II.
PERJALANAN MISI PAULUS YANG PERTAMA
BACAAN ALKITAB
* Kisah Para Rasul 9:19-22; 11:19-26; 13:1-52;
14:8-28; 15:1-35.
Kita akan mulai belajar tentang usaha mula-mula jemaat Kristen untuk
menyebarkan Firman Tuhan ke negara-negara lain. Ini bukanlah rencana
manusia, tetapi merupakan rencana Allah untuk menyebarkan Injil ke seluruh
dunia kepada semua suku bangsa dan seluruh umat manusia. Yesus berkata,
"dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi Aku akan menarik semua
orang datang kepada-Ku." (Yohanes 12:32) Yesus mengajarkan kepada
murid-murid-Nya mengenai misi ke seluruh dunia ini. "Karena itu
pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama
Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang
telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa
sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:19-20)
Kita menyebut perintah ini sebagai "Amanat Agung". Amanat Agung
untuk "semua bangsa". Memang sulit bagi para pengikut-Nya untuk
memulai pekerjaan ini, bahkan setelah kebangkitan-Nya dan kenaikan-Nya ke
surga. Kemungkinan besar para murid Tuhan Yesus mula-mula menetap di
Yerusalem, namun karena penganiayaan semakin menjadi-jadi, mereka akhirnya
tercerai-berai dan tersebar ke negera-negara lain. Jadi, mereka menyebarkan
Injil, namun mereka sebetulnya tidak memiliki rencana untuk melakukan hal
itu. Tetapi, orang-orang Kristen ini membutuhkan seorang pemimpin yang
dapat mengatur, merencanakan program, dan memimpin mereka di dalam suatu misi
kepada bangsa-bangsa lain. Pemimpin ini adalah Paulus. Kira-kira, sepuluh
tahun setelah pertobatannya, ia telah mempersiapkan dirinya dan
bersiap-siap untuk memimpin misi gereja yang nyata ini.
1. GEREJA BUKAN YAHUDI DAN MISI PAULUS
Kisah Para Rasul 11:19-15:35
Gerakan pelayanan firman kepada bangsa-bangsa lain seperti yang dilukiskan
di dalam Kisah Para Rasul dimulai pada saat didirikannya gereja di
Antiokhia di Siria. Pembentukan gereja ini merupakan bagian dari penyebaran
tiba-tiba yang terjadi di dalam masa peralihan. Di antara Kisah Para Rasul
8:4 dan 11:19 terdapat suatu hubungan yang jelas, seperti yang dikatakan
oleh ayat yang terakhir:
"Sementara itu banyak saudara-saudara telah tersebar karena
penganiayaan yang timbul sesudah Stefanus dihukum mati. Mereka tersebar
sampai ke Fenesia, Siprus dan Antiokhia; namun mereka memberitakan Injil
kepada orang Yahudi saja. Akan tetapi di antara mereka ada beberapa orang
Siprus dan orang Kirene yang tiba di Antiokhia dan berkata-kata juga kepada
orang-orang Yunani dan memberitakan Injil, bahwa Yesus adalah Tuhan."
(Kisah Para Rasul 11:19-20)
Orang-orang percaya dari Siprus dan Kirene yang mengajar di Antiokhia telah
menyimpang dari kebiasaan umum di antara rekan-rekannya sambil mengabarkan
Injil juga kepada orang Yunani. Komentar Lukas di sini menunjukkan bahwa
uraiannya tentang masa transisi lebih menekankan hal-hal baru daripada
prosedur khotbah yang biasa. Antiokhia, di mana Injil diberitakan pada masa
itu, begitu istimewa hingga ia menjadi pusat dari seluruh usaha misi yang
baru.
Gereja di Antiokhia
Antiokia, dengan jumlah penduduk lebih dari setengah juta jiwa, pada waktu
itu adalah salah satu kota terbesar di wilayah kekaisaran Romawi.
Kota Antiokhia dibangun oleh Seleukus Nicator dalam tahun 300 SM. Di bawah
pemerintahan raja-raja Seleuk yang pertama ia berkembang dengan pesat. Pada
mulanya kota ini sepenuhnya dihuni oleh orang-orang Yunani, namun kemudian
orang-orang Siria menetap di luar tembok kota dan akhirnya menyatu dengan
kota sejalan dengan perkembangan kota itu. Unsur penduduk yang ketiga
adalah orang-orang Yahudi, banyak di antaranya yang merupakan keturunan
dari penghuni kota pertama yang didatangkan dari Babilon. Mereka mempunyai
hak-hak yang sama dengan orang Yunani dan tetap menjalankan ibadat mereka
di sinagoge-sinagoge. Di bawah pemerintahan Romawi, Antiokhia menjadi
makmur. Karena merupakan pintu gerbang militer dan perniagaan ke Timur, ia
menjadi kota yang terbesar setelah Roma dan Aleksandria.
Para pembawa berita Firman pertama yang tiba di Antiokia dari Yerusalem
telah merencanakan untuk melayani orang-orang Yahudi di kota itu. Tetapi,
para pelayan Tuhan lainnya yang berasal dari Siprus dan Kirene telah mulai
pekerjaan mereka di tengah-tengah orang Yunani. Ini merupakan usaha nyata
yang pertama kali dilakukan untuk bangsa-bangsa lain. Sejak awal, jemaat
mula-mula telah sangat kuat.
"Dan tangan Tuhan menyertai mereka dan sejumlah besar orang menjadi
percaya dan berbalik kepada Tuhan." (Kisah Para Rasul 11:21) Jemaat
mula-mula yang terdiri dari banyak suku bangsa dan yang menyembah Allah ini
bersama-sama menjadi salah satu jemaat yang terkuat waktu itu. Inilah
pelajaran untuk kita hari ini. Jikalah kita dapat membuang jauh-jauh semua
prasangka buruk dan perbedaan-perbedaan antara kita dengan suku dan bangsa
lain, dan dengan sungguh-sungguh menyembah Tuhan kita dalam roh kebenaran,
maka tidaklah mustahil jemaat gereja kita dapat memiliki kuasa yang sama
dengan gereja jemaat mula-mula ini.
Di bawah kepemimpinan Barnabas, para jemaat mampu bertumbuh dengan begitu
pesatnya sehingga ia membutuhkan banyak bantuan. Ketika Paulus diminta
datang dari Tarsus untuk membantu pekerjaan itu, jemaat menjadi makin lebih
kuat lagi karena Paulus memiliki karunia untuk mengajar jemaat. Kemudian,
para jemaat mulai memberikan perhatian kepada orang-orang yang bukan Yahudi
yang ada di negara- negara lain. Para jemaat menyadari bahwa menyebarkan
Injil kepada bangsa-bangsa lain adalah kewajiban mereka. Jemaat yang kuat
ini memperoleh penghargaan dalam pelayanan mereka sebagai pusat penyebaran
Injil kepada orang-orang yang bukan Yahudi. Di Antiokialah murid-murid ini
pertama kali disebut Kristen.
Tahun berdirinya gereja di Antiokhia tidak dinyatakan dengan jelas.
Nampaknya ia berdiri tidak lama setelah kematian Stefanus, mungkin sekitar
tahun 33 hingga 40. Untuk mendapatkan ukuran dan reputasi yang cukup
berarti hingga dapat menarik perhatian gereja di Yerusalem (11:22) tentu
dibutuhkan beberapa waktu. Gereja di Yerusalem mengutus Barnabas untuk
mengunjungi Antiokhia, di mana ia bekerja entah selama berapa lama, dan
kemudian pergi ke Tarsus untuk meminta Paulus agar menjadi pembantunya
(11:22-26). Mereka bekerja bersama-sama selama sekurang-kurangnya satu
tahun setelah itu (11:26) sebelum Agabus meramalkan bahaya kelaparan yang
akan menimpa dunia "pada zaman Claudius" (11:28). Makna yang
tersirat dalam ayat ini adalah bahwa ramalan ini diberikan sebelum Claudius
naik takhta pada tahun 41, dan bahwa bahaya kelaparan terjadi sesudah itu.
Data kronologis lainnya diperoleh dari penyebutan tentang Herodes Agripa I
(12:1), yang meninggal dunia pada tahun 44. Mungkin pelayanan di Antiokhia
dimulai sekitar tahun 33 hingga 35. Bila dana bantuan kelaparan dikumpulkan
sekitar tahun 46, Barnabas pasti telah mulai menjalin hubungannya dengan
Antiokhia sekitar tahun 43, yang berarti bahwa Paulus mulai menjalankan
tugasnya di sana pada tahun 46.
Meskipun kronologi ini tidak dapat dikatakan pasti, ia cukup sesuai dengan
perkembangan kegiatan Paulus yang diketahui. Bila ia menjadi percaya dalam
tahun 31 atau katakanlah 32, dan menghabiskan waktu tiga tahun di kawasan
Damsyik (Galatia 1:18), ia akan tiba di Yerusalem sebelum tahun 35. Bila ia
menghabiskan waktu selama 15 hari di Yerusalem sebelum kembali ke Tarsus
(Kisah 9:28-30), maka ketika Barnabas datang untuk menyertainya dalam tugas
barunya ia tentu sudah berkhotbah selama 11 tahun di Tarsus dan Kilikia.
Nampaknya ada suatu kesenjangan waktu yang cukup besar di sini, tetapi
banyak kesenjangan lain dalam karangan Lukas mengenai perkara yang sama
pentingnya hingga keadaan ini tidak menjadi sesuatu yang luar biasa.
Gereja di Antiokhia cukup penting, karena ia memiliki beberapa segi yang
menonjol. Pertama, ia adalah induk dari gereja bagi bangsa- bangsa lain.
Rumah di keluarga Komelius tidak dapat disebut gereja dalam arti yang sama
dengan kelompok umat di Antiokhia, karena ia adalah suatu kelompok keluarga
pribadi bukan suatu jemaat umum. Dari gereja Antiokhia berangkatlah misi
resmi yang pertama ke dunia yang belum tersentuh Injil. Di Antiokhia
dimulailah perdebatan yang pertama tentang status umat Kristen dari
bangsa-bangsa lain. Ia merupakan pusat tempat berkumpulnya para pemimpin
gereja. Secara bergantian, Petrus, Barnabas, Titus, Yohanes Markus, Yudas
Barsabas, Silas, dan bila naskah Barat benar, penulis dari buku ini
sendiri, semuanya dihubungkan dengan gereja di Antiokhia. Patut untuk
diperhatikan bahwa dapat dikatakan mereka semuanya terlibat dalam misi
kepada bangsa- bangsa lain dan disebut-sebut dalam Surat Kiriman Paulus maupun
di dalam Kisah Para Rasul.
