini beriman dan dapat disembuhkan. Lalu, kata Paulus kepada orang itu dengan suara nyaring. "Berdirilah tegak di atas kakimu." Segeralah orang itu berdiri dan berjalan. Ketika orang- orang bukan Yahudi melihat kejadian itu, mereka menyangka Paulus dan Barnabas adalah dewa-dewa yang turun dan menjelma sebagai manusia. Mereka memanggil Paulus dan Barnabas dengan sebutan Zeus dan Hermes (nama dari dua dewa Yunani). 
Orang-orang itu mulai mempersiapkan perayaan yang besar untuk menghormati mereka. Dengan segera Paulus dan Barnabas memberitahukan bahwa mereka bukanlah dewa, dan menjelaskan bahwa mereka hanyalah manusia biasa. Mereka juga menjelaskan bahwa mereka datang ke kota itu untuk memberitakan Firman Tuhan. "Hai kamu sekalian, mengapa kamu berbuat demikian? Kami ini adalah manusia biasa sama seperti kamu. Kami ada di sini untuk memberitakan Injil kepada kamu, supaya kamu meninggalkan perbuatan sia-sia ini dan berbalik kepada Allah yang hidup, yang telah menjadikan langit dan bumi, laut, dan segala isinya. Dalam zaman yang lampau Allah membiarkan semua bangsa menuruti jalannya masing-masing namun Ia bukan tidak menyatakan diri-Nya dengan berbagai-bagai kebajikan, yaitu dengan menurunkan hujan dari langit dan dengan memberikan musim-musim subur kepada kamu. Ia memuaskan hatimu dengan makanan dan kegembiraan." (Kisah Para Rasul 14:15-17) 
Kemudian, datanglah satu kelompok orang-orang Yahudi yang memimpin suatu massa yang melempari Paulus dengan batu lalu meninggalkannya sebab mereka menyangka dia telah mati. Lalu, teman-teman Paulus menemukan dia dalam keadaan hidup dan menolongnya untuk melarikan diri. Kemudian, ia dan Barnabas pergi ke Derbe. Sekarang, tiba saatnya untuk menyelesaikan pelayanan misi mereka yang pertama dan memulai perjalanan mereka pulang ke rumah. Dalam perjalanan pulang mereka mengunjungi Listra, Ikonium, Antiokia, dan Perga. Paulus dan Barnabas ingin menolong orang-orang itu dalam pekerjaan mereka dan mengumpulkan mereka dalam berbagai jemaat gereja. Paulus dan Barnabas juga ingin menolong mereka memilih penatua yang dapat bertanggung jawab untuk jemaat-jemaat ini. Mereka mendirikan jemaat gereja di setiap kota dan menetapkan seorang pemimpin sebagai gembala dan guru. Jemaat-jemaat dari bangsa-bangsa lain sekarang sudah berdiri di Asia ini. 
6. KEMBALI KE ANTIOKIA 
Ketika mereka akhirnya tiba di Antiokia, para penginjil itu mengumpulkan para jemaat dan menceritakan semua hal yang telah Tuhan lakukan kepada mereka, dan bahwa Tuhan telah membuka pintu bagi bangsa-bangsa lain untuk beriman. Sungguh merupakan kisah yang luar biasa karena mendengarkan pelayanan mereka selama dua tahun di antara bangsa-bangsa lain. Para jemaat yang mendengarkan merasa puas sekali atas laporan para rasul itu. Pekerjaan di antara orang Yunani telah dimulai dengan cara yang luar biasa dan Tuhan telah memberkatinya. Pekerjaan penginjilan Paulus bukan lagi menjadi sebuah angan-angan, tetapi merupakan suatu kenyataan yang mulia. Bangsa-bangsa lain telah mengetahui kasih Kristus dan mereka tidak akan melupakan-Nya. Salah satu dari perubahan tersebar di dalam sejarah manusia telah terjadi. Banyak orang Yahudi dan Yunani kini menjadi bagian dari tubuh Kristus. "Sebab kamu semua adalah anak- anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus. Karena kamu semua yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus. Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu didalam Kristus Yesus." (Galatia 3:26-28) 
7. JEMAAT-JEMAAT BUKAN-YAHUDI YANG PERTAMA 
Sebagai hasil dari kunjungan-kunjungan Paulus, baik 
"orang-orang yang takut kepada Allah" (orang proselit) maupun orang-orang yang kafir sama sekali, menjadi percaya kepada Yesus Kristus. Paulus mulai menyadari betapa penting panggilannya itu. Pengalamannya pada waktu ini juga meyakinkannya bahwa orang-orang bukan-Yahudi yang percaya harus diterima dalam persekutuan Kristen tanpa kewajiban disunat dan memelihara peraturan- peraturan lain dari hukum Taurat. Paulus menyadari setelah pertobatannya, hubungannya yang baru dengan Yesus Kristus juga mengakibatkan suatu hubungan yang baru dengan orang-orang lain termasuk dengan orang-orang yang dibencinya dahulu. Jadi sekarang ia menginsyafi bahwa walaupun dahulu ia tergolong orang Yahudi yang ketat, ia dipersatukan dengan orang-orang bukan-Yahudi dengan cara yang baru dan lebih mendalam, begitu mereka menerima tuntutan Yesus Kristus atas hidup mereka. Setelah pengalamannya di jalan menuju Damsyik, hal itulah yang memang sudah diperkirakan terjadi atas Paulus. Telah diterangkan kepadanya waktu itu bahwa ia akan memainkan peranan yang sangat khusus di dalam usaha penyebaran berita Kristen ke seluruh dunia. Ketika Paulus dan Barnabas kembali ke Antiokhia di Siria, mereka menemukan jemaat di sana setuju dengan mereka tentang pokok tersebut, dan menyambut keberhasilan mereka menginjili orang- orang di Asia Kecil bagian selatan (Kisah Para Rasul 14:27-28). 
Orang Yahudi dan Bukan-Yahudi 
Tetapi keadaan bahagia itu tidak berlangsung lama. Beberapa pembawa berita dari jemaat di Yerusalem segera tiba di Antiokhia dengan sikap yang sangat berlainan. Yang lebih buruk lagi, mereka juga mengunjungi jemaat-jemaat Kristen baru yang dibangun oleh Paulus dan Barnabas dalam perjalanan misionernya yang pertama (Galatia 2:11-14). Mereka mulai mengacaukan jemaat-jemaat itu dengan mengatakan Paulus hanya memberitakan setengah berita Kristen kepada mereka. Menurut Paulus, jika orang-orang bukan-Yahudi bersedia menerima tuntutan-tuntutan Kristus atas hidup mereka, mereka akan diberikan kuasa oleh Roh Kudus yang bekerja di dalam diri mereka, sehingga mereka dapat menjalankan hidup yang menyenangkan hati Allah. Bagi banyak orang Kristen Yahudi, ide tersebut adalah hujatan. Mereka percaya Allah telah menyatakan kehendak-Nya dalam Perjanjian Lama, di mana diajarkan dengan jelas jika seseorang ingin menjadi anggota persekutuan ilahi, ia harus disunat dan mengikuti banyak peraturan lainnya. Bagaimana Paulus dapat mengatakan bahwa orang-orang bukan-Yahudi ini sudah menjadi Kristen yang benar kalau mereka belum pernah mempertimbangkan implikasi sepenuhnya dari wahyu Allah dalam Perjanjian Lama? Bagaimana mungkin Paulus berani berkata bahwa moralitas Kristen dapat dicapai dengan cara yang lain daripada penerapan peraturan-peraturan Yahudi secara ketat dalam kehidupan orang Kristen? 
Orang-orang Kristen baru itu menjadi bingung dengan ajaran seperti itu. Yang mereka pahami ialah mereka telah menerima berita yang disampaikan Paulus; hidup mereka telah diubah sama sekali oleh Tuhan yang sama yang menjumpai Paulus di jalan ke Damsyik, dan mereka harus percaya kepada Tuhan itu yang akan membantu mereka menjalankan hidup yang menyenangkan Allah. Banyak di antara mereka tidak pernah menjadi penganut agama Yahudi, dan tidak tahu isi Perjanjian Lama. Dan Paulus tidak memberikan petunjuk kepada mereka untuk mempelajarinya agar dapat diterima Allah. 
Tetapi ketika orang-orang Kristen baru ini mulai membaca Perjanjian Lama di bawah bimbingan orang-orang Kristen Yahudi, mereka menemukan begitu banyak peraturan yang tidak mungkin dapat dipenuhi, walaupun itu dianggap perlu untuk memperoleh keselamatan. Beberapa dari mereka mencoba melakukannya, mulai dengan memelihara hari Sabat Yahudi dan mungkin juga beberapa hari raya Yahudi lainnya (Galatia 4:8-11). Sejumlah besar di antara mereka mulai mempertimbangkan sunat, agar memenuhi ketentuan Perjanjian Lama (Galatia 5:2-12). Tetapi bagian terbesar dari mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan. 
Pada saat itulah berita tersebut didengar oleh Paulus. Ia sangat marah. Tidak mungkin dia langsung mengunjungi jemaat-jemaat tersebut pada waktu itu, jadi ia memutuskan untuk menulis surat kepada mereka. Surat itulah yang kita kenal sebagai Surat Galatia. 
8. PAULUS SEBAGAI SEORANG MISIONARIS 
Kita sekarang sudah mengetahui berbagai pengalaman yang dialami Paulus selama perjalanan misinya yang pertama. Kita mendapat kesempatan untuk melihat pekerjaan Paulus dalam misinya yang luar biasa. Pekerjaan Paulus dan Barnabas setidak-tidaknya memiliki empat fungsi: 

a. Mereka adalah penginjil. Mereka memberitakan Firman Tuhan kepada orang banyak. Pesan-pesan yang mereka sampaikan begitu mengena dan telah memenangkan banyak jiwa bagi Kristus. 
b. Mereka melayani sebagai guru. Banyak pertanyaan yang tidak dapat dijawab dalam pertemuan umum. Paulus dan Barnabas tentunya harus meluangkan banyak waktu, siang dan malam, mengajar secara pribadi ataupun kelompok. 
c. Mereka adalah konselor (penasihat). Pekerjaan mereka menuntut banyak bimbingan kepada orang Kristen baik secara pribadi maupun kelompok. Mereka melayani sebagai gembala kepada orang-orang yang membutuhkan pelayanan ini. 
d. Mereka juga bertindak sebagai penuntun (pembimbing) pada masalah organisasi jemaat. Paulus memang baru dalam hal ini, tetapi metode-metodenya begitu berhasil baik sehingga sampai sekarang pun kita masih menggunakannya sebagai pedoman untuk gereja-gereja kita. Tuhan telah memberkati Paulus secara luar biasa selama perjalanannya yang pertama. Bahkan kemenangan-kemenangan yang lebih besar sudah siap menunggu dalam perjalanannya yang selanjutnya. 
9. MASALAH DALAM GEREJA 
Bacalah Kisah Para Rasul 15:1-35. Sementara para penginjil ini sedang beristirahat dan bersekutu di Antiokia, mereka menerima kabar tentang adanya satu masalah besar, yang mengancam kehidupan jemaat itu sendiri. Pertanyaannya adalah dapatkah seorang bukan Yahudi menjadi seorang Kristen? Kita tahu bahwa Filipus dan Petrus bersaksi dan memberitakan Injil di antara orang Samaria dan banyak bertobat di sana. Petrus secara terang-terangan mempertahankan pekerjaan dan pelayannya untuk memenangkan Kornelius dan orang- orang Yunani lainnya di Kaisarea. Baca peristiwa ini dalam Kisah Para Rasal 10 dan pengalaman Petrus di Kisah Para Rasul 11:18. Para jemaat sebenarnya sudah menyetujui orang-orang Kristen Yunani di jemaat Antiokia di Siria. Tetapi sementara Paulus dan Barnabas meninggalkan mereka, orang-orang ini mulai mempertanyakan apakah orang-orang bukan Yahudi dapat dibenarkan menjadi Kristen. Beberapa orang dari jemaat di Yerusalem datang ke Antiokia untuk membahas masalah ini. Orang-orang ini dulunya adalah orang-orang Farisi dan mereka tetap berkeyakinan bahwa orang bukan Yahudi tidak dapat menjadi Kristen tanpa terlebih dahulu disunat. Dengan kata lain, orang itu harus menjadi orang Yahudi dulu. Ada banyak masalah di Antiokia yang timbul karena ajaran yang salah ini. 
Ketika Paulus mendengar hal ini, dengan segera ia melihat bahaya yang benar-benar mengancam jemaat. Masalah ini bisa memecah belah para jemaat, juga bisa menghambat pertumbuhan kekristenan itu sendiri. Paulus langsung mengambil sikap yang tegas atas masalah ini. Paulus mengatakan bahwa sunat tidak diperlukan supaya mereka dapat memperoleh keselamatan. 
Kemudian diputuskan untuk membawa masalah ini ke Yerusalem bukan untuk menerima persetujuan dari jemaat di sana, sebab jemaat di sana sama sekali tidak memiliki kuasa atas jemaat lainnya - namun karena orang-orang dari Yerusalemlah yang pertama kali mempertanyakan hal ini di jemaat di Antiokhia. Paulus juga ingin supaya pemimpin-pemimpin di Yerusalem mengambil keputusan yang positif akan hal ini, sehingga semua jemaat dapat terlepas dari masalah tersebut. 
Di Yerusalem, para pemimpin jemaat dipanggil bersama untuk pertemuan pribadi. Dalam pertemuan itu Petrus menceritakan kesaksiannya tentang seorang yang bukan Yahudi, yakni Kornelius. Paulus dan Barnabas juga membagikan berkat-berkat yang telah mereka terima pada saat mereka bersaksi kepada bangsa-bangsa lain. Keputusan akhir yang mereka ambil memberikan kemenangan yang melimpah bagi Paulus. Mereka memutuskan untuk mengirim sepucuk surat kepada seluruh jemaat dan menyatakan bahwa sunat dan upacara penerimaan secara Yahudi tidak dibutuhkan bagi orang yang bukan Yahudi yang ingin menjadi orang Kristen. Apa yang penting bagi bangsa-bangsa lain untuk bisa selamat? Petrus mengatakan dengan begitu indahnya di dalam Kisah Para Rasul 15:11, "Kita percaya bahwa oleh kasih karunia Tuhan Yesus Kristus kita akan beroleh keselamatan sama seperti mereka juga."