Kitab-kitab Injil mungkin berasal dari Antiokhia. Kemungkinan hubungan di
antara Markus dan Lukas maupun kenyataan pertemuan mereka di Roma
barangkali dapat menjawab beberapa masalah yang sering diperdebatkan dalam
Masalah Sinoptis. Ignatius, uskup di Antiokhia pada akhir abad yang
pertama, nampaknya nyaris hanya mengutip dari Matius, ketika ia berbicara
mengenai Injil, seolah-olah Injil Matius adalah satu- satunya Injil
Sinoptis yang diketahuinya. Streeter mempertahankan pendapatnya secara
panjang lebar bahwa Injil Matius berasal dari Antiokhia, karena ia
digunakan oleh Ignatius dan di dalam Didakhe (Ajaran Dua Belas Rasul),
keduanya menurutnya adalah dokumen-dokumen orang Siria. Bila ketiga Injil
Sinoptis menanamkan dasarnya pada suasana yang hidup dalam khotbah lisan
gereja di Antiokhia, pelayanan firman mereka kepada dunia dapat dikatakan
merupakan warisan dari gereja ini kepada bangsa-bangsa lain yang percaya
dari masa yang lalu maupun masa sekarang.
Gereja di Antiokhia juga tersohor karena guru-gurunya. Di antara mereka
yang disebut di dalam Kisah Para Rasul 13:1, hanya Barnabas dan Paulus yang
baru dikenal dalam beberapa penyebutan belakangan, tetapi pelayanan mereka
pasti telah membuat gereja ini terkenal sebagai pusat pengajaran. Jelas
sekali bahwa Antiokhia telah mengalahkan Yerusalem sebagai pusat pengajaran
Kristen dan sebagai markas misi penginjilan.
Mungkin perkembangan Antiokhia makin dipercepat oleh penindasan Herodes
dalam tahun 44. Gereja di Yerusalem selalu dalam keadaan kekurangan dana,
karena banyak anggota jemaat yang miskin yang harus selalu ditunjang oleh
sumbangan-sumbangan. Bahaya kelaparan itu pasti makin melemahkan mereka,
meskipun ada dana sumbangan dari Antiokhia (11:28-30). Penindasan di bawah
Herodes mengakibatkan kematian Yakobus, anak Zebedeus (12:2), dan Petrus
juga nyaris kehilangan nyawanya (12:17). Kisah selingan dalam 12:1-24 hanya
memberikan gambaran sekilas tentang keadaan di Yerusalem, tetapi ia
menunjukkan gereja yang tetap setia bertahan meskipun tekanan begitu berat,
yang terus berusaha mempertahankan keberadaannya sampai saat yang terakhir.
Fakta yang paling kuat tentang gereja di Antiokhia adalah kesaksian ini.
'Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen"
(11:26). Sebelum itu orang-orang yang percaya kepada Kristus dianggap
sebagai suatu sekte agama Yahudi, tetapi dengan masuknya bangsa-bangsa lain
ke dalam kelompok mereka dan dengan makin berkembangnya sistem pengajaran
yang sangat berbeda dengan hukum Musa, dunia mulai melihat perbedaan itu
dan menyebut mereka dengan julukan yang lebih tepat. "Kristen"
berarti "milik Kristus" seperti Herothan berarti "milik
Herodes". Mungkin nama ini dimaksudkan sebagai suatu ejekan, tetapi
watak para Rasul dan kesaksian yang mereka sampaikan memberikan arti yang
menyanjung.
2. PEKERJAAN ROH KUDUS
"Pada waktu itu di jemaat Antiokia ada beberapa nabi dan pengajar,
yaitu Barnabas dan Simeon yang disebut Niger, dan Lukius orang Kirene, dan
Menahem yang diasuh bersama dengan raja wilayah Herodes, dan Paulus. Pada
suatu hari ketika mereka beribadah kepada Tuhan dan berpuasa, berkatalah
Roh Kudus: "Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang
telah Kutentukan bagi mereka." Maka berpuasa dan berdoalah mereka, dan
setelah meletakkan tangan ke atas kedua orang itu, mereka membiarkan keduanya
pergi. Oleh karena disuruh Roh Kudus, Barnabas dan Paulus berangat ke
Seleukia dan dari situ mereka berlayar ke Siprus." (Kisah Para Rasul
13:1-4) Kita tahu ketika para pemimpin sedang berdoa dan berpuasa, Roh
Kudus berbicara kepada mereka dan berkata, "Khususkanlah Barnabas dan
Saulus bagiku untuk tugas yang telah ditentukan bagi mereka." Alkitab
selanjutnya menceritakan kepada kita bahwa mereka menumpangkan tangan dan
mengutus kedua orang itu pergi untuk melakukan tugas mereka. Jemaat di
Antiokia merasa sangat kehilangan dengan perginya kedua pemimpin yang kuat
ini, namun mereka menyadari bahwa ini adalah suatu kesempatan yang besar
untuk dapat saling membagikan pekerjaan pengabaran Injil ke seluruh dunia.
3. MEREKA MEMULAI PERJALANAN MISI YANG PERTAMA
Bacalah Kisah Para Rasul 13:4-13. Barnabas, Paulus, dan Yohanes Markus,
seorang muda dari Yerusalem, memulai pekerjaan mereka. Barnabas, yang
tertua, dianggap sebagai pemimpin. Paulus dan Barnabas merupakan sahabat
baik dan keduanya saling menghargai. Yohanes Markus ikut untuk membantu
mereka. Dia adalah anak dari Maria, seorang Kristen yang taat dan aktif di
Yerusalem. Dia juga sepupu Barnabas.
Mereka berlayar ke Seleukia dan berjalan sepanjang 110 kilometer ke
Salamis, di pantai timur Siprus. Siprus adalah rumah lama Barnabas. Para
penginjil ini mengunjungi tempat-tempat penting di pulau Siprus sampai
akhirnya mereka tiba di Pafos. Di Pafos mereka bertemu dua orang terkemuka,
yaitu seorang tukang sihir yang bernama Elimus Baryesus dan Sergius Paulus
yang menjadi gubernur pulau itu. Sergius Paulus memanggil Barnabas dan
Paulus sebab ia ingin mendengar Firman Tuhan. Ketika para penginjil itu
berusaha memenangkan Sergius Paulus bagi Kristus, Elimus berusaha
menghalang-halangi mereka. Akhirnya, Paulus menantang "anak
iblis" ini dan membuat mata orang itu buta untuk beberapa saat.
Melihat apa yang terjadi, Sergius Paulus merasa sangat takjub dan percaya
ajaran Tuhan.
Mulai saat inilah Lukas menyebut para pengabar Injil ini sebagai
"Paulus dan kawan-kawannya atau Paulus dan Barnabas".
4. KE ASIA KECIL
Paulus dan kawan-kawannya sekarang meninggalkan Pafos dan berlayar ke Perga
di Pamfilia. Di sana Yohanes Markus meninggalkan kelompok ini dan kembali
ke rumahnya di Yerusalem.
Paulus dan Barnabas meneruskan perjalanannya ke Antiokia (di Pisidia). Di
Antiokia Paulus pergi ke rumah ibadah dan memberitakan Firman Tuhan di
sana. Pemberitaan itu membuat orang-orang di sana takjub dan mereka
memintanya berkhotbah lagi. Bacalah Firman Tuhan yang diberitakan Paulus di
dalam Kisah Para Rasul 13:14-42.
Pada hari Sabat berikutnya, Paulus berkhotbah lagi dan hampir seluruh kota
itu berkumpul bersama-sama untuk mendengar Firman Tuhan. Hal ini membuat
jengkel orang-orang Yahudi di sana. Mereka merasa iri dan mulai membantah
apa yang dikatakan Paulus. Namun, Paulus berkata bahwa kepada merekalah
Firman Tuhan pertama kali diberitakan. Namun karena mereka menolaknya,
Paulus dan Barnabas berpaling kepada bangsa-bangsa lain. Mendengar itu
bergembiralah semua orang yang tidak mengenal Allah dan mereka memuliakan
Firman Tuhan dan semua orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal,
menjadi percaya. Lalu, Firman Tuhan tersiar di seluruh daerah itu. Kisah
Para Rasul 13:48-49. Injil Allah mulai masuk di hati bangsa- bangsa lain.
Namun sebaliknya, orang Yahudi berbalik melawan Paulus dan Barnabas dan
mengusir mereka dari kota.
Kira-kira, 120 kilometer di sebelah tenggara Antiokia terdapat sebuah kota
yang bernama Ikonium. Paulus dan Barnabas langsung pergi ke tempat ibadah
memberitakan Firman Tuhan di sana. Banyak orang menjadi percaya dan
menerima Kristus. Namun, ada juga musuh- musuh di sana. Para Rasul
memperlihatkan banyak tanda-tanda dan mujizat dan tinggal lama di sana
untuk memberitakan Firman Tuhan. Akhirnya, musuh-musuh itu membentuk suatu
kelompok massa dan mengancam untuk membunuh para pengabar Injil ini.
Akibatnya, Paulus dan Barnabas terpaksa harus menyingkir dari kota itu.
5. PAULUS DI LISTRA
Paulus dan Barnabas terusir dari Ikonium. Kota tujuan Paulus berikutnya
adalah Listra. Di kota ini diperkirakan ada beberapa keluarga Yahudi,
setidak-tidaknya ada satu keluarga Yahudi yang tinggal di sana. Ada seorang
janda bernama Eunike. Dia memiliki seorang anak bernama Timotius. Suami
Eunike bukanlah Yahudi dan Timotius belum pernah disunat. (Sunat adalah
keharusan bagi setiap orang yang ingin masuk ke dalam agama Yahudi.) Lois,
ibu Eunike, juga tinggal di rumah itu. Paulus dan Barnabas memenangkan
keluarga ini bagi Kristus.
Bacalah Kisah Para Rasul 14:8-20. Di Listra ada seorang lumpuh yang
mendengarkan Paulus berkhotbah. Dia lumpuh sejak lahir. Dia hanya bisa
duduk di pinggir jalan di Listra. Mungkin saja, ia seorang pengemis yang
dikenal oleh banyak orang di sana. Paulus melihat bahwa orang ini beriman
dan dapat disembuhkan. Lalu, kata Paulus kepada orang itu dengan suara
nyaring. "Berdirilah tegak di atas kakimu." Segeralah orang itu
berdiri dan berjalan. Ketika orang- orang bukan Yahudi melihat kejadian
itu, mereka menyangka Paulus dan Barnabas adalah dewa-dewa yang turun dan
menjelma sebagai manusia. Mereka memanggil Paulus dan Barnabas dengan
sebutan Zeus dan Hermes (nama dari dua dewa Yunani).
Orang-orang itu mulai mempersiapkan perayaan yang besar untuk menghormati
mereka. Dengan segera Paulus dan Barnabas memberitahukan bahwa mereka
bukanlah dewa, dan menjelaskan bahwa mereka hanyalah manusia biasa. Mereka
juga menjelaskan bahwa mereka datang ke kota itu untuk memberitakan Firman
Tuhan. "Hai kamu sekalian, mengapa kamu berbuat demikian? Kami ini
adalah manusia biasa sama seperti kamu. Kami ada di sini untuk memberitakan
Injil kepada kamu, supaya kamu meninggalkan perbuatan sia-sia ini dan
berbalik kepada Allah yang hidup, yang telah menjadikan langit dan bumi,
laut, dan segala isinya. Dalam zaman yang lampau Allah membiarkan semua
bangsa menuruti jalannya masing-masing namun Ia bukan tidak menyatakan
diri-Nya dengan berbagai-bagai kebajikan, yaitu dengan menurunkan hujan
dari langit dan dengan memberikan musim-musim subur kepada kamu. Ia
memuaskan hatimu dengan makanan dan kegembiraan." (Kisah Para Rasul
14:15-17)
Kemudian, datanglah satu kelompok orang-orang Yahudi yang memimpin suatu
massa yang melempari Paulus dengan batu lalu meninggalkannya sebab mereka
menyangka dia telah mati. Lalu, teman-teman Paulus menemukan dia dalam keadaan
hidup dan menolongnya untuk melarikan diri. Kemudian, ia dan Barnabas pergi
ke Derbe. Sekarang, tiba saatnya untuk menyelesaikan pelayanan misi mereka
yang pertama dan memulai perjalanan mereka pulang ke rumah. Dalam
perjalanan pulang mereka mengunjungi Listra, Ikonium, Antiokia, dan Perga.
Paulus dan Barnabas ingin menolong orang-orang itu dalam pekerjaan mereka
dan mengumpulkan mereka dalam berbagai jemaat gereja. Paulus dan Barnabas
juga ingin menolong mereka memilih penatua yang dapat bertanggung jawab
untuk jemaat-jemaat ini. Mereka mendirikan jemaat gereja di setiap kota dan
menetapkan seorang pemimpin sebagai gembala dan guru. Jemaat-jemaat dari
bangsa-bangsa lain sekarang sudah berdiri di Asia ini.
6. KEMBALI KE ANTIOKIA
Ketika mereka akhirnya tiba di Antiokia, para penginjil itu mengumpulkan
para jemaat dan menceritakan semua hal yang telah Tuhan lakukan kepada
mereka, dan bahwa Tuhan telah membuka pintu bagi bangsa-bangsa lain untuk
beriman. Sungguh merupakan kisah yang luar biasa karena mendengarkan
pelayanan mereka selama dua tahun di antara bangsa-bangsa lain. Para jemaat
yang mendengarkan merasa puas sekali atas laporan para rasul itu. Pekerjaan
di antara orang Yunani telah dimulai dengan cara yang luar biasa dan Tuhan
telah memberkatinya. Pekerjaan penginjilan Paulus bukan lagi menjadi sebuah
angan-angan, tetapi merupakan suatu kenyataan yang mulia. Bangsa-bangsa
lain telah mengetahui kasih Kristus dan mereka tidak akan melupakan-Nya.
Salah satu dari perubahan tersebar di dalam sejarah manusia telah terjadi.
Banyak orang Yahudi dan Yunani kini menjadi bagian dari tubuh Kristus.
"Sebab kamu semua adalah anak- anak Allah karena iman di dalam Yesus
Kristus. Karena kamu semua yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan
Kristus. Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada
hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu
semua adalah satu didalam Kristus Yesus." (Galatia 3:26-28)
7. JEMAAT-JEMAAT BUKAN-YAHUDI YANG PERTAMA
Sebagai hasil dari kunjungan-kunjungan Paulus, baik "orang-orang
yang takut kepada Allah" (orang proselit) maupun
orang-orang yang kafir sama sekali, menjadi percaya kepada Yesus Kristus.
Paulus mulai menyadari betapa penting panggilannya itu. Pengalamannya pada
waktu ini juga meyakinkannya bahwa orang-orang bukan-Yahudi yang percaya
harus diterima dalam persekutuan Kristen tanpa kewajiban disunat dan
memelihara peraturan- peraturan lain dari hukum Taurat. Paulus menyadari
setelah pertobatannya, hubungannya yang baru dengan Yesus Kristus juga
mengakibatkan suatu hubungan yang baru dengan orang-orang lain termasuk
dengan orang-orang yang dibencinya dahulu. Jadi sekarang ia menginsyafi
bahwa walaupun dahulu ia tergolong orang Yahudi yang ketat, ia dipersatukan
dengan orang-orang bukan-Yahudi dengan cara yang baru dan lebih mendalam,
begitu mereka menerima tuntutan Yesus Kristus atas hidup mereka. Setelah
pengalamannya di jalan menuju Damsyik, hal itulah yang memang sudah
diperkirakan terjadi atas Paulus. Telah diterangkan kepadanya waktu itu
bahwa ia akan memainkan peranan yang sangat khusus di dalam usaha
penyebaran berita Kristen ke seluruh dunia. Ketika Paulus dan Barnabas
kembali ke Antiokhia di Siria, mereka menemukan jemaat di sana setuju
dengan mereka tentang pokok tersebut, dan menyambut keberhasilan mereka
menginjili orang- orang di Asia Kecil bagian selatan (Kisah Para Rasul
14:27-28).
Orang Yahudi dan Bukan-Yahudi
Tetapi keadaan bahagia itu tidak berlangsung lama. Beberapa pembawa berita
dari jemaat di Yerusalem segera tiba di Antiokhia dengan sikap yang sangat
berlainan. Yang lebih buruk lagi, mereka juga mengunjungi jemaat-jemaat
Kristen baru yang dibangun oleh Paulus dan Barnabas dalam perjalanan
misionernya yang pertama (Galatia 2:11-14). Mereka mulai mengacaukan
jemaat-jemaat itu dengan mengatakan Paulus hanya memberitakan setengah
berita Kristen kepada mereka. Menurut Paulus, jika orang-orang bukan-Yahudi
bersedia menerima tuntutan-tuntutan Kristus atas hidup mereka, mereka akan
diberikan kuasa oleh Roh Kudus yang bekerja di dalam diri mereka, sehingga
mereka dapat menjalankan hidup yang menyenangkan hati Allah. Bagi banyak
orang Kristen Yahudi, ide tersebut adalah hujatan. Mereka percaya Allah
telah menyatakan kehendak-Nya dalam Perjanjian Lama, di mana diajarkan
dengan jelas jika seseorang ingin menjadi anggota persekutuan ilahi, ia
harus disunat dan mengikuti banyak peraturan lainnya. Bagaimana Paulus
dapat mengatakan bahwa orang-orang bukan-Yahudi ini sudah menjadi Kristen
yang benar kalau mereka belum pernah mempertimbangkan implikasi sepenuhnya
dari wahyu Allah dalam Perjanjian Lama? Bagaimana mungkin Paulus berani
berkata bahwa moralitas Kristen dapat dicapai dengan cara yang lain
daripada penerapan peraturan-peraturan Yahudi secara ketat dalam kehidupan
orang Kristen?
Orang-orang Kristen baru itu menjadi bingung dengan ajaran seperti itu.
Yang mereka pahami ialah mereka telah menerima berita yang disampaikan
Paulus; hidup mereka telah diubah sama sekali oleh Tuhan yang sama yang
menjumpai Paulus di jalan ke Damsyik, dan mereka harus percaya kepada Tuhan
itu yang akan membantu mereka menjalankan hidup yang menyenangkan Allah.
Banyak di antara mereka tidak pernah menjadi penganut agama Yahudi, dan
tidak tahu isi Perjanjian Lama. Dan Paulus tidak memberikan petunjuk kepada
mereka untuk mempelajarinya agar dapat diterima Allah.
Tetapi ketika orang-orang Kristen baru ini mulai membaca Perjanjian Lama di
bawah bimbingan orang-orang Kristen Yahudi, mereka menemukan begitu banyak
peraturan yang tidak mungkin dapat dipenuhi, walaupun itu dianggap perlu
untuk memperoleh keselamatan. Beberapa dari mereka mencoba melakukannya,
mulai dengan memelihara hari Sabat Yahudi dan mungkin juga beberapa hari
raya Yahudi lainnya (Galatia 4:8-11). Sejumlah besar di antara mereka mulai
mempertimbangkan sunat, agar memenuhi ketentuan Perjanjian Lama (Galatia
5:2-12). Tetapi bagian terbesar dari mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Pada saat itulah berita tersebut didengar oleh Paulus. Ia sangat marah.
Tidak mungkin dia langsung mengunjungi jemaat-jemaat tersebut pada waktu
itu, jadi ia memutuskan untuk menulis surat kepada mereka. Surat itulah
yang kita kenal sebagai Surat Galatia.
8. PAULUS SEBAGAI SEORANG MISIONARIS
Kita sekarang sudah mengetahui berbagai pengalaman yang dialami Paulus
selama perjalanan misinya yang pertama. Kita mendapat kesempatan untuk
melihat pekerjaan Paulus dalam misinya yang luar biasa. Pekerjaan Paulus
dan Barnabas setidak-tidaknya memiliki empat fungsi:
a. Mereka adalah penginjil. Mereka memberitakan Firman Tuhan kepada orang
banyak. Pesan-pesan yang mereka sampaikan begitu mengena dan telah
memenangkan banyak jiwa bagi Kristus.
b. Mereka melayani sebagai guru. Banyak pertanyaan yang tidak dapat dijawab
dalam pertemuan umum. Paulus dan Barnabas tentunya harus meluangkan banyak
waktu, siang dan malam, mengajar secara pribadi ataupun kelompok.
c. Mereka adalah konselor (penasihat). Pekerjaan mereka menuntut banyak
bimbingan kepada orang Kristen baik secara pribadi maupun kelompok. Mereka
melayani sebagai gembala kepada orang-orang yang membutuhkan pelayanan ini.
d. Mereka juga bertindak sebagai penuntun (pembimbing) pada masalah
organisasi jemaat. Paulus memang baru dalam hal ini, tetapi
metode-metodenya begitu berhasil baik sehingga sampai sekarang pun kita
masih menggunakannya sebagai pedoman untuk gereja-gereja kita. Tuhan telah
memberkati Paulus secara luar biasa selama perjalanannya yang pertama.
Bahkan kemenangan-kemenangan yang lebih besar sudah siap menunggu dalam
perjalanannya yang selanjutnya.
9. MASALAH DALAM GEREJA
Bacalah Kisah Para Rasul 15:1-35. Sementara para penginjil ini sedang
beristirahat dan bersekutu di Antiokia, mereka menerima kabar tentang
adanya satu masalah besar, yang mengancam kehidupan jemaat itu sendiri.
Pertanyaannya adalah dapatkah seorang bukan Yahudi menjadi seorang Kristen?
Kita tahu bahwa Filipus dan Petrus bersaksi dan memberitakan Injil di
antara orang Samaria dan banyak bertobat di sana. Petrus secara
terang-terangan mempertahankan pekerjaan dan pelayannya untuk memenangkan
Kornelius dan orang- orang Yunani lainnya di Kaisarea. Baca peristiwa ini
dalam Kisah Para Rasal 10 dan pengalaman Petrus di Kisah Para Rasul 11:18.