III. PELAYANAN MISI PAULUS KEDUA 
BACAAN ALKITAB 
Kisah Para Rasul 16:1-40; 17:1-34; 18:1-17.
Setelah beberapa lama beristirahat dan mengajar di jemaat Antiokia, pikiran Paulus MULAI tertuju lagi kepada pekerjaannya di antara bangsa-bangsa lain, sehingga ia mengusulkan kepada Barnabas, "Baiklah kita kembali kepada saudara-saudara kita di setiap kota, di mana kita telah memberitakan Firman Tuhan, untuk melihat bagaimana keadaan mereka." (Kisah Para Rasul 15:36) 
Barnabas ingin membawa Yohanes Markus beserta mereka lagi. Namun, Paulus tidak setuju membawa orang muda yang telah meninggalkan mereka sebelumnya. Jadi, Barnabas dan Paulus memutuskan untuk pergi secara terpisah. Kita mengetahui bahwa Barnabas membawa Yohanes Markus dan berlayar ke Siprus, sedangkan Paulus memilih Silas dan memulai perjalanan misinya yang kedua. 
1. MENGUNJUNGI GEREJA-GEREJA 
Pertama, Paulus dan Silas tiba di Derbe. Kemudian mereka meneruskan ke Listra dan bertemu dengan Timotius di sana. Timotius sebagai seorang Kristen yang baru, telah membuat perkembangan yang luar biasa di dalam iman Kristen dan menunjukkan bakat yang besar sebagai seorang pemimpin. Timotius adalah setengah orang Yahudi dan belum disunat. Paulus menginginkan supaya Timotius bisa ikut bersama mereka dalam perjalanan ini. Untuk menghindari kritikan dari orang-orang Yahudi di sana, Paulus menyuruh Timotius untuk disunat. Kita hanya tahu sedikit tentang pekerjaan mereka di Listra kecuali ini: "Demikianlah jemaat-jemaat diteguhkan dalam iman dan makin lama makin bertambah besar jumlahnya." (Kisah Para Rasul 16:5) 
Ketika Paulus tiba di Pisidia, dia merencanakan untuk pergi ke bagian lain di Asia. Tetapi, Roh Kudus tidak mengizinkan mereka pergi ke sana. Oleh karena itu, ia berbelok ke utara menuju Frigia dan Galatia. Di tempat ini Paulus dan kawan-kawannya memberitakan Firman Allah dan mendirikan jemaat baru. Kemudian, Paulus merencanakan untuk pergi dari daerah ini menuju Bitinia, tetapi sekali lagi Roh Kudus tidak mengizinkan mereka ke sana, sehingga mereka harus pergi ke arah barat. Kemudian, Paulus, Silas dan Timotius tiba di Troas setelah melintasi Misia. 
Suatu malam ketika mereka di Troas, tampaklah oleh Paulus suatu penglihatan. Ada seorang dari Makedonia berdiri di situ dan memanggil dia supaya menyeberang ke tanah itu dan menolong mereka. Penglihatan itu begitu nyata sehingga Paulus membuat kesimpulan bahwa itu adalah suara Tuhan. Kemudian mereka mengadakan perjalanan menyeberangi laut menuju ke benua Eropa. Rupanya Lukas bergabung dengan kelompok ini di Troas. 
2. DI FILIPI 
Paulus dan kawan-kawannya tiba di Neapolis dan berjalan sejauh 16 kilometer menuju ke Filipi. Pada hari Sabat menyusuri sungai di mana ada tempat sembahyang orang Yahudi. Di sana mereka bertemu dengan sekelompok wanita. Mereka memberitakan Firman Allah kepada para wanita ini. Salah satu dari mereka adalah seorang penjual kain ungu. Namanya Lidia. Dia menerima Firman yang disampaikan para rasul dan menjadi seorang Kristen. Dia menunjukkan imannya dengan bersedia dibaptis dan menuntun seluruh anggota keluarganya untuk percaya dan dibaptis. Selama tinggal di kota itu, wanita ini meminta Paulus dan rekan-rekannya menjadi tamu dan menginap di rumahnya. Dari sini, jemaat Filipi dibangun dan orang dari daratan Eropa yang bertobat dan pertama kali menjadi Kristen adalah seorang wanita. 
Di tempat itu ada juga seorang hamba perempuan yang mempunyai roh tenung yang suka mengikuti Paulus dan kawan-kawannya setiap hari. Dengan hasil tenungannya tuan-tuannya memperoleh penghasilan besar. Bacalah Kisah Para Rasul 16:16-24. Paulus menyembuhkan wanita ini dan dia menjadi seorang Kristen. Melihat harapan mereka untuk mendapat penghasilan lenyap, maka marahlah tuan-tuan wanita itu. Lalu mereka menangkap Paulus dan Silas dan membawa mereka ke hadapan penguasa. Paulus dan Silas berkali-kali didera dan dimasukkan ke dalam penjara. 
3. KEPALA PENJARA 
"Sesuai dengan perintah itu, kepala penjara memasukkan mereka ke ruang penjara yang paling tengah dan membelenggu kaki mereka dalam pasungan yang kuat." (Kisah Para Rasul 16:24) 
Kira-kira tengah malam pada saat Paulus dan Silas sedang berdoa dan menyanyikan lagu puji-pujian bagi Allah dan para tahanan lain mendengarkan mereka, tiba-tiba terjadilah gempa bumi yang hebat, yang cukup kuat untuk menggoncangkan seluruh penjara itu. Seketika itu semua pintu terbuka dan terlepaslah semua rantai yang membelenggu setiap orang di penjara itu. Ketika kepala penjara terbangun dari tidurnya dan melihat semua pintu terbuka, ia menyangka para tahanan telah melarikan diri. Ketika ia hendak bunuh diri sebab menyangka para tahanan telah melarikan diri, Paulus berkata kepadanya, "Jangan celakakan dirimu, sebab kami semuanya masih ada di sini." (Kisah Para Rasul 16:28) 
Kepala penjara itu meminta untuk dibawakan suluh atau penerangan dan berlari masuk ke dalam. Dengan gemetar ia tersungkur di hadapan Paulus dan Silas. Ia mengantar mereka ke luar sambil berkata, "Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?" Jawab mereka: "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu." (Kisah Para Rasul 16:30-31) 
Kemudian, mereka memberitakan Firman Tuhan kepada dia dan seisi rumahnya. Pada waktu malam itu juga kepala penjara membawa Paulus dan Silas dan membersihkan luka-luka mereka. Seketika itu juga, ia dan keluarganya memberi diri untuk dibaptis. Kemudian, ia membawa Paulus dan Silas ke rumahnya dan menghidangkan mereka makanan. Ia dan seisi rumahnya sangat bersukacita sebab mereka boleh percaya kepada Allah. Pembesar-pembesar kota mengetahui bahwa Paulus dan Silas adalah warganegara Romawi. Mereka menyadari bahwa mereka dalam bahaya karena telah mendera dua orang itu. Walikota itu datang dan meminta maaf kepada Paulus dan Silas, lalu menyuruh mereka meninggalkan penjara. Mereka meminta Paulus dan Silas meninggalkan kota itu. Tetapi, Paulus dan Silas pergi ke rumah Lidia untuk bertemu dengan saudara-saudara Kristen di sana dan memberi mereka semangat untuk meneruskan pekerjaan mereka di Filipi. 
4. TESALONIKA 
Dari Filipi, Paulus dan Silas pergi ke Tesalonika. Selama tiga hari Sabat berturut-turut Paulus memberitakan Firman Allah di rumah ibadat Yahudi dan berhasil memenangkan banyak orang Yahudi dan Yunani kepada iman Kristen. Sekali lagi, orang-orang Yahudi menjadi iri hati dan membuat keributan. Tetapi walapun begitu, para rasul berhasil mendirikan jemaat yang kuat sebelum mereka diusir ke luar dari kota itu.
5. BEREA 
Dari Tesalonika Paulus dan Silas pergi ke Berea. Orang-orang di sana mendengarkan rasul Paulus dan kemudian mempelajari Kitab Suci untuk membuktikan kebenaran yang dikatakan oleh rasul itu. Banyak orang Yahudi dan Yunani percaya dan menjadi orang Kristen. Ketika orang-orang di Tesalonika mendengar tentang keberhasilan rasul Paulus, mereka marah dan pergi ke Berea untuk mengusir mereka. Lalu, Paulus pergi meninggalkan Berea, tetapi Silas dan Timotius tetap tinggal di sana. 
Beberapa teman Paulus membawanya menuju pantai laut dan meneruskan sampai ke Atena. Ketika teman-teman itu pulang ke Berea, Paulus mengirimkan pesan untuk Silas dan Timotius supaya mereka secepat mungkin datang ke Atena. 
6. Di ATHENA 
Atena adalah kota yang indah. Kota ini merupakan kota sejarah, seni, budaya dan filsafat. Pada saat Paulus berjalan-jalan di kota itu, ia melihat banyak kuil, tempat suci, mezbah, dan patung. Hatinya sakit melihat semuanya ini. Kemudian ia melihat sebuah mezbah dengan tulisan: KEPADA ALLAH YANG TAK DIKENAL. Ketika ia melihat itu, ia menyadari bahwa orang-orang di sana telah lama mencari Allah yang hidup dan benar. Paulus tidak bermaksud untuk memberitakan Firman di Atena, namun, sekarang ia tidak dapat berdiam diri lebih lama lagi. Ia harus menyatakan kebenaran tentang Tuhan dan Juru Selamat yang sesungguhnya. 
Paulus mulai memberitakan Firman Allah di rumah ibadat dan pasar. Pada saat ia memberitakan Firman Allah, orang-orang mulai mendengarkannya. Sesudah itu, ia pun dibawa ke dewan kota itu. Ia mengatakan kepada mereka bahwa Allah yang ia kenal adalah Pencipta langit dan bumi dan semua kehidupan dan kekuatan berasal daripada- Nya. Selanjutnya, Paulus menjelaskan tentang arti pentingnya pertobatan dan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah bangkit dari kubur. Saat ia mulai berbicara tentang kebangkitan dari kematian, orang-orang itu mulai tertawa dan mengejeknya. Tetapi yang lain berkata. "Kami ingin mendengar engkau berbicara mengenai hal ini lagi." Ada beberapa orang dari mereka yang percaya. 
7. KORINTUS 
Ketika Paulus mengunjungi Korintus pada sekitar tahun 50 atau 51, ia sama sekali tidak tahu bahwa Allah akan memakainya untuk menghasilkan suatu jemaat yang besar dan berpengaruh di kota yang modern ini. la juga tidak tahu bahwa kota ini akan menyaksikan lahirnya kesusasteraan Kristen. Dari pandangan manusia hal ini sama sekali tidak mungkin. 
Memang, jika rasul besar ini telah dipengaruhi oleh hal-hal yang baru saja dialaminya, ia akan menjadi kecil hati, karena sebagaimana telah kita lihat, misinya ke Atena tidak merupakan sukses yang langsung dan berhasil. Dan sekarang di Korintus ia akan berhadapan dengan cemoohan orang-orang Yunani yang sama seperti yang pernah dihadapinya di Bukit Mars. 
Tetapi Paulus percaya pada iman, bukan pada pengalaman! Dan demikianlah, pada saat ia berjalan masuk ke dalam rumah Laus Julia Corinthiensis -- nama seorang pejabat Romawi -- pintu-pintu mulai terbuka lebar di hadapannya. Sebenarnya, dilihat dari banyak segi, perjalanan Paulus ke Kota Korintus merupakan salah satu perjalanan yang paling berhasil dalam sejarah. 
Untung bagi kita, reruntuhan Korintus masih ada dan orang masih dapat melihat sebagian dari pemandangan yang sama, dan merasakan tekanan- tekanan yang sama seperti yang dilihat dan dirasakan oleh Paulus. Demikian juga, orang bahkan dapat membaca nama seseorang yang telah bertobat dipahat di atas sebuah batu. Nama yang terpahat ini merupakan suatu petunjuk bahwa banyak orang-orang terkemuka di Korintus yang dimenangkan kepada Kristus melalui khotbahnya. 
Kota Korintus kuno -- kota yang dikenal Paulus -- letaknya kurang lebih 50 mil sebelah barat Kota Atena. Sekarang suatu jalan raya yang megah menghubungkan kedua kota ini. 
Pada jalan raya yang modern ini, persis sebelum Anda sampai di kota Korintus, Anda akan menyeberangi Terusan Korintus. Terusan yang panjangnya 4 mil ini memotong suatu genting tanah yang menghubungkan Peloponnesus ke Attica. Terusan ini memperpendek jarak sejauh 200 mil yang harus ditempuh kapal-kapal dari Pelabuhan Adriatic ke Piraeus -- pelabuhan laut Atena. 
Nero merencanakan terusan ini pada tahun 66 -- beberapa bulan sebelum Paulus dihukum mati, jika orang percaya pada tradisi terakhir di kota Roma modern yang menyatakan bahwa Paulus meninggal pada tahun itu. H.V. Morton menerangkan kejadian itu sebagai berikut: "Pada suatu hari yang sudah ditentukan, Kaisar Nero meninggalkan Korintus dengan diiringi oleh pengawal-pengawalnya yang gagah dan ketika ia sampai di sisi terusan itu, ia mengambil sebuah lyre (alat musik kuno berbentuk seperti harpa) dan menyanyikan sebuah lirik untuk menghormati Dewa Neptune dan Amphitrite. Kemudian ia memegang sebuah sekop emas. Sesuai dengan alunan musik, ia menancapkan sekop itu ke dalam tanah dan cidukan tanah serta rumput yang ada di dalam sekop itu dimasukkan ke dalam sebuah keranjang yang digendong di punggungnya. Kemudian ia memberikan ceramah di hadapan para buruh, di antaranya ada 6000 orang Yahudi yang baru ditangkap oleh Vespasianus dari desa-desa di sisi Danau Galilea, ketika pecah perang antara orang Yahudi melawan bangsa Romawi." Mengherankan bahwa pekerjaan menggali Terusan Korintus itu dimulai oleh tawanan-tawanan perang Yahudi yang nenek moyangnya pasti telah mendengarkan khotbah Tuhan Yesus di Laut Galilea. 
Tetapi Nero meninggalkan proyek ini. Ia melakukan hal ini mungkin karena suatu takhyul bahwa laut yang di sebelah kiri lebih tinggi daripada laut yang di sebelah kanan. Dua tahun kemudian ia membunuh diri. 
Terusan yang ada sekarang dimulai pembangunannya oleh Perancis pada tahun 1882 dan diselesaikan oleh orang Yunani 11 tahun kemudian. Pada masa Paulus, orang Romawi menggunakan suatu sistem yang luar biasa untuk menyeberangi genting tanah itu. Mereka menggerakkan kapal dari satu sisi ke sisi lain dengan menggunakan alat-alat penggulung! 
Menurut bukti-bukti yang ada dalam Perjanjian Baru, Paulus sendirian ketika ia mendekati kota ini. Timotius dan Silwanus telah dikirim ke Makedonia untuk memeriksa gereja-gereja di Filipi dan Tesalonika. Kota Korintus yang didatangi Paulus merupakan sebuah kota yang baru. Umurnya baru sekitar seratus tahun. 
Tetapi daerah yang ditempati kota itu telah dihuni sejak tahun 5.000 s.M. Terletak pada suatu daerah yang strategis untuk perdagangan, dilengkapi dengan persediaan air yang cukup, dan dikelilingi oleh Dataran Korintus yang subur, kota ini merupakan suatu tempat ideal untuk hidup. 
Segi lain yang menarik bagi penghuninya adalah Pegunungan Akrokorintus yang berwarna coklat yang menjulang 1875 kaki di belakang kota itu. Batu karang yang besar ini berfungsi sebagai menara pengintai untuk menyelidiki musuh. Tempat ini juga merupakan suatu tempat yang menyenangkan untuk mengungsi. Dan kemudian nama Korintus asal mulanya dari nama tempat itu. Korintus berarti pengawasan atau penjaga. 
Sekelompok besar orang Yunani pertama yang pindah ke sana kira-kira tahun 1.000 s.M. Sejak saat itu, Kota Korintus tumbuh sampai menjadi kota yang terbesar di Yunani. Tetapi Korintus tidak dapat mempertahankan kedudukannya sebab antara abad keenam dan kelima s.M., Kota Atena mempunyai lebih banyak perdagangan dengan luar negeri dan Korintus menjadi kota nomor dua. Walaupun demikian, Korintus tetap merupakan kota yang makmur sampai tahun 146 s.M. Pada tahun ini konsul Romawi menyerang. Ia menduduki dan menghancurleburkan kota itu. Kaum pria dijagal, kaum wanita dan anak-anak dijual sebagai budak. 
Setelah bencana ini, kota yang hancur dijarah ini tetap tidak berubah sampai hampir 100 tahun. 
Tetapi riwayat kota Korintus yang gigih ini belum berakhir. Pada tahun 44 s.M. Caesar Yulius membangun kembali kota ini sebagai sebuah koloni Romawi. Kemudian ia membawa orang-orang merdeka dan penghuni-penghuni dari Italia ke tempat itu. Dengan cepat kekuatan yang telah menjadikan kota ini menjadi besar pada waktu sebelumnya mulai tumbuh lagi, dan pada waktu Paulus datang ke tempat itu, diperkirakan bahwa Korintus bersama kedua pelabuhannya memiliki jumlah penduduk hampir 600.000 orang. 
Kota Korintus yang disaksikan oleh Paulus merupakan suatu kota baru yang dibangun di atas jalan Romawi. Jalan Lechaion, misalnya, lebarnya 13 meter. Jalanan ini dilapisi oleh batu-batuan keras yang diambil dari "batu gamping yang berwarna muda dari pertambangan daerah Akrokorintus". Pada setiap sisi jalan dibangun trotoar dan selokan- selokan untuk menampung saluran air hujan dari atap rumah-rumah. Dan bilamana ada jalanan mendaki yang curam, dibuat anak tangga yang lebar dan mudah didaki. Jalanan ini khusus untuk para pejalan kaki. Jadi bekas-bekas roda yang merusak jalan-jalan di Kota Pompeii tidak kelihatan di Jalan Lechaion. 
Kota ini mempunyai reputasi buruk karena hal-hal yang amoral. Pada bagian belakang dari suatu deretan tiang penopang atap yang panjangnya 100 kaki, ada tiga puluh empat kedai minuman. Di kota itu ada banyak kelap malam dan pada puncak dari Akrokorintus ada kuil Dewi Aphrodite. Dalam kuil ini ada seribu imam wanita yang bertugas sebagai pelacur. 
Reputasi Korintus di kerajaan itu begitu buruk sehingga perkataan "Korintus" sering dipakai untuk menyindir seseorang. Istilah ini dipakai untuk mengatakan keadaan amoral yang bejat. 
Tanpa suatu badan pengurus untuk mendapatkan bantuan keuangan, Paulus harus memperoleh penghasilan. Tetapi hal ini mudah dilakukan di Korintus yang merupakan pusat industri tekstil Yunani. la segera dapat bekerja sebagai anggota staf Akwila dan Priskila. Pasangan ini menjalankan perusahaan pembuatan tenda. Mereka baru saja diusir dari Roma karena ada maklumat dari Caesar Claudius terhadap orang-orang Yahudi, jadi mereka senang membantu seorang asing di kota besar itu. Mungkin juga bahwa mereka telah menjadi orang Kristen ketika berada di Roma. 
Tak lama kemudian Paulus mulai berkhotbah di rumah-rumah ibadat. Kemudian Timotius dan Silwanus muncul dengan laporan yang penuh semangat dari Makedonia. Gereja-gereja yang baru didirikan berjalan lancar. Karena gembiranya mendengar kabar baik ini, Paulus berkhotbah dengan semangat yang lebih besar dan "memberi kesaksian .... bahwa Yesus adalah Mesias" (Kisah para Rasul 18:5). 
Tetapi sekali lagi orang Yahudi tidak dapat menerima pernyataan seperti itu. Dan begitulah, rumah ibadat itu tertutup bagi Paulus. Tetapi segera pintu yang lain terbuka, yaitu di rumah Titus Yustus, seorang Romawi yang memeluk agama Yahudi, "yang rumahnya berdampingan dengan rumah ibadat" (Kisah para Rasul 18:7). 
Paulus langsung berhasil di tempat itu. "Tetapi Krispus, kepala rumah ibadat itu, menjadi percaya kepada Tuhan bersama-sama dengan seisi rumahnya, dan banyak dari orang-orang Korintus, yang mendengarkan pemberitaan Paulus, menjadi percaya dan memberi diri mereka dibaptis" (Kisah para Rasul 18:8). 
Tetapi kemenangan-kemenangan di Korintus itu tidak dapat melupakan pikiran Paulus tentang keadaan di Makedonia. Gereja yang baru lahir itu masih dekat di hatinya. Akhirnya, karena ia tidak dapat bertahan untuk berpisah lebih lama lagi, ia menulis: "Dari Paulus, Silwanus dan Timotius kepada jemaat orang-orang Tesalonika" (1Tesalonika 1:1). 
Pada waktu itu Paulus mungkin belum menyadarinya, tetapi perkataan- perkataannya itu merupakan perkataan-perkataan pertama yang ditulisnya, yang akan dimasukkan ke dalam Perjanjian Baru kita. Surat ini ditulis pada kira-kira tahun 50 -- dan kita dapat menjadi agak dogmatis tentang waktunya. Mengapa? Sebab dalam Kisah para Rasul 18 kita membaca: "Akan tetapi setelah Galio menjadi gubernur di Akhaya, bangkitlah orang-orang Yahudi bersama-sama melawan Paulus, lalu membawa dia ke depan pengadilan ... Ketika Paulus hendak mulai berbicara, berkatalah Galio kepada orang-orang Yahudi itu: "Hai orang- orang Yahudi, jika sekiranya dakwaanmu mengenai suatu pelanggaran atau kejahatan, sudahlah sepatutnya aku menerima perkaramu, tetapi kalau hal itu adalah perselisihan tentang perkataan atau nama atau hukum yang berlaku di antara kamu, maka hendaklah kamu sendiri mengurusnya ...." (ayat 12-15).
Masalahnya sekarang ialah bagaimana menentukan kapan Galio menjadi gubernur di Akhaya. Untunglah, hal ini mungkin dilakukan karena adanya sebuah prasasti yang diketemukan di Delphi. Dari prasasti itu jelas dituliskan bahwa masa jabatan Galio lebih singkat, hanya sampai saat itu. Malang bagi Galio bersama dua saudara laki-lakinya, Mela dan Seneca, yang dihukum mati kira-kira tahun 66 atas perintah Nero, walaupun Seneca itu pernah menjadi guru Nero. (Galio dipaksa untuk bunuh diri, dan ia melakukannya dengan memotong urat-urat nadinya dan kemudian berbaring di bak mandi yang diisi air panas. Ini merupakan cara yang populer pada waktu itu.) 
Tetapi Kitab-kitab Tesalonika 1 dan 2 tidak hanya terdiri dari surat-surat yang ditulis Paulus ketika ia berada di Korintus. Ketika dalam perjalanan pekabaran Injilnya yang ketiga, Paulus kembali ke Korintus dan menulis karyanya yang paling lama dan paling berpengaruh -- Kitab Roma. 
Yang mengherankan ialah ketika Paulus menulis kepada Jemaat Korintus, ia mengatakan, "Aku mengucap syukur bahwa tidak ada seorangpun juga di antara kamu yang aku baptis selain Krispus dan Gayus" (1Korintus 1:14). Dan kemudian pada bagian akhir Kitab Roma, ia menyebutkan Gayus sebagai tuan rumahnya. Dengan demikian, ada suatu bukti yang kuat bahwa Paulus menulis -- atau mendiktekan -- naskah itu sementara ia menginap di salah seorang yang sudah dibaptiskannya. 
Kitab Roma menentang banyak hal tentang perbuatan yang amoral, dan seseorang dapat dengan mudah membayangkan bahwa Paulus mengarangnya setelah ia berjalan-jalan dan melihat-lihat kuil Dewi Aphrodite yang terletak di puncak Akrokorintus. 
Pada bab terakhir Kitab Roma di mana Paulus memberi penghargaan kepada Gayus (16:23) ia juga berkata, "Salam kepada kamu dari Erastus, bendahara negeri ...." 
Sekarang pada salah satu bagian reruntuhan Kota Korintus ada sebuah prasasti yang bertuliskan: “ERASTVS PRO AEDILITATE S P STRAVIT” 
Kalau diterjemahkan dari bahasa Latin, artinya: "Erastus, sebagai balasan atas kedudukannya selaku komisaris jalan dan bangunan umum, mendirikan trotoar ini dengan biayanya sendiri." 
Apakah Erastus ini yang dimaksudkan oleh Paulus? Banyak penyelidik berpendapat demikian. Setidaknya para ahli purbakala berpikir bahwa prasasti ini sudah ada satu abad setelah Kristus. 
Sekarang ada Kota Korintus yang baru. Letaknya agak sebelah timur kota yang lama. Tetapi karena satu dan lain hal, kota ini hanya berpenduduk 10.000 orang. 
DI KORINTUS 
Kemudian Paulus meninggalkan Atena dan pergi ke Korintus. Korintus adalah kota yang kaya dan kuat, tetapi kota ini juga kota yang penuh dengan dosa. Banyak orang Yahudi yang diusir dari Roma oleh kaisar, tinggal di kota ini. Salah satu dari orang-orang ini adalah Akwila dan istrinya Priskila. Mereka bekerja sebagai tukang kemah. Di Korintus, mereka memulai usaha membuat kemah. Ketika Paulus tiba di Korintus, ia perlu bekerja kembali membuat kemah supaya dapat mencukupi kebutuhan hidupnya. Karena itulah ia bertemu dengan Akwila dan Priskila. Ia tinggal bersama-sama dengan mereka, dan setiap hari Sabat ia pergi ke rumah ibadat untuk memberitakan Firman Allah kepada orang Yahudi dan Yunani. Paulus terus bersaksi kepada orang-orang Korintus. Ia memiliki teman-teman baru, mencukupi kehidupannya dengan bekerja dan memberitakan Firman Allah serta mengajar di mana pun ada kesempatan. 
Paulus sangat bersukacita ketika Silas dan Timotius datang dari Makedonia. Mereka memberitahukan kepadanya bahwa jemaat di Tesalonika kuat imannya dalam Tuhan. Hal ini memberikan semangat baru kepada pekerjaan Paulus di Korintus. 
8. TETAP DI KORINTUS 
Pekerjaan Paulus di Korintus menjadi semakin kuat sehingga orang- orang Yahudi mulai membuat masalah dengannya lagi. Permasalahan itu begitu besarnya sehingga Paulus berkata kepada mereka, "Biarlah darahmu tertumpah ke atas kepalamu sendiri; aku bersih, tidak bersalah. Mulai dari sekarang aku akan pergi kepada bangsa-bangsa lain." (Kisah Para Rasul 18:6) 
Ia pergi ke rumah Titus Yustus yang terletak di sebelah rumah ibadat. Krispus, kepala rumah ibadat itu, percaya kepada Kristus bersama-sama dengan seisi keluarganya. Banyak orang percaya dan dibaptis. 