Para jemaat sebenarnya sudah menyetujui orang-orang Kristen Yunani di
jemaat Antiokia di Siria. Tetapi sementara Paulus dan Barnabas meninggalkan
mereka, orang-orang ini mulai mempertanyakan apakah orang-orang bukan
Yahudi dapat dibenarkan menjadi Kristen. Beberapa orang dari jemaat di
Yerusalem datang ke Antiokia untuk membahas masalah ini. Orang-orang ini
dulunya adalah orang-orang Farisi dan mereka tetap berkeyakinan bahwa orang
bukan Yahudi tidak dapat menjadi Kristen tanpa terlebih dahulu disunat.
Dengan kata lain, orang itu harus menjadi orang Yahudi dulu. Ada banyak
masalah di Antiokia yang timbul karena ajaran yang salah ini.
Ketika Paulus mendengar hal ini, dengan segera ia melihat bahaya yang
benar-benar mengancam jemaat. Masalah ini bisa memecah belah para jemaat,
juga bisa menghambat pertumbuhan kekristenan itu sendiri. Paulus langsung
mengambil sikap yang tegas atas masalah ini. Paulus mengatakan bahwa sunat
tidak diperlukan supaya mereka dapat memperoleh keselamatan.
Kemudian diputuskan untuk membawa masalah ini ke Yerusalem bukan untuk
menerima persetujuan dari jemaat di sana, sebab jemaat di sana sama sekali
tidak memiliki kuasa atas jemaat lainnya - namun karena orang-orang dari
Yerusalemlah yang pertama kali mempertanyakan hal ini di jemaat di
Antiokhia. Paulus juga ingin supaya pemimpin-pemimpin di Yerusalem
mengambil keputusan yang positif akan hal ini, sehingga semua jemaat dapat
terlepas dari masalah tersebut.
Di Yerusalem, para pemimpin jemaat dipanggil bersama untuk pertemuan
pribadi. Dalam pertemuan itu Petrus menceritakan kesaksiannya tentang
seorang yang bukan Yahudi, yakni Kornelius. Paulus dan Barnabas juga
membagikan berkat-berkat yang telah mereka terima pada saat mereka bersaksi
kepada bangsa-bangsa lain. Keputusan akhir yang mereka ambil memberikan
kemenangan yang melimpah bagi Paulus. Mereka memutuskan untuk mengirim
sepucuk surat kepada seluruh jemaat dan menyatakan bahwa sunat dan upacara
penerimaan secara Yahudi tidak dibutuhkan bagi orang yang bukan Yahudi yang
ingin menjadi orang Kristen. Apa yang penting bagi bangsa-bangsa lain untuk
bisa selamat? Petrus mengatakan dengan begitu indahnya di dalam Kisah Para
Rasul 15:11, "Kita percaya bahwa oleh kasih karunia Tuhan Yesus
Kristus kita akan beroleh keselamatan sama seperti mereka juga."
III. PELAYANAN MISI PAULUS KEDUA
BACAAN ALKITAB
Kisah Para
Rasul 16:1-40; 17:1-34; 18:1-17.
Setelah
beberapa lama beristirahat dan mengajar di jemaat Antiokia, pikiran Paulus
MULAI tertuju lagi kepada pekerjaannya di antara bangsa-bangsa lain,
sehingga ia mengusulkan kepada Barnabas, "Baiklah kita kembali kepada
saudara-saudara kita di setiap kota, di mana kita telah memberitakan Firman
Tuhan, untuk melihat bagaimana keadaan mereka." (Kisah Para Rasul
15:36)
Barnabas ingin membawa Yohanes Markus beserta
mereka lagi. Namun, Paulus tidak setuju membawa orang muda yang telah
meninggalkan mereka sebelumnya. Jadi, Barnabas dan Paulus memutuskan untuk
pergi secara terpisah. Kita mengetahui bahwa Barnabas membawa Yohanes
Markus dan berlayar ke Siprus, sedangkan Paulus memilih Silas dan memulai
perjalanan misinya yang kedua.
1.
MENGUNJUNGI GEREJA-GEREJA
Pertama, Paulus dan Silas tiba di Derbe.
Kemudian mereka meneruskan ke Listra dan bertemu dengan Timotius di sana.
Timotius sebagai seorang Kristen yang baru, telah membuat perkembangan yang
luar biasa di dalam iman Kristen dan menunjukkan bakat yang besar sebagai
seorang pemimpin. Timotius adalah setengah orang Yahudi dan belum disunat.
Paulus menginginkan supaya Timotius bisa ikut bersama mereka dalam
perjalanan ini. Untuk menghindari kritikan dari orang-orang Yahudi di sana,
Paulus menyuruh Timotius untuk disunat. Kita hanya tahu sedikit tentang
pekerjaan mereka di Listra kecuali ini: "Demikianlah jemaat-jemaat
diteguhkan dalam iman dan makin lama makin bertambah besar jumlahnya."
(Kisah Para Rasul 16:5)
Ketika Paulus tiba di Pisidia, dia
merencanakan untuk pergi ke bagian lain di Asia. Tetapi, Roh Kudus tidak
mengizinkan mereka pergi ke sana. Oleh karena itu, ia berbelok ke utara
menuju Frigia dan Galatia. Di tempat ini Paulus dan kawan-kawannya
memberitakan Firman Allah dan mendirikan jemaat baru. Kemudian, Paulus
merencanakan untuk pergi dari daerah ini menuju Bitinia, tetapi sekali lagi
Roh Kudus tidak mengizinkan mereka ke sana, sehingga mereka harus pergi ke
arah barat. Kemudian, Paulus, Silas dan Timotius tiba di Troas setelah
melintasi Misia.
Suatu malam ketika mereka di Troas, tampaklah
oleh Paulus suatu penglihatan. Ada seorang dari Makedonia berdiri di situ
dan memanggil dia supaya menyeberang ke tanah itu dan menolong mereka.
Penglihatan itu begitu nyata sehingga Paulus membuat kesimpulan bahwa itu
adalah suara Tuhan. Kemudian mereka mengadakan perjalanan menyeberangi laut
menuju ke benua Eropa. Rupanya Lukas bergabung dengan kelompok ini di
Troas.
2. DI
FILIPI
Paulus dan kawan-kawannya tiba di Neapolis dan
berjalan sejauh 16 kilometer menuju ke Filipi. Pada hari Sabat menyusuri
sungai di mana ada tempat sembahyang orang Yahudi. Di sana mereka bertemu
dengan sekelompok wanita. Mereka memberitakan Firman Allah kepada para
wanita ini. Salah satu dari mereka adalah seorang penjual kain ungu. Namanya
Lidia. Dia menerima Firman yang disampaikan para rasul dan menjadi seorang
Kristen. Dia menunjukkan imannya dengan bersedia dibaptis dan menuntun
seluruh anggota keluarganya untuk percaya dan dibaptis. Selama tinggal di
kota itu, wanita ini meminta Paulus dan rekan-rekannya menjadi tamu dan
menginap di rumahnya. Dari sini, jemaat Filipi dibangun dan orang dari
daratan Eropa yang bertobat dan pertama kali menjadi Kristen adalah seorang
wanita.
Di tempat itu ada juga seorang hamba perempuan
yang mempunyai roh tenung yang suka mengikuti Paulus dan kawan-kawannya
setiap hari. Dengan hasil tenungannya tuan-tuannya memperoleh penghasilan
besar. Bacalah Kisah Para Rasul 16:16-24. Paulus menyembuhkan wanita ini
dan dia menjadi seorang Kristen. Melihat harapan mereka untuk mendapat
penghasilan lenyap, maka marahlah tuan-tuan wanita itu. Lalu mereka
menangkap Paulus dan Silas dan membawa mereka ke hadapan penguasa. Paulus
dan Silas berkali-kali didera dan dimasukkan ke dalam penjara.
3. KEPALA
PENJARA
"Sesuai dengan perintah itu, kepala
penjara memasukkan mereka ke ruang penjara yang paling tengah dan
membelenggu kaki mereka dalam pasungan yang kuat." (Kisah Para Rasul
16:24)
Kira-kira tengah malam pada saat Paulus dan
Silas sedang berdoa dan menyanyikan lagu puji-pujian bagi Allah dan para
tahanan lain mendengarkan mereka, tiba-tiba terjadilah gempa bumi yang
hebat, yang cukup kuat untuk menggoncangkan seluruh penjara itu. Seketika
itu semua pintu terbuka dan terlepaslah semua rantai yang membelenggu
setiap orang di penjara itu. Ketika kepala penjara terbangun dari tidurnya
dan melihat semua pintu terbuka, ia menyangka para tahanan telah melarikan
diri. Ketika ia hendak bunuh diri sebab menyangka para tahanan telah
melarikan diri, Paulus berkata kepadanya, "Jangan celakakan dirimu,
sebab kami semuanya masih ada di sini." (Kisah Para Rasul 16:28)
Kepala penjara itu meminta untuk dibawakan
suluh atau penerangan dan berlari masuk ke dalam. Dengan gemetar ia
tersungkur di hadapan Paulus dan Silas. Ia mengantar mereka ke luar sambil
berkata, "Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku
selamat?" Jawab mereka: "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus
dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu." (Kisah Para Rasul
16:30-31)
Kemudian, mereka memberitakan Firman Tuhan
kepada dia dan seisi rumahnya. Pada waktu malam itu juga kepala penjara
membawa Paulus dan Silas dan membersihkan luka-luka mereka. Seketika itu
juga, ia dan keluarganya memberi diri untuk dibaptis. Kemudian, ia membawa
Paulus dan Silas ke rumahnya dan menghidangkan mereka makanan. Ia dan seisi
rumahnya sangat bersukacita sebab mereka boleh percaya kepada Allah.
Pembesar-pembesar kota mengetahui bahwa Paulus dan Silas adalah warganegara
Romawi. Mereka menyadari bahwa mereka dalam bahaya karena telah mendera dua
orang itu. Walikota itu datang dan meminta maaf kepada Paulus dan Silas,
lalu menyuruh mereka meninggalkan penjara. Mereka meminta Paulus dan Silas
meninggalkan kota itu. Tetapi, Paulus dan Silas pergi ke rumah Lidia untuk
bertemu dengan saudara-saudara Kristen di sana dan memberi mereka semangat
untuk meneruskan pekerjaan mereka di Filipi.
4.
TESALONIKA
Dari Filipi, Paulus dan Silas pergi ke
Tesalonika. Selama tiga hari Sabat berturut-turut Paulus memberitakan
Firman Allah di rumah ibadat Yahudi dan berhasil memenangkan banyak orang
Yahudi dan Yunani kepada iman Kristen. Sekali lagi, orang-orang Yahudi
menjadi iri hati dan membuat keributan. Tetapi walapun begitu, para rasul
berhasil mendirikan jemaat yang kuat sebelum mereka diusir ke luar dari
kota itu.
5. BEREA
Dari Tesalonika Paulus dan Silas pergi ke
Berea. Orang-orang di sana mendengarkan rasul Paulus dan kemudian
mempelajari Kitab Suci untuk membuktikan kebenaran yang dikatakan oleh
rasul itu. Banyak orang Yahudi dan Yunani percaya dan menjadi orang
Kristen. Ketika orang-orang di Tesalonika mendengar tentang keberhasilan
rasul Paulus, mereka marah dan pergi ke Berea untuk mengusir mereka. Lalu,
Paulus pergi meninggalkan Berea, tetapi Silas dan Timotius tetap tinggal di
sana.