Pada suatu malam Paulus menerima sebuah penglihatan dari Allah dan Allah berfirman bahwa Ia akan selalu memberikan perlindungan dan bimbingan kepadanya. Maka Paulus menetap di sana satu setengah tahun lamanya, mengajarkan Firman Allah di tengah-tengah mereka (Kisah Para Rasul 18:11). 
Akan tetapi, ketika Galio menjadi gubernur, orang-orang Yahudi berusaha mengusir Paulus dari Korintus. Lalu, ia dibawa ke hadapan Galio. Di sana orang Yahudi menuduh Paulus telah mengajarkan ajaran yang bertentangan dengan Hukum Taurat. Tetapi, Galio berkata kepada mereka bahwa ia tidak mau mengurusi hal-hal yang berhubungan dengan agama. Persidangan itu dibubarkan dan orang-orang Yahudi itu diusir keluar. 
Paulus berada di Korintus selama dua tahun dan ia telah melakukan banyak hal di kota yang jahat ini. Tetapi sudah waktunya ia kembali pulang. Sekarang ia sadar bahwa ia perlu membantu para jemaat supaya mereka menjadi kuat dan tidak goyah. Pada saat inilah ia menulis surat pertamanya kepada jemaat di Tesalonika. 
9. SURAT-SURAT PAULUS 
Paulus melakukan beberapa hal yang terpenting dalam pelayanannya melalui surat-suratnya. Surat-surat ini tidak hanya penting bagi jemaat pada masa itu, tetapi penting juga untuk jemaat pada masa sekarang ini. 
Surat-surat Paulus adalah: 
1. 1 dan 2 Tesalonika. Ditulis pada 52-53 Masehi. Surat-surat ini mengajarkan tentang kedatangan Kristus yang kedua kalinya. 
2. 1 dan 2 Korintus, Galatia, dan Roma. Ditulis pada 55-58 Masehi. Surat-surat Paulus ini mengajarkan tentang keselamatan yang kita terima melalui iman kepada Kristus. 
3. Filipi, Filemon, Kolose, dan Efesus. Ditulis pada 60-63 Masehi. Surat-surat ini mengajarkan kepada kita tentang pribadi Yesus Kristus. 
4. 1 dan 2 Timotius dan Titus. Ditulis pada 65-67 Masehi. Surat-surat ini mengajarkan tentang bagaimana mengatasi masalah yang berhubungan dengan para jemaat dan gembalanya. 


Dengan mempelajari surat-surat ini, kita dapat melihat beberapa masalah yang dihadapi jemaat mula-mula. 
Masalah-masalah itu adalah: 
• Mereka tidak memiliki bangunan gereja. Baru setelah abad kedua jemaat Kristen memiliki gedung sendiri untuk beribadah. Sebelumnya mereka harus bertemu di rumah-rumah. Seringkali mereka bertemu di gua-gua atau tempat terbuka atau mungkin di gedung pertemuan yang mereka sewa. 
• Hari Minggu bukanlah libur yang resmi. Para anggota gereja harus tetap bekerja pada hari ibadah. Waktu ibadah biasanya pagi-pagi sekali atau larut malam setelah selesai bekerja. 
• Mereka tidak memiliki alat-alat bantu dalam ibadah, seperti kita sekarang. Misalnya, mereka tidak memiliki Alkitab yang bisa dipakai oleh semua anggota jemaat. Mereka tidak memiliki buku puji-pujian ataupun bahan bacaan lain seperti yang kita miliki sekarang. 
• Mereka tidak memiliki pekerja dan pemimpin yang terlatih. Mereka banyak bergantung pada para pengajar dan pengkhotbah yang kurang mampu, kecuali pada waktu Paulus, Timotius, Silas, atau lainnya tingal bersama-sama dengan mereka. 
Paulus telah mengunjungi banyak tempat dan memberitakan Firman Allah selama tiga tahun, dan ia tidak sabar untuk kembali ke Antiokia. Paulus meninggalkan Korintus bersama-sama dengan Akwila dan Priskila. Lalu, ia berhenti di Efesus dan memberitakan Firman Allah di sana. Akwila dan Priskila tinggal di Efesus. Setelah itu ia pergi ke Yerusalem untuk waktu yang tidak lama, lalu ke Antiokhia. Sekali lagi ia mendapatkan kesempatan untuk melaporkan perjalanannya yang luar biasa di mana Tuhan telah memberkati pekerjaan mereka di antara bangsa-bangsa lain di daerah barat. 
10. STUDI KHUSUS : STRATEGI PAULUS DALAM PEKABARAN INJIL 
Mungkin Pauluslah misionaris Kristen yang paling berhasil sepanjang zaman. Dalam kurun waktu kurang dari satu generasi, ia mengadakan perjalanan ke seluruh wilayah dunia Laut Tengah, dan mendirikan jemaat-jemaat Kristen yang berkembang serta aktif ke mana pun ia pergi. 
Apa rahasianya? Tentunya Paulus sadar bahwa ia hanya seorang pembawa berita, dan kuasa Roh Kudus sematalah yang membawa perubahan dalam kehidupan orang yang ditemuinya. Sewaktu mengingat segala penderitaan yang dialaminya, ia menggambarkan dirinya sebagai "bejana tanah liat", hanya tempat penampung sementara dari kuasa Allah sendiri (2Korintus 4:7). 
Tetapi Paulus juga seorang ahli strategi yang ulung. Rutenya tidak pernah sembarangan, dan cara-cara komunikasinya didasarkan atas pengertian yang luas tentang proses orang berpikir dan mengambil keputusan. 
Paulus merupakan seorang penginjil penjelajah, tetapi ia sendiri tidak pernah mengunjungi suatu daerah terpencil! Ia dapat saja menghabiskan waktu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun di dalam melintasi wilayah yang belum dipetakan, atau menempuh jalan-jalan pedesaan menuju daerah-daerah terpencil. Tetapi ia tidak melakukan hal-hal itu. Sebaliknya, ia memanfaatkan jalan-jalan raya utama yang dibangun orang-orang Roma di seluruh wilayah kekaisaran mereka. Digabung dengan rute-rute pelayaran utama, jalan-jalan tersebut menghubungkan semua pusat kependudukan utama, dan tempat-tempat seperti itulah yang dikunjungi Paulus. Ia tahu bahwa ia tidak pernah dapat membawa Injil secara pribadi kepada setiap oknum di seluruh kekaisaran. Tetapi kalau ia dapat membangun kelompok-kelompok Kristen yang bersemangat di beberapa kota utama, maka mereka pada gilirannya dapat menyebarkan kabar baik sampai ke pelosok terpencil. Lagi pula, orang dari daerah pedesaan sering harus mengunjungi kota-kota terdekat, dan mereka pun dapat mendengar Injil, yang nantinya mereka sebarkan kembali ke sanak- saudara mereka. Itulah yang terjadi pada hari Pentakosta di Yerusalem, dan Paulus menyadari betapa besarnya potensi strategi ini. Sedikitnya satu jemaat yang kemudian menerima surat Paulus -- yakni Kolose -- telah dimulai seperti ini. 
Paulus juga sadar diperlukannya variasi di dalam menyajikan berita Injil. Seorang pengejek pernah menyindir bahwa khotbah adalah "seperangkat jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang tidak pernah diajukan siapa pun." Mungkin beberapa khotbah modern demikian sifatnya, tetapi khotbah-khotbah Paulus bukan demikian. Rahasia keberhasilan Yesus terletak dalam kemampuan-Nya untuk berbicara dengan orang-orang di mana pun mereka berada. Waktu di padang, Yesus berbicara tentang menanam gandum (Markus 4:1-9). Di keluarga, Ia berbicara tentang anak-anak (Matius 19:13-15). Dengan nelayan, pokok pembicaraan-Nya adalah ikan (Markus 1:14-18). Paulus bersikap sama. Ia pergi kepada orang-orang di tempat di mana mereka mau mendengar di sinagoge Yahudi, di pasar-pasar, bahkan di kuil-kuil kafir. Di sinagoge d Tesalonika, ia mulai dengan Perjanjian Lama (Kisah Para Rasul 17:2-3). Di Atena, ia mulai dengan "Allah yang tidak dikenal, yang dicari oleh orang-orang Yunani (Kisah Para Rasul 17:22-31). Di Efesus, ia bersedia terlibat dalam perdebatan di depan umum tentang makna Injil Kristen (Kisah Para Rasul 19:9). 
Para pembaca modern surat-surat Paulus mungkin mengira bahwa pemberitaan Paulus dapat diringkaskan menjadi uraian yang abstrak tentang dosa, pembenaran atau penebusan. Tetapi bukan demikian cara Paulus berkhotbah. Ia mulai di tempat dimana para pendengarnya berada dan bersedia membicarakan kebutuhan-kebutuhan mereka. Kadang-kadang berkhotbah merupakan cara pendekatan yang salah -- dan Paulus serta rekan-rekannya selalu siap mendampingi orang orang dan menolong mereka dalam menghadapi kesulitan hidup sehari-hari. Itulah sebagian rahasia keberhasilan di Tesalonika: "Kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya ... bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu" (1Tesalonika 2:7-8). 
Sikap kepedulian terhadap orang serta keluwesan dalam pemberitaan Injil inilah yang kemudian diringkaskan Paulus dalam ucapan: "Aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang... Bagi semua orang aku telah menjadi segala- galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka" (1Korintus 9:19-22). 






V. PAULUS DITANGKAP DAN DIPENJARA 
BACAAN ALKITAB 
* Kisah Para Rasul 24:1-28:10; 28:11-31
Sidang Paulus yang pertama di hadapan Feliks. Feliks adalah seorang penguasa yang jahat dan tidak adil. Orang-orang yang mendakwa Paulus bukanlah orang-orang Yahudi yang berasal dari Asia, melainkan dari Yerusalem. Mereka menyewa seorang pengacara bangsa Romawi bernama Tertulus. Tertulus mulai menyampaikan tuduhannya di hadapan sidang dengan terlebih dahulu memuji-muji Feliks pemimpin yang jahat itu. Kemudian ia menyampaikan dua dakwaan Paulus: 
• Paulus adalah seorang anggota sekte Nasrani. 
• Ia telah melanggar kekudusan Bait Allah. 
Paulus tidak memiliki pengacara, tetapi dengan keahliannya ia membela kasusnya sendiri. Ia membuktikan bahwa ia tidak melanggar kekudusan Bait Allah. Ia memberitahukan mereka semuanya bahwa ia adalah seorang Kristen dan agama itulah sebenarnya "agama Yahudi yang benar". Paulus memenangkan persidangan ini. Seharusnya ia segera dibebaskan, tetapi Feliks takut kepada para pemimpin Yahudi, sehingga ia menunda keputusannya dan membiarkan Paulus tetap dalam penjara. Bacalah Kisah Para Rasul 24. 
1. DI HADAPAN FESTUS 
Karena Feliks seorang pemimpin yang jahat, maka Kaisar Nero mengganti dia dengan Ponsius Festus. Festus diharapkan menjadi seorang pemimpin yang lebih baik daripada Feliks. Karena Festus adalah pemimpin baru, maka orang-orang Yahudi sekali lagi membawa perkara Paulus di hadapan Festus. Pada saat itu Festus sedang pergi ke Yerusalem untuk mengadakan pertemuan dengan para Yahudi di sana. Mereka meminta Paulus dikembalikan ke Yerusalem untuk disidangkan di sana. Mereka masih merencanakan untuk membunuhnya. Festus menolak permintaan itu, tetapi ia mengijinkan mereka meneruskan kasus mereka di Kaisarea. Karena itulah Paulus disidang untuk kedua kalinya. Kali ini ia dibawa di hadapan Festus. 
Orang-orang Yahudi menuduh bahwa Paulus menyebabkan banyak masalah di antara orang Yahudi, bahwa ia menyembah kepada Allah dengan cara yang salah, dan ia berusaha menjatuhkan pemerintahan Romawi. Karena Festus tidak mengerti tuduhan yang dituduhkan terhadap Paulus, ia minta agar perkara itu dibawa kepada Mahkamah Agama di kota Yerusalem. Paulus yakin bahwa dia tidak akan disidangkan secara adil di hadapan para pemimpin Yahudi di Yerusalem. Paulus adalah seorang warga negara Romawi. Oleh karena itu, ia berhak menolak untuk pergi ke Yerusalem. Paulus naik banding kepada Kaisar. Kisah Para Rasul 25:11. Rupanya Festus terkejut, tetapi mau tidak mau ia harus menerima permohonan Paulus. Festus menjawab: "Engkau telah naik banding kepada Kaisar, jadi engkau harus pergi menghadap Kaisar." Bacalah Kisah Para Rasul 25:1-21. 
2. DI HADAPAN AGRIPA 
Bacalah: Kisah Para Rasul 25:22-27. Perubahan kasus ini menempatkan Festus berada dalam posisi yang memalukan. Ia tidak dapat mengajukan satu tuduhanpun kepada Paulus. Dengan menyerahkan kasus ini kepada Kaisar, tanpa ada satu tuduhanpun, akan menjadikan Festus seorang yang bodoh. Ia mungkin akan kehilangan kedudukannya sebagai pemimpin. Namun kebetulan, waktu itu Herodes Agripa II dan saudara perempuannya sedang mengunjungi Festus. Festus beranggapan bahwa dengan mendengarkan apa yang dikatakan oleh tahanan ini menghibur mereka semuanya. Lagi pula, Agripa tahu benar tentang adat-istiadat dan peraturan agama Yahudi. Festus juga beranggapan bahwa mungkin Agripa dapat menolongnya menyiapkan kasus ini untuk dikirimkan bersama Paulus ke Roma. Acara yang hebat telah disiapkan. Paulus dibawa menghadap sidang dan Agripa memimpin persidangan itu. Paulus mulai berbicara. Ia menceritakan pengalamannya, dari saat Yesus berbicara kepadanya dalam perjalanannya menuju Damsyik sampai waktu itu. Kemudian ia mulai memberitakan Firman tentang Yesus Kristus supaya dapat memenangkan gubernur itu bagi Yesus. Bacalah Kisah Para Rasul 26. Festus, Agripa dan yang lain yang hadir di situ merasa sangat terkesan. Begitu terkesannya raja Agripa sehingga ia berkata: "Paulus, hampir-hampir saja kauyakinkan aku menjadi orang Kristen!" (Kisah Para Rasul 26:28) Semua pemimpin yang hadir di persidangan itu setuju bahwa Paulus tidak melakukan kesalahan yang setimpal dengan hukum mati. Tetapi mereka enggan melepaskannya. 
3. BERLAYAR KE ROMA 
Bacalah Kisah Para Rasul 27:1-13. Beberapa hari setelah persidangan itu, Festus mengizinkan Paulus untuk memulai perjalanannya ke Roma. Seorang perwira bernama Yulius menjaga Paulus dan para tahanan lainnya. Lukas dan Aristarkus pergi bersama Paulus. Mereka mulai menuju pelabuhan di sepanjang pantai Asia. Setelah sehari mereka sampai di Sidon, dan Paulus diijinkan untuk mengunjungi teman- temannya di kota itu. Kemudian, mereka berlayar lagi ke utara Siprus dan meneruskan ke Mira, sebuah kota di Likia. Di sini mereka menumpang kapal yang langsung menuju ke Italia. Setelah beberapa hari mereka akhirnya mencapai Pelabuhan Indah di pulau Kreta. Musim badai sudah datang. Oleh karena itu, Paulus memperingatkan mereka supaya tetap tinggal di sana hingga badai berlalu. Tetapi banyak orang, termasuk nahkoda dan pemilik kapal, memutuskan untuk meneruskan perjalanan ke kota Feniks dan tinggal di sana selama musim dingin. 
4. KANDAS DI MALIA 
Bacalah Kisah Para Rasul: 27:14-44. Ketika mereka meninggalkan Pelabuhan Indah, mereka merencanakan untuk tinggal berlayar tidak jauh dari pantai beberapa jam. Tetapi angin kencang melanda dan menghanyutkan mereka sampai ke Pulau Kauda. Mereka terhanyut dan karena takut terdampar di tebing Sirtis, mereka membuang muatan kapal ke laut dan menurunkan layar untuk membuat kapal lebih ringan. Selama beberapa hari lamanya baik matahari maupun bintang tidak kelihatan, sehingga para pelaut itu tidak tahu di mana mereka berada. Akhirnya mereka kehilangan harapan untuk selamat. 
Pada waktu itulah Paulus berkata: "Saudara-saudara, jika sekiranya nasihatku dituruti, supaya kita jangan berlayar dari Kreta, kita pasti terpelihara dari kesukaran dan kerugian ini! Tetapi sekarang, juga dalam kesukaran ini, aku menasihatkan kamu, supaya kamu tetap bertabah hati, sebab tidak seorangpun di antara kamu yang akan binasa, kecuali kapal ini. Karena tadi malam seorang malaikat dari Allah, yaitu dari Allah yang aku sembah sebagai milik-Nya, berdiri di sisiku, dan ia berkata: Jangan takut, Paulus! Engkau harus menghadap Kaisar dan sesungguhnya oleh karunia Allah, maka semua orang yang ada bersama-sama dengan engkau di kapal ini akan selamat karena engkau." (Kisah Para Rasul 27:21-24) 
Selama 14 hari kapal terombang-ambing di lautan. Kemudian pada suatu malam pelaut-pelaut itu mendengar suara ombak memecah pantai. Mereka melempar sauh dan berharap kapal mereka tidak kandas di batu karang. Kemudian mereka menunggu sampai pagi. 
Beberapa anak buah kapal tidak mau menunggu sampai pagi. Mereka mencoba meninggalkan kapal dengan sekoci. Waktu melihat hal ini Paulus berkata kepada perwira dan prajurit-prajuritnya "Jika mereka tidak tinggal di kapal, kamu tidak mungkin selamat." (Kisah Para Rasul 27:31) Sehingga anak-anak kapal tidak diizinkan untuk meninggalkan kapal. 
Paulus memberikan mereka satu janji bahwa mereka tidak akan celaka. Lalu ia mengambil sepotong roti dan mengucap syukur pada Tuhan. Mereka semua makan dan kuat hatinya. 
Ketika pagi tiba mereka membuang lebih banyak muatan dan mencoba sedapat mungkin mendamparkan kapal ke pantai, tetapi kapal itu kandas. Pada waktu itu, para prajurit bermaksud untuk membunuh para tahanan supaya jangan seorangpun dari mereka yang melarikan diri. Namun, perwira itu melarang dan memerintahkan, supaya orang-orang yang pandai berenang lebih dahulu terjun ke laut dan naik ke darat, dan supaya orang-orang lain menyusul dengan mempergunakan papan atau pecahan-pecahan kapal." (Kisah Para Rasul 27:43-44) 
Demikianlah mereka semua mendarat di pulau Malta. Karena hawanya dingin, mereka membuat api unggun. Saat Paulus memungut seberkas ranting-ranting, seekor ular beludak menggigit tangannya. Seseorang dari mereka berkata, "Orang ini pasti pembunuh, sebab meskipun ia telah luput dari laut, ia tidak dibiarkan hidup oleh Dewi Keadilan." (Kisah Para Rasul 28:4) 
Dengan tenang, Paulus mengibaskan ular itu ke dalam api. Orang- orang melihat kepada Paulus dan menanti. Tangannya sama sekali tidak bengkak. Ia seharusnya rebah dan mati. "Ia seorang dewa! mereka berbisik." (Kisah Para Rasul 28:6) Publius, gubernur pulau itu, mengundang dan menjamu para awak kapal itu ke rumahnya. Di sana Paulus melihat ayah Publius terbaring karena sakit demam dan disentri. Lalu Paulus berdoa dan menumpangkan tangannya ke atas orang tua itu dan menyembuhkan dia. Setelah peristiwa itu, mereka membawa orang-orang yang sakit kepada Paulus dan merekapun disembuhkan juga. Baca kisah ini di dalam Kisah Para Rasul 28:1-10. Tiga bulan kemudian, Paulus dan yang lainnya meninggalkan tempat itu menuju ke Roma. Orang-orang di pulau itu memberi banyak hadiah dan bekal untuk perjalanan. Kemudian sampailah berita di Roma bahwa Paulus akan segera datang. 
Kapal Paulus berlabuh di Teluk Napel, kurang lebih 210 kilometer dari Roma. Paulus sangat bersukacita ketika dua kelompok anggota- anggota jemaat dan saudara Kristen menjumpainya 65 kilometer jauhnya dari Roma. Lalu mereka melanjutkan perjalanannya ke Roma. 
Akhirnya Paulus tiba di ibukota Kekaisaran Roma. Roma adalah kota yang terpenting di dunia pada masa itu. 
5. PEMENJARAAN PAULUS 
Ketika mereka tiba di Roma semua tahanan kecuali Paulus dimasukkan ke dalam penjara. Karena beberapa alasan Paulus diberi hak istimewa. Paulus dirantai bersama dengan seorang prajurit, tetapi ia tinggal dalam rumah sendiri. Ia diizinkan menerima kunjungan dari teman-temannya. 
Pada waktu itu terdapat banyak orang Yahudi yang menetap di Roma. Tiga hari setelah Paulus tiba di kota itu, ia mengundang orang- orang terkemuka bangsa Yahudi. Ia memberitahukan mereka semua hal yang telah terjadi padanya. Mereka menjawab bahwa mereka tidak pernah menerima surat tentang Paulus dari orang-orang Yahudi di Yerusalem. Tampaknya mereka ingin tahu lebih banyak tentang kepercayaan Kristen. Oleh karena itu, mereka semua menentukan hari untuk mendengar apa yang akan diajarkan oleh Paulus. Ketika waktunya tiba, datanglah banyak orang untuk mendengarkan Paulus berkhotbah tentang Injil Kristus. Dari pagi sampai sore ia menerangkan kebenaran-kebenaran Kristus. Beberapa orang menjadi percaya dan beberapa lainnya tetap tidak percaya. Paulus mengatakan kepada mereka bahwa ia akan menghabiskan waktunya di Roma mengajar bangsa-bangsa lain. 
Paulus berharap dapat menghadapi persidangan dalam waktu yang cepat dan segera dilepaskan. Dua tahun berlalu dan Paulus masih menunggu kabar. Paulus memberitakan Firman Tuhan, mengajar dan menyambut setiap orang yang datang mengunjunginya. Dia tidak pernah takut. Selama dua tahun itu banyak orang menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat. 
6. SURAT-SURAT YANG DITULIS DALAM PENJARA 
Dua tahun dipenjara merupakan saat yang sibuk buat Paulus. Dia tidak hanya memenangkan banyak jiwa bagi Kristus, tetapi ia juga meluangkan banyak waktu untuk menulis empat surat, yang merupakan kitab-kitab dalam Perjanjian Baru. Keempat surat itu ialah: 
a. Surat kepada Jemaat Filipi 
b. Surat kepada Jemaat Efesus 
c. Surat kepada Jemaat Kolose 
d. Surat kepada Jemaat Filemon 
7. SURAT KEPADA JEMAAT FILIPI 
Surat ini ditulis untuk jemaat di Filipi. Mereka adalah salah satu jemaat yang paling disukai oleh Paulus. Jemaat Filipi telah mendengar tentang masalah yang dialami Paulus dan telah mengirimkan persembahan kasih kepadanya. Surat kepada jemaat di Filipi berisi tentang pernyataan kasih dan pengucapan syukur. Walaupun surat ini ditulis dari penjara, tetapi penuh dengan sukacita, keyakinan, iman, dan harapan. 
Melalui pengalaman Paulus ini kita dapat belajar bahwa jikalau kita sungguh-sungguh mempersembahkan diri kita kepada Allah, Ia akan menolong kita mengatasi semua permasalahan kita. Saudara-saudara sesama orang Kristen yang berasal dari tempat-tempat yang jauh memberikan pertolongan kepada Paulus. Lukas bersama dia pada waktu itu. Timotius sering mengunjunginya. Efaproditus datang dari Filipi membawa salam kasih dari jemaat di sana dan tinggal bersama Paulus serta menolongnya. 
Kemudian Efaproditus jatuh sakit, sakitnya begitu parah sehingga ia hampir mati. Paulus mengirimnya pulang kembali dengan sebuah surat. Surat inilah yang ditujukan kepada jemaat Filipi. Isinya mungkin kira-kira seperti ini: (menurut kata-kata pengarang pelajaran ini.) 
"Sambutlah teman kita kembali dan hormatilah dia. Sebab oleh karena pekerjaan Kristus ia hampir mati, ia tidak memikirkan kepentingannya sendiri, hanya memikirkan orang lain dan harapan kalian untuk menolongku." 
"Aku sangat bersyukur karena kamu. Setelah aku meninggalkan kamu sekalian, hanya kamu sajalah yang mempunyai pikiran untuk memberikan semua pemberian ini kepadaku." 
"Aku tidak kuatir tentang apapun yang kubutuhkan, karena aku telah belajar mencukupkan diriku dalam segala keadaan. Aku bersukacita saat aku berkelimpahan, tetapi aku juga tetap bersukacita saat aku dalam kekurangan. Aku dapat melakukan segala perkara melalui Kristus yang memberikan kekuatan kepadaku." 
"Sekarang ini aku berkelimpahan dengan pemberian-pemberian yang kalian kirimkan melalui Efaproditus. Allahku akan memenuhi segala kebutuhanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya melalui AnakNya, Kristus Yesus. Bersukacitalah karena kamu boleh menjadi milik-Nya. Belajarlah untuk tidak kuatir, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan ucapan syukur. Dan kamu akan mengalami damai sejahtera Allah lebih dari apa yang kita dapat mengerti." 
"Ingatlah semua yang benar, semua yang adil, mulia, suci dan manis, pikirkanlah semuanya ini. Tetap lakukan, semua yang telah kamu pelajari, terima, dengar, dan lihat dariku. Apapun hal baik yang kulakukan, semua karena pertolongan Kristus yang kupercayai dan kucintai. Aku tidak sempurna dalam segala sesuatu, tetapi aku tetap mengikuti-Nya. Aku telah meninggalkan semua kesalahanku dan melupakannya. Inilah yang aku lakukan: Aku mengarahkan diriku untuk mencapai tujuanku, yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus Yesus. 
"Salam kepadamu dari saudara-saudara yang bersama-sama dengan aku di sini." 
8. SURAT KEPADA FILEMON 
Surat kepada Filemon berbeda dari surat-surat Paulus yang lain. Surat ini menceritakan tentang bagaimana Paulus mempertemukan dua orang yang bertobat. Waktu Paulus berada di Efesus, ia bertemu dengan orang-orang dari Asia. Salah satu dari mereka adalah seorang yang kaya dan orang penting di Kolose. Orang kaya yang bernama Filemon itu, menjadi Kristen melalui Firman Tuhan yang diberitakan oleh Paulus. Filemon menjadi pemimpin dari orang-orang Kristen di daerahnya. Mereka berkumpul di rumahnya untuk mengadakan kebaktian. 
Filemon setidak-tidaknya memiliki satu orang budak, mungkin lebih. Salah satu dari budaknya bernama Onesimus, yang sangat menginginkan kebebasan dan merencanakan untuk melarikan diri. Kemudian Onesimus melarikan diri dan mungkin mengambil uang yang menjadi milik tuannya. Ia lalu pergi ke Roma. Di sana ia bertemu dan mendengarkan Firman Tuhan yang disampaikan Paulus. Paulus memenangkan Onesimus bagi Kristus dan mengatakan bahwa ia harus kembali kepada tuannya di Kolose. Pada mulanya Onesimus masih diliputi keraguan. Ia tidak ingin menyerahkan kebebasan yang baru saja ditemukannya. Paulus terus meminta Onesimus untuk kembali sebab hal ini adalah kewajibannya sebagai orang Kristen. Paulus berjanji untuk mengirimkan surat kepada Filemon untuk menerangkan apa yang telah terjadi. Akhirnya Onesimus bersedia kembali dan Paulus mengirim surat ini. Paulus memohonkan pembebasan untuk Onesimus, tetapi ia berkata bahwa hal itu tergantung kepada Filemon. 