Beberapa teman Paulus membawanya menuju pantai
laut dan meneruskan sampai ke Atena. Ketika teman-teman itu pulang ke
Berea, Paulus mengirimkan pesan untuk Silas dan Timotius supaya mereka
secepat mungkin datang ke Atena.
6. Di
ATHENA
Atena adalah kota yang indah. Kota ini
merupakan kota sejarah, seni, budaya dan filsafat. Pada saat Paulus
berjalan-jalan di kota itu, ia melihat banyak kuil, tempat suci, mezbah,
dan patung. Hatinya sakit melihat semuanya ini. Kemudian ia melihat sebuah
mezbah dengan tulisan: KEPADA ALLAH YANG TAK DIKENAL. Ketika ia melihat
itu, ia menyadari bahwa orang-orang di sana telah lama mencari Allah yang
hidup dan benar. Paulus tidak bermaksud untuk memberitakan Firman di Atena,
namun, sekarang ia tidak dapat berdiam diri lebih lama lagi. Ia harus
menyatakan kebenaran tentang Tuhan dan Juru Selamat yang sesungguhnya.
Paulus mulai memberitakan Firman Allah di
rumah ibadat dan pasar. Pada saat ia memberitakan Firman Allah, orang-orang
mulai mendengarkannya. Sesudah itu, ia pun dibawa ke dewan kota itu. Ia
mengatakan kepada mereka bahwa Allah yang ia kenal adalah Pencipta langit
dan bumi dan semua kehidupan dan kekuatan berasal daripada- Nya.
Selanjutnya, Paulus menjelaskan tentang arti pentingnya pertobatan dan
percaya kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah bangkit dari kubur. Saat ia
mulai berbicara tentang kebangkitan dari kematian, orang-orang itu mulai
tertawa dan mengejeknya. Tetapi yang lain berkata. "Kami ingin
mendengar engkau berbicara mengenai hal ini lagi." Ada beberapa orang
dari mereka yang percaya.
7. KORINTUS
Ketika Paulus mengunjungi Korintus pada
sekitar tahun 50 atau 51, ia sama sekali tidak tahu bahwa Allah akan
memakainya untuk menghasilkan suatu jemaat yang besar dan berpengaruh di
kota yang modern ini. la juga tidak tahu bahwa kota ini akan menyaksikan
lahirnya kesusasteraan Kristen. Dari pandangan manusia hal ini sama sekali
tidak mungkin.
Memang, jika rasul besar ini telah dipengaruhi
oleh hal-hal yang baru saja dialaminya, ia akan menjadi kecil hati, karena
sebagaimana telah kita lihat, misinya ke Atena tidak merupakan sukses yang
langsung dan berhasil. Dan sekarang di Korintus ia akan berhadapan dengan
cemoohan orang-orang Yunani yang sama seperti yang pernah dihadapinya di
Bukit Mars.
Tetapi Paulus percaya pada iman, bukan pada
pengalaman! Dan demikianlah, pada saat ia berjalan masuk ke dalam rumah
Laus Julia Corinthiensis -- nama seorang pejabat Romawi -- pintu-pintu
mulai terbuka lebar di hadapannya. Sebenarnya, dilihat dari banyak segi,
perjalanan Paulus ke Kota Korintus merupakan salah satu perjalanan yang
paling berhasil dalam sejarah.
Untung bagi kita, reruntuhan Korintus masih
ada dan orang masih dapat melihat sebagian dari pemandangan yang sama, dan
merasakan tekanan- tekanan yang sama seperti yang dilihat dan dirasakan
oleh Paulus. Demikian juga, orang bahkan dapat membaca nama seseorang yang
telah bertobat dipahat di atas sebuah batu. Nama yang terpahat ini
merupakan suatu petunjuk bahwa banyak orang-orang terkemuka di Korintus
yang dimenangkan kepada Kristus melalui khotbahnya.
Kota Korintus kuno -- kota yang dikenal Paulus
-- letaknya kurang lebih 50 mil sebelah barat Kota Atena. Sekarang suatu
jalan raya yang megah menghubungkan kedua kota ini.
Pada jalan raya yang modern ini, persis
sebelum Anda sampai di kota Korintus, Anda akan menyeberangi Terusan
Korintus. Terusan yang panjangnya 4 mil ini memotong suatu genting tanah
yang menghubungkan Peloponnesus ke Attica. Terusan ini memperpendek jarak
sejauh 200 mil yang harus ditempuh kapal-kapal dari Pelabuhan Adriatic ke
Piraeus -- pelabuhan laut Atena.
Nero merencanakan terusan ini pada tahun 66 --
beberapa bulan sebelum Paulus dihukum mati, jika orang percaya pada tradisi
terakhir di kota Roma modern yang menyatakan bahwa Paulus meninggal pada
tahun itu. H.V. Morton menerangkan kejadian itu sebagai berikut: "Pada
suatu hari yang sudah ditentukan, Kaisar Nero meninggalkan Korintus dengan
diiringi oleh pengawal-pengawalnya yang gagah dan ketika ia sampai di sisi
terusan itu, ia mengambil sebuah lyre (alat musik kuno berbentuk seperti
harpa) dan menyanyikan sebuah lirik untuk menghormati Dewa Neptune dan
Amphitrite. Kemudian ia memegang sebuah sekop emas. Sesuai dengan alunan
musik, ia menancapkan sekop itu ke dalam tanah dan cidukan tanah serta
rumput yang ada di dalam sekop itu dimasukkan ke dalam sebuah keranjang
yang digendong di punggungnya. Kemudian ia memberikan ceramah di hadapan
para buruh, di antaranya ada 6000 orang Yahudi yang baru ditangkap oleh
Vespasianus dari desa-desa di sisi Danau Galilea, ketika pecah perang
antara orang Yahudi melawan bangsa Romawi." Mengherankan bahwa
pekerjaan menggali Terusan Korintus itu dimulai oleh tawanan-tawanan perang
Yahudi yang nenek moyangnya pasti telah mendengarkan khotbah Tuhan Yesus di
Laut Galilea.
Tetapi Nero meninggalkan proyek ini. Ia
melakukan hal ini mungkin karena suatu takhyul bahwa laut yang di sebelah
kiri lebih tinggi daripada laut yang di sebelah kanan. Dua tahun kemudian
ia membunuh diri.
Terusan yang ada sekarang dimulai
pembangunannya oleh Perancis pada tahun 1882 dan diselesaikan oleh orang
Yunani 11 tahun kemudian. Pada masa Paulus, orang Romawi menggunakan suatu
sistem yang luar biasa untuk menyeberangi genting tanah itu. Mereka
menggerakkan kapal dari satu sisi ke sisi lain dengan menggunakan alat-alat
penggulung!
Menurut bukti-bukti yang ada dalam Perjanjian
Baru, Paulus sendirian ketika ia mendekati kota ini. Timotius dan Silwanus
telah dikirim ke Makedonia untuk memeriksa gereja-gereja di Filipi dan
Tesalonika. Kota Korintus yang didatangi Paulus merupakan sebuah kota yang
baru. Umurnya baru sekitar seratus tahun.
Tetapi daerah yang ditempati kota itu telah
dihuni sejak tahun 5.000 s.M. Terletak pada suatu daerah yang strategis
untuk perdagangan, dilengkapi dengan persediaan air yang cukup, dan
dikelilingi oleh Dataran Korintus yang subur, kota ini merupakan suatu
tempat ideal untuk hidup.
Segi lain yang menarik bagi penghuninya adalah
Pegunungan Akrokorintus yang berwarna coklat yang menjulang 1875 kaki di
belakang kota itu. Batu karang yang besar ini berfungsi sebagai menara
pengintai untuk menyelidiki musuh. Tempat ini juga merupakan suatu tempat
yang menyenangkan untuk mengungsi. Dan kemudian nama Korintus asal mulanya
dari nama tempat itu. Korintus berarti pengawasan atau penjaga.
Sekelompok besar orang Yunani pertama yang
pindah ke sana kira-kira tahun 1.000 s.M. Sejak saat itu, Kota Korintus
tumbuh sampai menjadi kota yang terbesar di Yunani. Tetapi Korintus tidak
dapat mempertahankan kedudukannya sebab antara abad keenam dan kelima s.M.,
Kota Atena mempunyai lebih banyak perdagangan dengan luar negeri dan
Korintus menjadi kota nomor dua. Walaupun demikian, Korintus tetap
merupakan kota yang makmur sampai tahun 146 s.M. Pada tahun ini konsul
Romawi menyerang. Ia menduduki dan menghancurleburkan kota itu. Kaum pria
dijagal, kaum wanita dan anak-anak dijual sebagai budak.
Setelah bencana ini, kota yang hancur dijarah
ini tetap tidak berubah sampai hampir 100 tahun.
Tetapi riwayat kota Korintus yang gigih ini
belum berakhir. Pada tahun 44 s.M. Caesar Yulius membangun kembali kota ini
sebagai sebuah koloni Romawi. Kemudian ia membawa orang-orang merdeka dan
penghuni-penghuni dari Italia ke tempat itu. Dengan cepat kekuatan yang
telah menjadikan kota ini menjadi besar pada waktu sebelumnya mulai tumbuh
lagi, dan pada waktu Paulus datang ke tempat itu, diperkirakan bahwa
Korintus bersama kedua pelabuhannya memiliki jumlah penduduk hampir 600.000
orang.
Kota Korintus yang disaksikan oleh Paulus
merupakan suatu kota baru yang dibangun di atas jalan Romawi. Jalan
Lechaion, misalnya, lebarnya 13 meter. Jalanan ini dilapisi oleh
batu-batuan keras yang diambil dari "batu gamping yang berwarna muda
dari pertambangan daerah Akrokorintus". Pada setiap sisi jalan
dibangun trotoar dan selokan- selokan untuk menampung saluran air hujan
dari atap rumah-rumah. Dan bilamana ada jalanan mendaki yang curam, dibuat
anak tangga yang lebar dan mudah didaki. Jalanan ini khusus untuk para
pejalan kaki. Jadi bekas-bekas roda yang merusak jalan-jalan di Kota Pompeii
tidak kelihatan di Jalan Lechaion.
Kota ini mempunyai reputasi buruk karena
hal-hal yang amoral. Pada bagian belakang dari suatu deretan tiang penopang
atap yang panjangnya 100 kaki, ada tiga puluh empat kedai minuman. Di kota
itu ada banyak kelap malam dan pada puncak dari Akrokorintus ada kuil Dewi
Aphrodite. Dalam kuil ini ada seribu imam wanita yang bertugas sebagai
pelacur.
Reputasi Korintus di kerajaan itu begitu buruk
sehingga perkataan "Korintus" sering dipakai untuk menyindir
seseorang. Istilah ini dipakai untuk mengatakan keadaan amoral yang bejat.