Kita dapat mengagumi Paulus sebab ia pasti tidak sabar untuk kembali kepada jemaat-jemaat muda yang dirintisnya, tetapi ia tidak membiarkan pemenjaraanya mengalahkan dia. Ia tetap melayani jemaat-jemaat dengan satu-satunya cara yang dapat dia lakukan, yakni melalui surat. 
9. KEPRIBADIAN PAULUS DALAM SURAT-SURATNYA 
Surat-surat Paulus merupakan cermin jiwanya. Surat-surat itu mengungkapkan motif-motif batinnya, perasaannya yang paling dalam, keyakinannya yang paling mendasar. Tanpa surat-surat yang ada itu, Paulus hanya akan menjadi figur yang tak jelas bagi kita. 
Paulus lebih tertarik kepada orang-orang dan apa yang menimpa mereka dibandingkan dengan berbagai formalitas sastra. Ketika kita membaca tulisan-tulisannya, kita sering merasakan kadang-kadang kata-katanya muncul begitu tiba-tiba, ditulis secara tergesa-gesa seperti dalam pasal pertama surat Galatia. Kadang-kadang tulisannya terputus tiba- tiba dan pikirannya meloncat kepada gagasan-gagasan baru. Atau di beberapa tempat ia seperti menarik napas panjang, lalu menuliskan satu kalimat yang hampir tidak ada akhirnya. 
Tulisannya dalam 2Korintus 10:10 memberi kita petunjuk tentang bagaimana surat-surat Paulus diterima dan dipandang pada saat itu. Bahkan musuh-musuh dan para pengecamnya mengakui pengaruh dari kata- katanya, karena mereka diketahui berkomentar, "surat-suratnya memang tegas dan keras . . . " (2Korintus 10:10). 
Pemimpin-pemimpin yang kuat, seperti Paulus, cenderung untuk memikat atau membuat tidak senang orang-orang yang ingin mereka pengaruhi. Paulus memiliki para pengikut yang setia dan juga musuh yang sangat membencinya. Akibatnya, orang-orang yang hidup sezaman dengannya memiliki banyak pandangan yang sangat berbeda mengenai dirinya. 
Tulisan-tulisan paling awal dari Paulus mendahului keempat Injil. Tulisan-tulisan itu mengungkapkan pribadi Paulus sebagai seorang yang berani (2Korintus 2:3), jujur dan memiliki motivasi yang tinggi (ayat 4-5), rendah hati (ayat 6), dan lembut (ayat 7). 
Paulus tahu bagaimana membedakan antara pandangan-pandangannya sendiri dengan "perintah dari Tuhan" (1Korintus 7:25). Ia cukup rendah hati, dalam masalah-masalah tertentu ia mengatakan "menurut pendapatku" (1Korintus 7:40). Ia sangat sadar mengenai betapa penting tugas yang dipikulnya (1Korintus 9:16-17), dan mengenai fakta bahwa ia tidak lepas dari kemungkinan "ditolak" seandainya ia jatuh ke dalam pencobaan (1Korintus 9:27). Dengan hati yang luka ia teringat bahwa pernah dalam hidupnya ia "telah menganiaya Jemaat Allah" (1Korintus 15:9). 
Bacalah Roma pasal 16 dengan memperhatikan baik-baik sikap murah hati Paulus terhadap rekan-rekan sekerjanya. Ia adalah orang yang mengasihi dan menghargai orang dan menjunjung tinggi persekutuan orang-orang percaya. Di dalam suratnya kepada jemaat di Kolose, kita melihat pribadi Paulus yang hangat dan ramah, bahkan kepada orang-orang Kristen yang belum pernah bertemu, dengannya. "... Aku mau, supaya kamu tahu, betapa beratnya perjuangan yang kulakukan untuk kamu, dan untuk mereka ... yang belum mengenal aku pribadi" (Kolose 2:1). 
Dalam suratnya kepada jemaat Kolose, kita juga membaca mengenai seseorang yang bernama Onesimus, seorang budak yang melarikan diri (Kolose 4:9) setelah mencuri sesuatu dari tuannya, Filemon. Paulus telah memenangkan Onesimus untuk percaya pada Kristus dan telah membujuknya agar ia kembali kepada tuannya. Akan tetapi, karena mengetahui hukuman berat yang bakal dijatuhkan pada budak yang melarikan diri, rasul itu mendesak Filemon agar ia menerima Onesimus sebagai saudara seimannya. Di sini kita melihat Paulus sebagai seorang pendamai. Ia berusaha keras agar kembalinya Onesimus bisa diterima dengan kasih persaudaraan yang kristiani. Kalau menggunakan istilah yang biasa dipakai sekarang, kita bisa mengatakan bahwa Paulus menaruh Filemon dalam posisi sulit di mata jemaat dan dalam hubungan pribadinya dengan Paulus. Dan Paulus melakukan ini semua demi seseorang yang menduduki posisi terendah dalam lapisan masyarakat Romawi. Bandingkan ini dengan tingkah laku Saulus muda, yang memegangi jubah mereka yang melempari Stefanus sampai mati. Perhatikan bagaimana besarya perubahan dalam sikap Paulus terhadap 
Dalam tulisan-tulisan ini kita melihat Paulus sebagai seorang teman yang hangat dan murah hati, seorang yang memiliki iman yang kuat dan penuh keberanian-walaupun berada dalam situasi yang ekstrem. Ia sepenuhnya mengabdi pada Kristus, baik dalam hidup maupun mati. Kesaksiannya merupakan realitas rohani yang mendalam, "Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan; baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku" (Filipi 4:12- 13). 




VI. PAULUS DI PENJARA DAN AKHIR HIDUP PAULUS 
BACAAN ALKITAB
* Efesus 2:1-10
* 2Timotius 2:1-15
Sebelumnya kita telah belajar bahwa selama Paulus di penjara, ia masih dapat memenangkan banyak jiwa bagi Kristus. Ia juga menulis beberapa surat kepada para jemaatnya dan surat-surat itu masih kita gunakan sampai saat sekarang ini sebagai penuntun dalam kehidupan kita. Dalam pelajaran ini kita akan mempelajari dua surat terakhir Paulus yang ia tulis selama di penjara.
1. SURAT KEPADA JEMAAT DI KOLOSE
Jemaat di Kolose didirikan ketika Paulus berada di Efesus selama tiga tahun. Kita tidak tahu dengan pasti apakah Paulus pernah mengunjungi lagi jemaatnya ini, tetapi ia mengenal para pemimpinnya dan sangat tertarik dengan kehidupan jemaat di sana. Ketika Paulus berada di dalam penjara, ia mendengar beberapa ajaran palsu yang sedang tersebar di bagian Asia itu. Kelihatannya jemaat di Efesus dan Kolose terganggu dengan ajaran-ajaran palsu ini sehingga Paulus mengkhawatirkan keadaan mereka. Paulus menulis: (dengan kata-kata pengarang pelajaran ini.)
"Sekalipun aku jauh dari kamu, namun aku dekat dengan kamu di dalam kasih, dan aku sungguh bersyukur kepada Allah bahwa kalian boleh menjadi milik Kristus Yesus yang datang menyatakan wujud Allah kepada kita."
"Sekarang kamu sekalian mengenal Yesus, hiduplah seperti Dia. Kamu telah meninggalkan cara hidupmu yang penuh amarah dan kata-kata dusta. Apa pun juga yang kamu katakan atau perbuat, lakukanlah semua itu dengan sungguh-sungguh untuk Tuhan."
"Jangan biarkan seorang pun mengajar kepada kamu semua untuk percaya kepada allah-allah lain. Kristus sendirilah yang akan memberikan semua kebutuhanmu, sebab Allah telah memberikan kepada Dia kuasa dan kemuliaan."



2. SURAT KEPADA JEMAAT DI EFESUS
Surat kepada jemaat Efesus mungkin ditulis sebagai surat berantai, yakni sebuah surat yang dikirimkan dari jemaat satu kepada jemaat yang lain, sampai semua jemaat di daerah itu membacanya. Surat itu mungkin seperti ini: (dengan kata-kata pengarang pelajaran ini.)
"Hai, orang-orang bukan Yahudi, dahulu kamu sering mendengar bahwa kalian tidak dapat menjadi bagian dari keluarga Allah. Sekarang kalian telah tahu bahwa hal itu tidaklah benar. Kristus telah merobohkan tembok yang memisahkan kita, dan karena kita mengasihi Dia, kita boleh bersama-sama (orang Yahudi atau bukan Yahudi) percaya kepada Bapa. Jadi sekarang kamu bukan lagi orang asing atau pendatang. Kita semua adalah anggota keluarga Allah. Kita semua bersama-sama sedang membuat bait Allah untuk Dia. Para Rasul dan Nabi adalah dasar-dasarnya, Yesus Kristus adalah batu penjurunya dan kita adalah bangunannya."
"Jangan kuatir oleh sebab aku dipenjarakan. Karena meskipun aku adalah yang paling hina di antara orang yang mengasihi Allah, telah dianugerahkan kepadaku kasih karunia untuk memberitakan kepadamu betapa ajaibnya kasih Allah pada kita. Aku berdoa bagi kamu supaya ia boleh diam di dalam hatimu melalui imanmu dan supaya kamu dapat memahami kasih karunia Kristus Yesus, yang melebihi semua hal yang dapat kita bayangkan."
"Inilah aku, orang yang dipenjarakan, yang memohon dengan sangat agar kamu hidup sebagai orang Kristen. Hendaklah kamu selalu lemah lembut dan sabar. Kamu bukan lagi seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah. Buanglah segala amarah dan pertikaian. Hendaklah kamu ramah terhadap yang lain, lemah lembut, dan saling memaafkan, seperti Allah telah mengampuni kamu karena Kristus."
Pada saat Paulus menulis surat, Paulus dapat melihat prajurit yang menjaganya. Perisai dan pedang, ketopong kepala, baju zirah, ikat pinggang dan kasut kaki serta penutup dada, ini semua adalah bagian dari pakaian seragam prajurit Romawi. Ia melanjutkan suratnya untuk jemaat di Efesus:
"Kamu akan berjuang melawan musuh yang tidak kelihatan, bukan bala tentara manusia, tetapi semua jenis kejahatan. Kenakanlah perlengkapan senjata Allah yang akan melindungimu dari kejahatan. Berdirilah dan berperanglah melawan musuh Allah kita.
"Berdirilah tegap! Berikatpingganglah kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan. Pakailah kasut kerelaan memberitakan Injil. Ambillah perisai imanmu untuk melindungimu dari panah api si jahat. Ketopong kepalamu adalah keselamatan dari Allah dan pedangmu adalah Firman Allah."
"Berdirilah dan berperanglah. Saat kamu telah berhasil menyelesaikan tugasmu, tetaplah berperang."
"Berdoa dan tetaplah selalu berdoa! Berdoalah untuk orang yang mengasihi Allah, juga untukku supaya dengan keberanian dan tanpa ketakutan aku terus dapat memberitakan Injil, walaupun aku seorang tahanan yang terikat belenggu."
"Damai sejahtera dan kasih bagimu. Dari Paulus utusan Injil Kristus, yang diutus Allah."
Setelah dua tahun Paulus dilepaskan dari penjara. Kita tidak mempunyai catatan mengenai hal ini lagi di dalam Alkitab, tetapi tradisi gereja memberitahu kepada kita bahwa setelah itu Paulus meneruskan perjalanannya dengan mengunjungi para jemaat di Yunani, Makedonia dan propinsi-propinsi di Asia Kecil.
Setelah Paulus dilepaskan dari penjara, ia kembali kepada para jemaat yang telah dibangunnya dulu. Paulus pastilah sangat memikirkan para jemaatnya ini dan ia sudah tidak sabar lagi untuk kembali ke sana sesegera mungkin.
3. MENUJU KE KRETA
Ada ribuan orang yang menghuni pulau Kreta. Dikatakan bahwa ada seratus kota di pulau itu. Orang-orang di sana terkenal jahat dan kejam. Baik laki-laki maupun wanita suka minum anggur dan bermabuk-mabukan. Mereka suka menjarah kapal-kapal yang lewat di sana. Di pulau itu ada juga beberapa orang Yahudi yang menjadi pedagang-pedagang penting. Titus telah dikirim ke sana untuk memberitakan Injil. Ada kemungkinan Paulus menghabiskan waktu dengan tinggal beberapa lama bersama Titus di sana. Pekerjaan Injil di Kreta pastilah sangat berhasil, karena ada banyak jiwa yang dimenangkan bagi Kristus.
Kemudian, Paulus menulis sebuah surat kepada Titus yang memberi nasehat tentang bagaimana caranya mengatur jemaat di Kreta. Dalam suratnya ini, Paulus meminta Titus menemuinya di Nikopolis. Titus mungkin bersama Paulus pada saat ia di penjara untuk kedua kalinya.
4. PEMBAKARAN DI ROMA
Kekaisaran Romawi memiliki beberapa penguasa yang jahat dan kejam, tetapi Kaisar Nero adalah penguasa yang paling kejam. Ia memerintah selama 14 tahun. Nero pernah terlibat di dalam semua tindak kejahatan yang pernah ada di sana. Ia bahkan telah membunuh ibunya sendiri. Ia juga membunuh beberapa istri dan kawan-kawannya. Sejarah menceritakan kepada kita bahwa Kaisar Nero pernah membakar kota Roma.
Nero merasa bahwa ia adalah seorang pemusik yang hebat. Ia mengira jika ia dapat menyaksikan sebuah api yang sangat besar, barangkali ia dapat bermain biola dengan lebih baik. Ia menyalakan api, duduk di serambi yang tinggi, dan menyaksikan kota terbakar sambil memainkan biolanya. Kota Roma terbakar selama enam hari. Para penduduk kota Roma sangat marah dengan terjadinya kebakaran itu. Tetapi Nero mengatakan bahwa orang-orang Kristenlah yang memulai kebakaran itu. Kemudian mulailah mereka menganiaya orang-orang Kristen. Ribuan orang Kristen dibakar dengan sangat kejamnya di atas tiang-tiang pembakaran.