Tanpa suatu badan pengurus untuk mendapatkan
bantuan keuangan, Paulus harus memperoleh penghasilan. Tetapi hal ini mudah
dilakukan di Korintus yang merupakan pusat industri tekstil Yunani. la
segera dapat bekerja sebagai anggota staf Akwila dan Priskila. Pasangan ini
menjalankan perusahaan pembuatan tenda. Mereka baru saja diusir dari Roma
karena ada maklumat dari Caesar Claudius terhadap orang-orang Yahudi, jadi
mereka senang membantu seorang asing di kota besar itu. Mungkin juga bahwa
mereka telah menjadi orang Kristen ketika berada di Roma.
Tak lama kemudian Paulus mulai berkhotbah di
rumah-rumah ibadat. Kemudian Timotius dan Silwanus muncul dengan laporan
yang penuh semangat dari Makedonia. Gereja-gereja yang baru didirikan
berjalan lancar. Karena gembiranya mendengar kabar baik ini, Paulus
berkhotbah dengan semangat yang lebih besar dan "memberi kesaksian
.... bahwa Yesus adalah Mesias" (Kisah para Rasul 18:5).
Tetapi sekali lagi orang Yahudi tidak dapat
menerima pernyataan seperti itu. Dan begitulah, rumah ibadat itu tertutup
bagi Paulus. Tetapi segera pintu yang lain terbuka, yaitu di rumah Titus
Yustus, seorang Romawi yang memeluk agama Yahudi, "yang rumahnya
berdampingan dengan rumah ibadat" (Kisah para Rasul 18:7).
Paulus langsung berhasil di tempat itu.
"Tetapi Krispus, kepala rumah ibadat itu, menjadi percaya kepada Tuhan
bersama-sama dengan seisi rumahnya, dan banyak dari orang-orang Korintus,
yang mendengarkan pemberitaan Paulus, menjadi percaya dan memberi diri
mereka dibaptis" (Kisah para Rasul 18:8).
Tetapi kemenangan-kemenangan di Korintus itu
tidak dapat melupakan pikiran Paulus tentang keadaan di Makedonia. Gereja
yang baru lahir itu masih dekat di hatinya. Akhirnya, karena ia tidak dapat
bertahan untuk berpisah lebih lama lagi, ia menulis: "Dari Paulus,
Silwanus dan Timotius kepada jemaat orang-orang Tesalonika"
(1Tesalonika 1:1).
Pada waktu itu Paulus mungkin belum
menyadarinya, tetapi perkataan- perkataannya itu merupakan perkataan-perkataan
pertama yang ditulisnya, yang akan dimasukkan ke dalam Perjanjian Baru
kita. Surat ini ditulis pada kira-kira tahun 50 -- dan kita dapat menjadi
agak dogmatis tentang waktunya. Mengapa? Sebab dalam Kisah para Rasul 18
kita membaca: "Akan tetapi setelah Galio menjadi gubernur di Akhaya,
bangkitlah orang-orang Yahudi bersama-sama melawan Paulus, lalu membawa dia
ke depan pengadilan ... Ketika Paulus hendak mulai berbicara, berkatalah
Galio kepada orang-orang Yahudi itu: "Hai orang- orang Yahudi, jika
sekiranya dakwaanmu mengenai suatu pelanggaran atau kejahatan, sudahlah
sepatutnya aku menerima perkaramu, tetapi kalau hal itu adalah perselisihan
tentang perkataan atau nama atau hukum yang berlaku di antara kamu, maka
hendaklah kamu sendiri mengurusnya ...." (ayat 12-15).
Masalahnya sekarang ialah bagaimana menentukan
kapan Galio menjadi gubernur di Akhaya. Untunglah, hal ini mungkin
dilakukan karena adanya sebuah prasasti yang diketemukan di Delphi. Dari
prasasti itu jelas dituliskan bahwa masa jabatan Galio lebih singkat, hanya
sampai saat itu. Malang bagi Galio bersama dua saudara laki-lakinya, Mela
dan Seneca, yang dihukum mati kira-kira tahun 66 atas perintah Nero,
walaupun Seneca itu pernah menjadi guru Nero. (Galio dipaksa untuk bunuh
diri, dan ia melakukannya dengan memotong urat-urat nadinya dan kemudian
berbaring di bak mandi yang diisi air panas. Ini merupakan cara yang
populer pada waktu itu.)
Tetapi Kitab-kitab Tesalonika 1 dan 2 tidak
hanya terdiri dari surat-surat yang ditulis Paulus ketika ia berada di
Korintus. Ketika dalam perjalanan pekabaran Injilnya yang ketiga, Paulus
kembali ke Korintus dan menulis karyanya yang paling lama dan paling
berpengaruh -- Kitab Roma.
Yang mengherankan ialah ketika Paulus menulis
kepada Jemaat Korintus, ia mengatakan, "Aku mengucap syukur bahwa
tidak ada seorangpun juga di antara kamu yang aku baptis selain Krispus dan
Gayus" (1Korintus 1:14). Dan kemudian pada bagian akhir Kitab Roma, ia
menyebutkan Gayus sebagai tuan rumahnya. Dengan demikian, ada suatu bukti
yang kuat bahwa Paulus menulis -- atau mendiktekan -- naskah itu sementara
ia menginap di salah seorang yang sudah dibaptiskannya.
Kitab Roma menentang banyak hal tentang
perbuatan yang amoral, dan seseorang dapat dengan mudah membayangkan bahwa
Paulus mengarangnya setelah ia berjalan-jalan dan melihat-lihat kuil Dewi
Aphrodite yang terletak di puncak Akrokorintus.
Pada bab terakhir Kitab Roma di mana Paulus
memberi penghargaan kepada Gayus (16:23) ia juga berkata, "Salam
kepada kamu dari Erastus, bendahara negeri ...."
Sekarang pada salah satu bagian reruntuhan
Kota Korintus ada sebuah prasasti yang bertuliskan: “ERASTVS PRO AEDILITATE
S P STRAVIT”
Kalau diterjemahkan dari bahasa Latin,
artinya: "Erastus, sebagai balasan atas kedudukannya selaku komisaris
jalan dan bangunan umum, mendirikan trotoar ini dengan biayanya
sendiri."
Apakah Erastus ini yang dimaksudkan oleh
Paulus? Banyak penyelidik berpendapat demikian. Setidaknya para ahli
purbakala berpikir bahwa prasasti ini sudah ada satu abad setelah Kristus.
Sekarang ada Kota Korintus yang baru. Letaknya
agak sebelah timur kota yang lama. Tetapi karena satu dan lain hal, kota
ini hanya berpenduduk 10.000 orang.
DI KORINTUS
Kemudian Paulus meninggalkan Atena dan pergi
ke Korintus. Korintus adalah kota yang kaya dan kuat, tetapi kota ini juga
kota yang penuh dengan dosa. Banyak orang Yahudi yang diusir dari Roma oleh
kaisar, tinggal di kota ini. Salah satu dari orang-orang ini adalah Akwila
dan istrinya Priskila. Mereka bekerja sebagai tukang kemah. Di Korintus,
mereka memulai usaha membuat kemah. Ketika Paulus tiba di Korintus, ia
perlu bekerja kembali membuat kemah supaya dapat mencukupi kebutuhan
hidupnya. Karena itulah ia bertemu dengan Akwila dan Priskila. Ia tinggal
bersama-sama dengan mereka, dan setiap hari Sabat ia pergi ke rumah ibadat
untuk memberitakan Firman Allah kepada orang Yahudi dan Yunani. Paulus
terus bersaksi kepada orang-orang Korintus. Ia memiliki teman-teman baru,
mencukupi kehidupannya dengan bekerja dan memberitakan Firman Allah serta
mengajar di mana pun ada kesempatan.
Paulus sangat bersukacita ketika Silas dan
Timotius datang dari Makedonia. Mereka memberitahukan kepadanya bahwa
jemaat di Tesalonika kuat imannya dalam Tuhan. Hal ini memberikan semangat
baru kepada pekerjaan Paulus di Korintus.
8. TETAP DI
KORINTUS
Pekerjaan Paulus di Korintus menjadi semakin
kuat sehingga orang- orang Yahudi mulai membuat masalah dengannya lagi.
Permasalahan itu begitu besarnya sehingga Paulus berkata kepada mereka,
"Biarlah darahmu tertumpah ke atas kepalamu sendiri; aku bersih, tidak
bersalah. Mulai dari sekarang aku akan pergi kepada bangsa-bangsa
lain." (Kisah Para Rasul 18:6)
Ia pergi ke rumah Titus Yustus yang terletak
di sebelah rumah ibadat. Krispus, kepala rumah ibadat itu, percaya kepada
Kristus bersama-sama dengan seisi keluarganya. Banyak orang percaya dan
dibaptis.
Pada suatu malam Paulus menerima sebuah
penglihatan dari Allah dan Allah berfirman bahwa Ia akan selalu memberikan
perlindungan dan bimbingan kepadanya. Maka Paulus menetap di sana satu
setengah tahun lamanya, mengajarkan Firman Allah di tengah-tengah mereka
(Kisah Para Rasul 18:11).
Akan tetapi, ketika Galio menjadi gubernur,
orang-orang Yahudi berusaha mengusir Paulus dari Korintus. Lalu, ia dibawa
ke hadapan Galio. Di sana orang Yahudi menuduh Paulus telah mengajarkan
ajaran yang bertentangan dengan Hukum Taurat. Tetapi, Galio berkata kepada
mereka bahwa ia tidak mau mengurusi hal-hal yang berhubungan dengan agama.
Persidangan itu dibubarkan dan orang-orang Yahudi itu diusir keluar.
Paulus berada di Korintus selama dua tahun dan
ia telah melakukan banyak hal di kota yang jahat ini. Tetapi sudah waktunya
ia kembali pulang. Sekarang ia sadar bahwa ia perlu membantu para jemaat
supaya mereka menjadi kuat dan tidak goyah. Pada saat inilah ia menulis
surat pertamanya kepada jemaat di Tesalonika.
9.
SURAT-SURAT PAULUS
Paulus melakukan beberapa hal yang terpenting
dalam pelayanannya melalui surat-suratnya. Surat-surat ini tidak hanya
penting bagi jemaat pada masa itu, tetapi penting juga untuk jemaat pada
masa sekarang ini.
Surat-surat Paulus adalah:
1. 1 dan 2 Tesalonika. Ditulis pada 52-53
Masehi. Surat-surat ini mengajarkan tentang kedatangan Kristus yang kedua
kalinya.
2. 1 dan 2 Korintus, Galatia, dan Roma.
Ditulis pada 55-58 Masehi. Surat-surat Paulus ini mengajarkan tentang
keselamatan yang kita terima melalui iman kepada Kristus.
3. Filipi, Filemon, Kolose, dan Efesus.
Ditulis pada 60-63 Masehi. Surat-surat ini mengajarkan kepada kita tentang
pribadi Yesus Kristus.