Pada waktu itu Paulus dikenal sebagai pemimpin orang-orang Kristen, sehingga pastilah kehidupannya berada dalam bahaya yang besar.
5. PAULUS DITANGKAP
Waktu Paulus ditangkap untuk yang kedua kalinya di Roma, ada kemungkinan ia dijebloskan di dalam penjara bawah tanah: sebuah penjara yang dingin, gelap, dan sangat mengerikan. Pada saat ini teman-temannya tidak lagi berani mengunjunginya. Beberapa dari mereka takut, jika mereka mengunjungi Paulus, mereka pastilah akan dibunuh.
Paulus menulis surat kepada Timotius pada saat ia mengunjungi para jemaatnya untuk terakhir kalinya.
Timotius menjadi orang Kristen saat Paulus mengunjungi kota Listra untuk pertama kalinya. Ayah Timotius adalah seorang yang bukan Yahudi, sedangkan ibunya seorang Yahudi yang taat. Timotius masih sangat muda ketika Paulus mengajaknya pergi dalam perjalanan pemberitaan Injilnya yang kedua. Sejak itu, Timotius menjadi pemimpin jemaat yang sangat kuat. Paulus memanggilnya "anakku yang sah di dalam iman." Timotius kemudian menjadi pemimpin jemaat di Efesus.
6. SURAT-SURAT KEPADA TIMOTIUS
Saat Paulus berada dalam penjara Roma untuk kedua kalinya, ia menulis surat yang kedua kepada Timotius. Surat kepada Timotius itu mungkin seperti ini: (kata-kata pengarang palajaran ini.)
"Anakku yang terkasih"
"Jadilah prajurit Yesus Kristus yang baik walapun ada dalam saat- saat yang sukar. Ingatlah selalu apa yang telah kau percayai. Ingatlah orang-orang yang terus beriman dan yang telah meneruskannya kepadamu. Tetaplah berperang di dalam peperangan yang benar. Berpeganglah teguh pada apa yang kau percayai."
"Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah, pelajarilah Firman-Nya, dan engkau akan menjadi seorang pekerja yang tidak malu."
"Timotius, aku bersyukur kepada Tuhan atas kamu, dalam doa-doaku baik siang maupun malam. Betapa aku ingin berjumpa denganmu kembali! Ingatlah selalu karuniamu yang penuh kasih dan kuasa."
"Janganlah malu karena aku di penjara. Aku tidak malu. Karena aku tahu Ia akan menjagaku dan segala-galanya telah kupercayakan kepada-Nya untuk selama-lamanya."
"Timotius, berusahalah segera datang kepadaku sebelum musim dingin, dan bawalah juga jubah yang kutinggalkan di Troas. Bawalah buku- bukuku saat kau datang. Segeralah datang. Hanya Lukas yang tinggal bersama denganku sekarang. Demas telah meninggalkanku. Dan aku telah mengirim Tikhikus ke Efesus. Datanglah dan ajaklah Markus ikut bersamamu. Berusahalah untuk segera datang."
"Aku tidak takut. Aku tahu bahwa hidupku tidak akan lama lagi, dan aku siap untuk pergi. Aku telah menyelesaikan pertempuran yang baik. Aku telah menyelesaikan tugasku. Aku telah menyimpan upah yang telah disiapkan untukku dan untuk semua orang yang mengasihi- Nya. Tetapi, Timotius, bersegeralah datang."
Kita tidak tahu apakah Timotius sempat bertemu dengan Paulus sebelum kematiannya. Surat ini adalah kata-kata terakhir yang kita dapatkan dari Paulus.
Tetapi, kata-kata ini membuat sebuah akhir yang indah dari kisah kehidupan Paulus: pengikut Kristus yang terbesar, pembawa berita Injil yang terhebat, dan pewarta Firman Tuhan yang tidak tertandingi.
7. STUDI KHUSUS : KAPAN PAULUS DIPENJARAKAN?
Dalam tinjauan kita tentang kehidupan Paulus dan surat-suratnya, kita telah berasumsi bahwa surat-surat Paulus dari penjara ditulis dari Roma antara tahun 60 dan 62 M. Ini satu-satunya masa pemenjaraan yang dicatat dalam Kisah Para Rasul, wajarlah bila orang-orang yang membaca surat-surat Paulus sejak lama beranggapan bahwa ia menulisnya pada waktu itu.
Mengikuti pendapat profesor G. S. Duncan, beberapa ahli merasa sedikitnya satu atau dua dari empat surat itu ditulis Paulus bukan di Roma melainkan pada masa dia dipenjarakan di Efesus. Walaupun ini tidak tercatat dalam Kisah Para Rasul, pemenjaraan itu dianggap berlangsung pada waktu Paulus tinggal di Efesus selama tiga tahun. Ada banyak bukti yang mendukung hal ini.
Menjelang akhir kunjungannya ke Efesus, Paulus memberi tahu bahwa dibanding dengan pekerja-pekerja Kristen lainnya ia telah "lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara, didera di luar batas, kerap kali dalam bahaya maut" (2Korintus 11:23). Dalam 1Korintus 15:32, Paulus menulis, "Aku telah berjuang melawan binatang buas di Efesus." Kita telah melihat bahwa ungkapan ini bersifat kiasan dan mungkin melukiskan suatu pengadilan sebelum pemenjaraan. Paulus juga menyebut "kesukaran yang kami alami di wilayah Asia" (2Korintus 1:8), yakni provinsi Roma yang ibukotanya Efesus. Di samping itu Roma 16:7, yang ditulis tidak lama setelah Paulus meninggalkan Efesus, menyebut dua orang "yang pernah dipenjarakan bersama-sama dengan aku".
Bukti lain Paulus dipenjarakan di Efesus dapat ditemukan dalam kata- kata pengantar bahasa Latin bagi kitab-kitab Perjanjian Baru yang ditulis pada abad kedua di bawah pengaruh Marcion, seorang pemimpin aliran Gnostik. Juga Kisah Paulus yang fiktif dari abad kedua menceritakan tentang pemenjaraan Paulus di Efesus, yang diikuti dengan pertarungan dengan singa-singa di gelanggang, di mana ia luput melalui campur tangan supernatural.
Gabungan bukti dari tradisi jemaat mula-mula itu, ditambah dengan ayat-ayat dalam tulisan-tulisan Paulus sendiri yang menyebut hal ini, memperkuat dugaan bahwa Paulus pernah dipenjarakan di Efesus. Memang hal itu tidak dengan sendirinya berarti ia menulis "surat- surat penjara" dari Efesus. Tetapi ada beberapa alasan positif yang telah dikemukakan untuk mendukung pendapat tersebut.
• Ada yang menyatakan bahwa sahabat-sahabat Paulus yang telah menghubunginya selama pemenjaraannya, lebih mungkin melakukannya di Efesus ketimbang di Roma, yang jauh dari tempat tinggal mereka. Terhadap hal ini perlu dikemukakan bahwa kita hampir-hampir tidak tahu apa-apa mengenai teman-teman Paulus ini. Namun yang paling kita kenal dari mereka, Lukas, pasti bersama Paulus di Roma menurut Kisah Para Rasul, dan bukan di Efesus.
• Telah dikemukakan pendapat bahwa budak Filemon, Onesimus, lebih mungkin akan melarikan diri ke Efesus, yang berjarak kira-kira 130 kilometer dari rumahnya di Kolose, daripada ke Roma yang berjarak 1300 kilometer. Tetapi ini pun bukan alasan yang meyakinkan, karena pada waktu itu semua jalan raya memang menuju Roma. Seorang budak yang melarikan diri mungkin sekali akan berusaha menghilang di ibukota kerajaan daripada di sebuah kota provinsi sebesar Efesus.
• Dari Surat Filipi kita mendapat kesan bahwa ada banyak orang yang hilir mudik dari dan ke penjara Paulus; dan Efesus lebih dekat ke Filipi dibandingkan dengan Roma. Ini sering dijadikan alasan kuat untuk menganggap bahwa Surat Filipi telah ditulis di Efesus.
• Alasan terkuat bahwa surat-surat itu ditulis di Efesus ialah dalam surat-surat tersebut Paulus mengharapkan segera dilepaskan, dan setelah itu ia berencana mengunjungi teman-temannya di Filipi dan Kolose. Tetapi dalam Roma 15:28 ia menjelaskan bahwa setelah kunjungannya ke Yerusalem, rencananya bukan mengunjungi kembali jemaat-jemaat yang telah didirikannya sebelumnya, melainkan pergi ke Spanyol.
Jadi apa yang dapat kita simpulkan dari fakta-fakta tersebut? Hampir dapat dipastikan bahwa Paulus dipenjarakan untuk beberapa waktu lamanya ketika ia tinggal di Efesus. Mungkin sekali Surat Filipi yang menyebut adanya banyak kunjungan dari Filipi ke penjara Paulus, telah ditulis pada waktu itu. Jika benar demikian, kita harus menetapkan tahun 55 dan bukan tahun 62 M sebagai tahun penulisan Surat Filipi.
8. STUDI KHUSUS : SURAT 1 TIMOTIUS
Bila dianggap bahwa Paulus dibebaskan dalam tahun 60 atau 61 setelah ia naik banding kepada Kaisar, pada waktu itulah ia menghidupkan lagi kegiatan pelayanannya. Berlawanan dengan sangkaannya semula (Kisah Para Rasul 20:38), masih terbuka kesempatan baginya untuk mengunjungi kembali jemaat-jemaat di Asia. Rupanya ada beberapa penyelewengan di antara mereka, karena Paulus menasihati Timotius untuk "menasihatkan orang-orang tertentu, agar mereka jangan mengajarkan ajaran lain ataupun sibuk dengan dongeng dan silsilah yang tiada putus-putusnya ... " (1Timotius 1:3-4). Mereka ingin menjadi pengajar hukum Taurat, meskipun mereka belum berpengalaman dan belum memahami seluruh misterinya (1:7). Di samping mereka yang kurang berpengetahuan adalah mereka yang rusak moralnya, seperti Himeneus dan Aleksander (1:20) yang telah dijatuhi disiplin yang terberat. Perbantahan yang sia-sia (1:6) dan kebobrokan jiwa mengikuti kecenderungan ini.
Organisasi gereja berkembang menjadi makin rumit. Jabatan-jabatan telah ditetapkan dan dikejar oleh sementara orang yang ingin dianggap penting, sehingga martabat kedudukan itulah yang dikejar bukan tujuannya yang utama. Uskup, diaken, dan penatua semuanya disebutkan, meskipun mungkin kelas yang pertama dan ketiga adalah sama. Para janda yang mendapat sokongan harus "didaftarkan", dan harus mengemban suatu tugas khusus dalam pelayanan sosial gereja (5:9). Kebaktian di dalam gereja mempunyai beberapa kebiasaan khusus: berdoa dengan menadahkan tangan (2:8), kealiman dan kepatuhan wanita (2:11), membaca, berkhotbah, dan mengajar (4:13), menumpangkan tangan untuk memberikan karunia (4:14). Ketika generasi kedua dan ketiga gereja mulai timbul, teologi gereja makin dianggap sebagai sesuatu yang sudah semestinya dan makin kurang dianggap penting. Pertengkaran dan perdebatan berkembang dari titik-titik perbedaan; ajaran sesat menjadi suatu bahaya yang mengancam.
Riwayat Hidup Timotius
Diri Timotius sendiri merupakan sesuatu yang menarik untuk dipelajari. Dilahirkan di Listra dari seorang ayah Yunani dan ibu Yahudi, ia dididik dalam adat istiadat Yahudi dan diajari Kitab Suci sejak masih kanak-kanak. Paulus menjadikannya sebagai muridnya dalam perjalanannya yang kedua (Kisah Para Rasul 16:1-3), dan sejak itu Timotius selalu menyertainya ke mana pun ia pergi. Ia turut mengabarkan Injil di Makedonia dan Akhaya dan membantu Paulus waktu ia mengajar di Efesus selama tiga tahun, di mana ia menjadi sangat mengenal kota itu serta kebutuhan-kebutuhan jemaat di sana. Ia adalah salah seorang delegasi yang ditunjuk ke Yerusalem (20:4) dan mungkin menyertai Paulus dalam perjalanan kembali ke kota itu. Ia berada di Roma bersama Paulus pada masa pemenjaraannya yang pertama, karena namanya muncul dalam kepala surat Kolose (1:1) dan Filemon (1). Setelah Paulus dibebaskan ia mengadakan perjalanan kembali bersama Paulus dan rupanya ditinggalkan di Efesus untuk menjernihkan kekacauan yang telah berkembang di sana, sedang Paulus melanjutkan kunjungannya ke gereja-gereja di Makedonia. Pada akhir hidup Paulus ia mendampinginya di Roma (2Timotius 4:11, 21), dan ia sendiri juga dipenjarakan (Ibrani 13:23), tetapi dibebaskan kembali.
Timotius adalah orang yang dapat dipercaya namun kurang bersemangat. Ia terkesan sebagai seseorang yang belum dewasa meskipun ia pasti telah berusia sekurang-kurangnya 30 tahun ketika Paulus menugaskan dia untuk memimpin gereja di Efesus (1Timotius 4:12). Ia penakut (2Timotius 1:6,7) dan sering terganggu pencernaannya (1Timotius 5:23). Surat yang memakai namanya ini dimaksudkan untuk membesarkan hati dan meneguhkan dia untuk menerima tugas berat yang dilimpahkan Paulus kepadanya.
Isi
Suatu ikhtisar yang terpadu dari surat ini sulit untuk dibuat karena bentuknya yang berupa percakapan dan sifatnya yang sangat pribadi. Beberapa kalimat nampaknya berada di luar konteksnya, seperti perintah, "Jangan lagi minum air saja" (5:23). Ini adalah suatu ucapan yang lumrah dalam suatu pembicaraan tidak resmi, di mana si pembicara dapat menyelipkannya begitu saja saat terpikir olehnya tanpa merencanakan suatu esei yang resmi. Kata pengantar (1:3-17) menggambarkan garis besar dari keadaan darurat yang menyebabkan Paulus meninggalkan Timotius di Efesus. Ia mengingatkan bagi Timotius pengalamannya sendiri, yang merupakan suatu pola dari panggilan untuk melayani. Ia berulang kali mengingatkan Timotius akan tanggung jawab dari panggilan itu (1:18; 4:6,12,16; 5:21; 6:11,20), seolah-olah untuk mencegahnya menarik diri dari suatu tugas yang sulit. Pelimpahan tugas ini yang dibuka oleh kata-kata "Tugas ini kuberikan kepadamu ...." (1:18), menyangkut masalah kepentingan organisasi di dalam gereja. Persoalan-persoalan ibadah jemaat, kepengurusan dan doktrin gereja dijelaskan, dan kebijaksanaan tentang kepemimpinan gereja ditegaskan. Dalam bagian teguran pribadi (4:6-6:19) Paulus menegaskan hubungan sang penginjil dengan pelayanannya sendiri serta dengan pihak-pihak di dalam jemaat, untuk menunjukkan bagaimana harus menghadapi mereka masing-masing. Himbauan Paulus yang terakhir kepada Timotius sebagai hamba Allah adalah suatu karya yang indah. Dalam keempat perintahnya, jauhilah, kejarlah, bertandinglah, rebutlah (6:11-12,14), Paulus menguraikan dengan ringkas unsur-unsur dari kehidupan pelayanan pribadi.
9. STUDI KHUSUS : SURAT KEPADA TITUS 
Latar Belakang
Menurut urutan waktunya Titus mengikuti 1Timotius. Paulus, setelah meninggalkan Efesus, pergi ke Makedonia dan mungkin dari sana berlayar ke Kreta, di mana ia pernah singgah dalam pelayarannya ke Roma. Dalam kesempatan ini ia tinggal selama beberapa lama di sana, lalu meninggalkan Titus untuk menyelesaikan pengukuhan jemaat dan memperbaiki kesalahan-kesalahan di jemaat. Ada yang bertanya-tanya apakah Paulus merasa bahwa waktunya tidak banyak dan ia ingin kembali ke Efesus. karena ia berbicara mengenai mengirimkan Tikhikus ke Kreta (Titus 3:12) dalam waktu dekat. Tujuannya yang terakhir adalah Nikopolis (mungkin di Epirus), di mana ia merencanakan untuk tinggal selama musim dingin.
Keadaan di Kreta sangat mengecewakan. Gereja tidak terorganisasi dan tingkah laku para anggotanya sangat ceroboh. Bila perintah dalam pasal 2 adalah suatu petunjuk dari apa yang dibutuhkan oleh jemaat di sana, maka para prianya lalai dan ceroboh, wanita-wanita yang tua suka bergunjing dan bermabuk-mabukan, dan wanita-wanita mudanya malas dan genit. Mungkin pemberitaan Injil karunia telah memberi kesan kepada orang-orang di Kreta bahwa keselamatan oleh iman tidak ada hubungannya dengan hidup tekun dan saleh. Enam kali (1:16; 2:7, 14; 3:1,8,14) dalam surat yang pendek ini orang-orang Kristen diminta untuk melakukan perbuatan baik. Meskipun Paulus mengatakan bahwa keselamatan tidak dapat diperoleh karena perbuatan baik yang kita lakukan (3:5), ia menyatakan dengan tidak kalah tegasnya bahwa orang-orang yang percaya memelihara perbuatan baik dengan seksama.
Kerusuhan di Kreta ini disebabkan oleh gabungan dari kelemahan moral yang berasal dari sifat bawaan bangsa Kreta (1:12-13) dan perintah serta omongan sia-sia yang disebarluaskan oleh penganut Yudaisme, yang menyangkal Allah (1:16), tidak tertib (1:10), suka mengacau (1:11) dan hanya mencari keuntungan bagi diri sendiri (1:11). Guru-guru ini berbeda dengan mereka yang mengacau Galatia, karena kesalahan mereka berupa kejahatan moral, sedang yang di Galatia bersifat kepicikan pelaksanaan hukum. Keduanya dikecam oleh surat ini.
Baik 1Timotius maupun Titus ditulis untuk menasihati seorang murid yang tengah memecahkan persoalan-persoalan yang sulit sebagai gembala sidang. Titus, penerima surat ini, telah menjadi kenalan dan rekan Paulus selama 15 tahun atau lebih. Ia adalah seorang bukan Yahudi yang menjadi percaya pada masa-masa awal di Antiokhia, yang pertobatannya begitu meyakinkan hingga dijadikan teladan dari orang-orang percaya bukan Yahudi yang tidak bersunat ketika Paulus dan Barnabas pergi ke Yerusalem untuk menghadiri sidang (Galatia 2:1-3). Pasti ia menyertai Paulus dalam perjalanannya yang ketiga, karena ia bertindak sebagai utusan Paulus pada masa-masa yang sulit ketika ada pemberontakan gereja di Korintus, dan ia telah berhasil membangkitkan sesal dan mengembalikan kesetiaan mereka (2Korintus 7:6-16). Ia telah berkeliling di Makedonia untuk menjalankan pengumpulan dana yang diprakarsai oleh Paulus, dan telah dipuji dengan tulus oleh Paulus (8:16, 19, 23). Mungkin ia termasuk di antara "kami" dalam Kisah Para Rasul 20:5, meskipun ia tidak pernah disebutkan namanya di mana pun di dalam Kisah Para Rasul. Penyebutan namanya yang terakhir dalam Perjanjian Baru menyatakan bahwa ia telah pergi ke Dalmatia (2Timotius 4:17). Nampaknya ia mempunyai watak yang lebih kuat daripada Timotius dan lebih mampu menghadapi perlawanan.
Isi
Secara umum isi dari Titus serupa dengan 1Timotius, kecuali pada penekanan yang lebih kuat pada perumusan pengakuan iman. Paulus menyatakan suatu rumusan kepercayaan Kristen yang paling lengkap dalam seluruh Perjanjian Baru dalam dua paragraf (2:11-14; 3:4-7). Perhatikanlah unsur-unsur yang terkandung dalam kedua paragraf ini:
Titus adalah suatu ringkasan yang baik dari pengajaran azas gereja waktu ia sampai pada tahap pelembagaan. Meskipun ia ditulis bagi seorang penginjil perintis, ia mewakili suatu gereja yang telah melewati era perintisan dan telah memiliki kebijaksanaan dan iman yang mantap. Kata "sehat" menyiratkan bahwa suatu standar azas yang resmi telah ditetapkan, dan harus diikuti oleh kehidupan dan pengajaran yang benar.
10. STUDI KHUSUS : SURAT 2 TIMOTIUS 
Latar Belakang
Apakah keinginan Paulus untuk mengunjungi Spanyol pernah terwujud atau tidak, tidak diketahui. Klemens dari Roma (tahun 95) mengatakan di dalam suratnya bahwa Paulus "... mengajarkan kebenaran kepada seluruh dunia, dan ketika ia telah mencapai batas wilayah Barat ia memberikan kesaksiannya kepada para penguasa ...." Bila Klemens menulis dari Roma, adalah sama janggalnya bila ia menyebut Roma sebagai "batas wilayah Barat" seperti seseorang yang tinggal di Chicago menyebut kota itu sebagai batas wilayah Barat dari Amerika Serikat. Klemens tidak menyebut Spanyol, dan mungkin ia hanya menduga-duga apa yang telah dilakukan Paulus bila dianggap bahwa niatnya sudah terwujud. Akan menarik sekali bila kita dapat mengetahui apakah Paulus jadi mengabarkan Injil di sana atau tidak, dan apakah gereja yang mula-mula didirikan di Afrika Utara dan Britania telah didirikan oleh murid- murid asuhannya.
Mengapa ia ditangkap juga tidak diketahui. Bila Aleksander si tukang tembaga yang disebutkan di dalam 2Timotius 4:14 adalah sama dengan Aleksander dalam Kisah Para Rasul 19:33, orang akan menduga bahwa ia adalah pandai besi bangsa Yahudi yang bersungut-sungut terhadap Paulus karena dua hal: pemberitaan Paulus tentang berkat yang cuma-cuma bagi bangsa-bangsa lain, dan kelesuan perdagangan kuil-kuilan dewi di Efesus karena kecaman Paulus yang penuh semangat menentang pemujaan berhala. Keadaan di Efesus sangat panas. Paulus berbicara dalam 2Korintus 1:8 tentang "penderitaan yang kami alami di Asia Kecil. Beban yang ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami." Dalam Kisah Para Rasul 20:19 ia menyinggung tentang "pihak orang Yahudi yang mau membunuh aku." Mungkin Aleksander, yang masih merasa sakit hati atas larinya Paulus dari Efesus dan atas kerugian yang diderita perusahaannya dan perusahaan kawan-kawannya, telah mengadukannya kepada pemerintah Roma yang akhirnya menjatuhkan hukuman atasnya. Aleksander juga dikenal oleh Timotius, dan nasihat Paulus untuk berhati-hati terhadapnya menyiratkan bahwa ia berada di mana Timotius berada, mungkin di Efesus.
Maka perjalanan ke Spanyol pada masa-masa itu pastilah suatu tafsiran semata, dan jalur yang tertera pada peta paling-paling hanyalah suatu kemungkinan. Bila perjalanan Paulus tepat mengikuti jalur yang dinyatakan di dalam surat ini, berarti ia berhenti di Korintus (4:20), di mana Erastus memilih untuk tinggal di Miletus, di mana ia meninggalkan Trofimus yang sakit, dan di Troas (4:13). Urut-urutan yang benar dari perjalanan ini tidak diberikan oleh si pembawa cerita. Ia tidak singgah di Efesus, tetapi mengirimkan Tikhikus ke sana. Pasti dia ditangkap secara tiba-tiba dan dibawa ke Roma, karena ia meninggalkan rencananya yang belum selesai. Buku-buku yang ketinggalan di Troas mungkin dimaksudkan untuk diambilnya kembali nanti, tetapi ia tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan itu. Di mana ia ditangkap tidak diketahui; mungkin di Troas atau di Nikopolis.
Kesan umum dari surat-surat penggembalaan ini mengungkapkan suatu gereja yang tengah mempertahankan diri melawan kedengkian dan keirihatian orang-orang Yahudi yang frustrasi dan melawan ketidakacuhan yang makin parah dari orang-orang kafir yang tidak bermoral. Paulus, yang mewakili generasi perintis penyebar Injil dari masa yang lalu, melimpahkan tanggung jawabnya kepada para pembantunya yang lebih muda dan lebih bersemangat. Beberapa di antaranya, seperti Titus dan Timotius, adalah pengganti-pengganti yang baik, dan yang lain-lainnya, seperti Demas, tidak setia (2Timotius 4:10). Kedua Timotius adalah pesan terakhirnya bagi para pembantu dan sahabatnya sebelum ia menghilang dari sejarah.
Isi
Isi surat yang terakhir ini adalah suatu panduan dari ungkapan perasaan pribadi dan kebijaksanaan kepemimpinan gereja, yang berupa kenangan dan perintah, kesedihan, dan keyakinan. Tujuan utamanya adalah untuk memperteguh Timotius untuk menerima tugas berat yang dalam waktu dekat akan dilepaskan oleh Paulus. Ia menguraikan pola penggembalaan jemaat dengan pertama-tama mengingatkan Timotius akan pengalaman pribadinya, dan dengan mengikutsertakan ia di dalamnya, "Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, ... berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri" (2Timotius 1:9). Berdasarkan panggilan ini, ia mendorong Timotius untuk menerima segala kesulitan seperti seorang prajurit yang maju berperang (2:3), dengan memasrahkan perencanaan strategi pada pimpinannya, dan mengabdi dengan sepenuh hati dan tanpa pernah mengeluh di mana pun tenaganya dibutuhkan. Dalam kehidupan pribadi dan dalam hubungan kemasyarakatan dengan jemaat ia harus berlaku sebagai hamba Tuhan, tidak suka berselisih tetapi selalu siap untuk membantu semua orang memahami kebenaran Tuhan.
Gambaran tentang hari-hari terakhir, seperti paragraf yang serupa dalam 1Timotius 4:1-3, adalah serangkaian ramalan yang melukiskan ciri-ciri dari keadaan yang kelak akan dihadapi gereja. Perisai yang dirumuskan Paulus untuk menahan arus kefasikan adalah pengetahuan akan Kitab Suci "yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus" (2Timotius 3:15).
Perintah terakhir (4:1-6) adalah suatu karya yang indah, dan harus dipelajari dengan seksama oleh setiap calon penginjil.
(Sumber : Merrill C. Tenney, SURVEI PERJANJIAN BARU, Gandum Mas, Malang, 1995, 413 – 422)

Kepustakaan :
- John Drane, MEMAHAMI PERJANJIAN BARU, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1996, Halaman : 318 – 319, 344 – 345, 400 – 402. 
- Tom Jacobs, RASUL PAULUS, Penerbit : Kanisius, Yogyakarta, 1984 Halaman : 9 – 13)
- Merrill C. Tenney, SURVEI PERJANJIAN BARU, Gandum Mas, Malang, 1995, Halaman : 313 – 316, 360 - 365
- Charles Ludwig , KOTA-KOTA PADA ZAMAN PERJANJIAN BARU, Kalam Hidup, Bandung, 1975, Halaman : 41 – 49
- J.L Packer.Merrill C.Tenney.William White,Jr, DUNIA PERJANJIAN BARU, Gandum Mas, Malang, 1993, Halaman : 214 – 218
- Merrill C. Tenney, SURVEI PERJANJIAN BARU, Gandum Mas, Malang, 1995, 413 – 422





Tidak ada komentar:

Posting Komentar