4. 1 dan 2 Timotius dan Titus. Ditulis pada
65-67 Masehi. Surat-surat ini mengajarkan tentang bagaimana mengatasi
masalah yang berhubungan dengan para jemaat dan gembalanya.
Dengan mempelajari surat-surat ini, kita dapat
melihat beberapa masalah yang dihadapi jemaat mula-mula.
Masalah-masalah itu adalah:
• Mereka tidak memiliki bangunan gereja. Baru
setelah abad kedua jemaat Kristen memiliki gedung sendiri untuk beribadah.
Sebelumnya mereka harus bertemu di rumah-rumah. Seringkali mereka bertemu
di gua-gua atau tempat terbuka atau mungkin di gedung pertemuan yang mereka
sewa.
• Hari Minggu bukanlah libur yang resmi. Para
anggota gereja harus tetap bekerja pada hari ibadah. Waktu ibadah biasanya
pagi-pagi sekali atau larut malam setelah selesai bekerja.
• Mereka tidak memiliki alat-alat bantu dalam
ibadah, seperti kita sekarang. Misalnya, mereka tidak memiliki Alkitab yang
bisa dipakai oleh semua anggota jemaat. Mereka tidak memiliki buku
puji-pujian ataupun bahan bacaan lain seperti yang kita miliki sekarang.
• Mereka tidak memiliki pekerja dan pemimpin
yang terlatih. Mereka banyak bergantung pada para pengajar dan pengkhotbah
yang kurang mampu, kecuali pada waktu Paulus, Timotius, Silas, atau lainnya
tingal bersama-sama dengan mereka.
Paulus telah mengunjungi banyak tempat dan
memberitakan Firman Allah selama tiga tahun, dan ia tidak sabar untuk
kembali ke Antiokia. Paulus meninggalkan Korintus bersama-sama dengan
Akwila dan Priskila. Lalu, ia berhenti di Efesus dan memberitakan Firman
Allah di sana. Akwila dan Priskila tinggal di Efesus. Setelah itu ia pergi
ke Yerusalem untuk waktu yang tidak lama, lalu ke Antiokhia. Sekali lagi ia
mendapatkan kesempatan untuk melaporkan perjalanannya yang luar biasa di
mana Tuhan telah memberkati pekerjaan mereka di antara bangsa-bangsa lain
di daerah barat.
10. STUDI
KHUSUS : STRATEGI PAULUS DALAM PEKABARAN INJIL
Mungkin Pauluslah misionaris Kristen yang
paling berhasil sepanjang zaman. Dalam kurun waktu kurang dari satu
generasi, ia mengadakan perjalanan ke seluruh wilayah dunia Laut Tengah,
dan mendirikan jemaat-jemaat Kristen yang berkembang serta aktif ke mana
pun ia pergi.
Apa rahasianya? Tentunya Paulus sadar bahwa ia
hanya seorang pembawa berita, dan kuasa Roh Kudus sematalah yang membawa
perubahan dalam kehidupan orang yang ditemuinya. Sewaktu mengingat segala
penderitaan yang dialaminya, ia menggambarkan dirinya sebagai "bejana
tanah liat", hanya tempat penampung sementara dari kuasa Allah sendiri
(2Korintus 4:7).
Tetapi Paulus juga seorang ahli strategi yang
ulung. Rutenya tidak pernah sembarangan, dan cara-cara komunikasinya
didasarkan atas pengertian yang luas tentang proses orang berpikir dan
mengambil keputusan.
Paulus merupakan seorang penginjil penjelajah,
tetapi ia sendiri tidak pernah mengunjungi suatu daerah terpencil! Ia dapat
saja menghabiskan waktu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun di dalam
melintasi wilayah yang belum dipetakan, atau menempuh jalan-jalan pedesaan
menuju daerah-daerah terpencil. Tetapi ia tidak melakukan hal-hal itu.
Sebaliknya, ia memanfaatkan jalan-jalan raya utama yang dibangun
orang-orang Roma di seluruh wilayah kekaisaran mereka. Digabung dengan
rute-rute pelayaran utama, jalan-jalan tersebut menghubungkan semua pusat
kependudukan utama, dan tempat-tempat seperti itulah yang dikunjungi
Paulus. Ia tahu bahwa ia tidak pernah dapat membawa Injil secara pribadi
kepada setiap oknum di seluruh kekaisaran. Tetapi kalau ia dapat membangun
kelompok-kelompok Kristen yang bersemangat di beberapa kota utama, maka
mereka pada gilirannya dapat menyebarkan kabar baik sampai ke pelosok
terpencil. Lagi pula, orang dari daerah pedesaan sering harus mengunjungi
kota-kota terdekat, dan mereka pun dapat mendengar Injil, yang nantinya
mereka sebarkan kembali ke sanak- saudara mereka. Itulah yang terjadi pada
hari Pentakosta di Yerusalem, dan Paulus menyadari betapa besarnya potensi
strategi ini. Sedikitnya satu jemaat yang kemudian menerima surat Paulus --
yakni Kolose -- telah dimulai seperti ini.
Paulus juga sadar diperlukannya variasi di
dalam menyajikan berita Injil. Seorang pengejek pernah menyindir bahwa
khotbah adalah "seperangkat jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan
yang tidak pernah diajukan siapa pun." Mungkin beberapa khotbah modern
demikian sifatnya, tetapi khotbah-khotbah Paulus bukan demikian. Rahasia
keberhasilan Yesus terletak dalam kemampuan-Nya untuk berbicara dengan
orang-orang di mana pun mereka berada. Waktu di padang, Yesus berbicara
tentang menanam gandum (Markus 4:1-9). Di keluarga, Ia berbicara tentang
anak-anak (Matius 19:13-15). Dengan nelayan, pokok pembicaraan-Nya adalah
ikan (Markus 1:14-18). Paulus bersikap sama. Ia pergi kepada orang-orang di
tempat di mana mereka mau mendengar di sinagoge Yahudi, di pasar-pasar,
bahkan di kuil-kuil kafir. Di sinagoge d Tesalonika, ia mulai dengan
Perjanjian Lama (Kisah Para Rasul 17:2-3). Di Atena, ia mulai dengan
"Allah yang tidak dikenal, yang dicari oleh orang-orang Yunani (Kisah
Para Rasul 17:22-31). Di Efesus, ia bersedia terlibat dalam perdebatan di
depan umum tentang makna Injil Kristen (Kisah Para Rasul 19:9).
Para pembaca modern surat-surat Paulus mungkin
mengira bahwa pemberitaan Paulus dapat diringkaskan menjadi uraian yang
abstrak tentang dosa, pembenaran atau penebusan. Tetapi bukan demikian cara
Paulus berkhotbah. Ia mulai di tempat dimana para pendengarnya berada dan
bersedia membicarakan kebutuhan-kebutuhan mereka. Kadang-kadang berkhotbah
merupakan cara pendekatan yang salah -- dan Paulus serta rekan-rekannya
selalu siap mendampingi orang orang dan menolong mereka dalam menghadapi
kesulitan hidup sehari-hari. Itulah sebagian rahasia keberhasilan di
Tesalonika: "Kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang
ibu mengasuh dan merawati anaknya ... bukan saja rela membagi Injil Allah dengan
kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu" (1Tesalonika 2:7-8).
Sikap kepedulian terhadap orang serta
keluwesan dalam pemberitaan Injil inilah yang kemudian diringkaskan Paulus
dalam ucapan: "Aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya
aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang... Bagi semua orang aku telah
menjadi segala- galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa
orang dari antara mereka" (1Korintus 9:19-22).
|
|
|
V.
PAULUS DITANGKAP DAN DIPENJARA
BACAAN ALKITAB
* Kisah Para Rasul 24:1-28:10; 28:11-31
Sidang Paulus yang pertama di hadapan Feliks. Feliks adalah seorang
penguasa yang jahat dan tidak adil. Orang-orang yang mendakwa Paulus
bukanlah orang-orang Yahudi yang berasal dari Asia, melainkan dari
Yerusalem. Mereka menyewa seorang pengacara bangsa Romawi bernama
Tertulus. Tertulus mulai menyampaikan tuduhannya di hadapan sidang
dengan terlebih dahulu memuji-muji Feliks pemimpin yang jahat itu.
Kemudian ia menyampaikan dua dakwaan Paulus:
• Paulus adalah seorang anggota sekte Nasrani.
• Ia telah melanggar kekudusan Bait Allah.
Paulus tidak memiliki pengacara, tetapi dengan keahliannya ia membela
kasusnya sendiri. Ia membuktikan bahwa ia tidak melanggar kekudusan
Bait Allah. Ia memberitahukan mereka semuanya bahwa ia adalah seorang
Kristen dan agama itulah sebenarnya "agama Yahudi yang
benar". Paulus memenangkan persidangan ini. Seharusnya ia segera
dibebaskan, tetapi Feliks takut kepada para pemimpin Yahudi, sehingga
ia menunda keputusannya dan membiarkan Paulus tetap dalam penjara.
Bacalah Kisah Para Rasul 24.
1. DI HADAPAN FESTUS
Karena Feliks seorang pemimpin yang jahat, maka Kaisar Nero mengganti
dia dengan Ponsius Festus. Festus diharapkan menjadi seorang pemimpin
yang lebih baik daripada Feliks. Karena Festus adalah pemimpin baru,
maka orang-orang Yahudi sekali lagi membawa perkara Paulus di hadapan
Festus. Pada saat itu Festus sedang pergi ke Yerusalem untuk mengadakan
pertemuan dengan para Yahudi di sana. Mereka meminta Paulus dikembalikan
ke Yerusalem untuk disidangkan di sana. Mereka masih merencanakan untuk
membunuhnya. Festus menolak permintaan itu, tetapi ia mengijinkan
mereka meneruskan kasus mereka di Kaisarea. Karena itulah Paulus
disidang untuk kedua kalinya. Kali ini ia dibawa di hadapan Festus.
Orang-orang Yahudi menuduh bahwa Paulus menyebabkan banyak masalah di
antara orang Yahudi, bahwa ia menyembah kepada Allah dengan cara yang
salah, dan ia berusaha menjatuhkan pemerintahan Romawi. Karena Festus
tidak mengerti tuduhan yang dituduhkan terhadap Paulus, ia minta agar
perkara itu dibawa kepada Mahkamah Agama di kota Yerusalem. Paulus
yakin bahwa dia tidak akan disidangkan secara adil di hadapan para
pemimpin Yahudi di Yerusalem. Paulus adalah seorang warga negara
Romawi. Oleh karena itu, ia berhak menolak untuk pergi ke Yerusalem.
Paulus naik banding kepada Kaisar. Kisah Para Rasul 25:11. Rupanya
Festus terkejut, tetapi mau tidak mau ia harus menerima permohonan
Paulus. Festus menjawab: "Engkau telah naik banding kepada Kaisar,
jadi engkau harus pergi menghadap Kaisar." Bacalah Kisah Para
Rasul 25:1-21.
2. DI HADAPAN AGRIPA
Bacalah: Kisah Para Rasul 25:22-27. Perubahan kasus ini menempatkan
Festus berada dalam posisi yang memalukan. Ia tidak dapat mengajukan
satu tuduhanpun kepada Paulus. Dengan menyerahkan kasus ini kepada
Kaisar, tanpa ada satu tuduhanpun, akan menjadikan Festus seorang yang
bodoh. Ia mungkin akan kehilangan kedudukannya sebagai pemimpin. Namun
kebetulan, waktu itu Herodes Agripa II dan saudara perempuannya sedang
mengunjungi Festus. Festus beranggapan bahwa dengan mendengarkan apa
yang dikatakan oleh tahanan ini menghibur mereka semuanya. Lagi pula,
Agripa tahu benar tentang adat-istiadat dan peraturan agama Yahudi.
Festus juga beranggapan bahwa mungkin Agripa dapat menolongnya
menyiapkan kasus ini untuk dikirimkan bersama Paulus ke Roma. Acara
yang hebat telah disiapkan. Paulus dibawa menghadap sidang dan Agripa
memimpin persidangan itu. Paulus mulai berbicara. Ia menceritakan
pengalamannya, dari saat Yesus berbicara kepadanya dalam perjalanannya
menuju Damsyik sampai waktu itu. Kemudian ia mulai memberitakan Firman
tentang Yesus Kristus supaya dapat memenangkan gubernur itu bagi Yesus.
Bacalah Kisah Para Rasul 26. Festus, Agripa dan yang lain yang hadir di
situ merasa sangat terkesan. Begitu terkesannya raja Agripa sehingga ia
berkata: "Paulus, hampir-hampir saja kauyakinkan aku menjadi orang
Kristen!" (Kisah Para Rasul 26:28) Semua pemimpin yang hadir di
persidangan itu setuju bahwa Paulus tidak melakukan kesalahan yang
setimpal dengan hukum mati. Tetapi mereka enggan melepaskannya.
3. BERLAYAR KE ROMA
Bacalah Kisah Para Rasul 27:1-13. Beberapa hari setelah persidangan
itu, Festus mengizinkan Paulus untuk memulai perjalanannya ke Roma.
Seorang perwira bernama Yulius menjaga Paulus dan para tahanan lainnya.
Lukas dan Aristarkus pergi bersama Paulus. Mereka mulai menuju
pelabuhan di sepanjang pantai Asia. Setelah sehari mereka sampai di
Sidon, dan Paulus diijinkan untuk mengunjungi teman- temannya di kota
itu. Kemudian, mereka berlayar lagi ke utara Siprus dan meneruskan ke
Mira, sebuah kota di Likia. Di sini mereka menumpang kapal yang
langsung menuju ke Italia. Setelah beberapa hari mereka akhirnya
mencapai Pelabuhan Indah di pulau Kreta. Musim badai sudah datang. Oleh
karena itu, Paulus memperingatkan mereka supaya tetap tinggal di sana
hingga badai berlalu. Tetapi banyak orang, termasuk nahkoda dan pemilik
kapal, memutuskan untuk meneruskan perjalanan ke kota Feniks dan
tinggal di sana selama musim dingin.
4. KANDAS DI MALIA
Bacalah Kisah Para Rasul: 27:14-44. Ketika mereka meninggalkan
Pelabuhan Indah, mereka merencanakan untuk tinggal berlayar tidak jauh
dari pantai beberapa jam. Tetapi angin kencang melanda dan
menghanyutkan mereka sampai ke Pulau Kauda. Mereka terhanyut dan karena
takut terdampar di tebing Sirtis, mereka membuang muatan kapal ke laut
dan menurunkan layar untuk membuat kapal lebih ringan. Selama beberapa
hari lamanya baik matahari maupun bintang tidak kelihatan, sehingga
para pelaut itu tidak tahu di mana mereka berada. Akhirnya mereka
kehilangan harapan untuk selamat.
Pada waktu itulah Paulus berkata: "Saudara-saudara, jika sekiranya
nasihatku dituruti, supaya kita jangan berlayar dari Kreta, kita pasti
terpelihara dari kesukaran dan kerugian ini! Tetapi sekarang, juga
dalam kesukaran ini, aku menasihatkan kamu, supaya kamu tetap bertabah
hati, sebab tidak seorangpun di antara kamu yang akan binasa, kecuali
kapal ini. Karena tadi malam seorang malaikat dari Allah, yaitu dari
Allah yang aku sembah sebagai milik-Nya, berdiri di sisiku, dan ia
berkata: Jangan takut, Paulus! Engkau harus menghadap Kaisar dan
sesungguhnya oleh karunia Allah, maka semua orang yang ada bersama-sama
dengan engkau di kapal ini akan selamat karena engkau." (Kisah
Para Rasul 27:21-24)
Selama 14 hari kapal terombang-ambing di lautan. Kemudian pada suatu
malam pelaut-pelaut itu mendengar suara ombak memecah pantai. Mereka
melempar sauh dan berharap kapal mereka tidak kandas di batu karang.
Kemudian mereka menunggu sampai pagi.
Beberapa anak buah kapal tidak mau menunggu sampai pagi. Mereka mencoba
meninggalkan kapal dengan sekoci. Waktu melihat hal ini Paulus berkata
kepada perwira dan prajurit-prajuritnya "Jika mereka tidak tinggal
di kapal, kamu tidak mungkin selamat." (Kisah Para Rasul 27:31)
Sehingga anak-anak kapal tidak diizinkan untuk meninggalkan kapal.
Paulus memberikan mereka satu janji bahwa mereka tidak akan celaka.
Lalu ia mengambil sepotong roti dan mengucap syukur pada Tuhan. Mereka
semua makan dan kuat hatinya.
Ketika pagi tiba mereka membuang lebih banyak muatan dan mencoba
sedapat mungkin mendamparkan kapal ke pantai, tetapi kapal itu kandas.
Pada waktu itu, para prajurit bermaksud untuk membunuh para tahanan
supaya jangan seorangpun dari mereka yang melarikan diri. Namun,
perwira itu melarang dan memerintahkan, supaya orang-orang yang pandai
berenang lebih dahulu terjun ke laut dan naik ke darat, dan supaya
orang-orang lain menyusul dengan mempergunakan papan atau
pecahan-pecahan kapal." (Kisah Para Rasul 27:43-44)
Demikianlah mereka semua mendarat di pulau Malta. Karena hawanya
dingin, mereka membuat api unggun. Saat Paulus memungut seberkas
ranting-ranting, seekor ular beludak menggigit tangannya. Seseorang
dari mereka berkata, "Orang ini pasti pembunuh, sebab meskipun ia
telah luput dari laut, ia tidak dibiarkan hidup oleh Dewi
Keadilan." (Kisah Para Rasul 28:4)
Dengan tenang, Paulus mengibaskan ular itu ke dalam api. Orang- orang
melihat kepada Paulus dan menanti. Tangannya sama sekali tidak bengkak.
Ia seharusnya rebah dan mati. "Ia seorang dewa! mereka
berbisik." (Kisah Para Rasul 28:6) Publius, gubernur pulau itu,
mengundang dan menjamu para awak kapal itu ke rumahnya. Di sana Paulus
melihat ayah Publius terbaring karena sakit demam dan disentri. Lalu
Paulus berdoa dan menumpangkan tangannya ke atas orang tua itu dan
menyembuhkan dia. Setelah peristiwa itu, mereka membawa orang-orang
yang sakit kepada Paulus dan merekapun disembuhkan juga. Baca kisah ini
di dalam Kisah Para Rasul 28:1-10. Tiga bulan kemudian, Paulus dan yang
lainnya meninggalkan tempat itu menuju ke Roma. Orang-orang di pulau
itu memberi banyak hadiah dan bekal untuk perjalanan. Kemudian
sampailah berita di Roma bahwa Paulus akan segera datang.
Kapal Paulus berlabuh di Teluk Napel, kurang lebih 210 kilometer dari
Roma. Paulus sangat bersukacita ketika dua kelompok anggota- anggota
jemaat dan saudara Kristen menjumpainya 65 kilometer jauhnya dari Roma.
Lalu mereka melanjutkan perjalanannya ke Roma.
Akhirnya Paulus tiba di ibukota Kekaisaran Roma. Roma adalah kota yang
terpenting di dunia pada masa itu.
5. PEMENJARAAN PAULUS
Ketika mereka tiba di Roma semua tahanan kecuali Paulus dimasukkan ke
dalam penjara. Karena beberapa alasan Paulus diberi hak istimewa.
Paulus dirantai bersama dengan seorang prajurit, tetapi ia tinggal
dalam rumah sendiri. Ia diizinkan menerima kunjungan dari
teman-temannya.
Pada waktu itu terdapat banyak orang Yahudi yang menetap di Roma. Tiga
hari setelah Paulus tiba di kota itu, ia mengundang orang- orang terkemuka
bangsa Yahudi. Ia memberitahukan mereka semua hal yang telah terjadi
padanya. Mereka menjawab bahwa mereka tidak pernah menerima surat
tentang Paulus dari orang-orang Yahudi di Yerusalem. Tampaknya mereka
ingin tahu lebih banyak tentang kepercayaan Kristen. Oleh karena itu,
mereka semua menentukan hari untuk mendengar apa yang akan diajarkan
oleh Paulus. Ketika waktunya tiba, datanglah banyak orang untuk
mendengarkan Paulus berkhotbah tentang Injil Kristus. Dari pagi sampai
sore ia menerangkan kebenaran-kebenaran Kristus. Beberapa orang menjadi
percaya dan beberapa lainnya tetap tidak percaya. Paulus mengatakan
kepada mereka bahwa ia akan menghabiskan waktunya di Roma mengajar
bangsa-bangsa lain.
Paulus berharap dapat menghadapi persidangan dalam waktu yang cepat dan
segera dilepaskan. Dua tahun berlalu dan Paulus masih menunggu kabar.
Paulus memberitakan Firman Tuhan, mengajar dan menyambut setiap orang
yang datang mengunjunginya. Dia tidak pernah takut. Selama dua tahun
itu banyak orang menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat.
6. SURAT-SURAT YANG DITULIS DALAM PENJARA
Dua tahun dipenjara merupakan saat yang sibuk buat Paulus. Dia tidak
hanya memenangkan banyak jiwa bagi Kristus, tetapi ia juga meluangkan
banyak waktu untuk menulis empat surat, yang merupakan kitab-kitab
dalam Perjanjian Baru. Keempat surat itu ialah:
a. Surat kepada Jemaat Filipi
b. Surat kepada Jemaat Efesus
c. Surat kepada Jemaat Kolose
d. Surat kepada Jemaat Filemon
7. SURAT KEPADA JEMAAT FILIPI
Surat ini ditulis untuk jemaat di Filipi. Mereka adalah salah satu
jemaat yang paling disukai oleh Paulus. Jemaat Filipi telah mendengar
tentang masalah yang dialami Paulus dan telah mengirimkan persembahan
kasih kepadanya. Surat kepada jemaat di Filipi berisi tentang pernyataan
kasih dan pengucapan syukur. Walaupun surat ini ditulis dari penjara,
tetapi penuh dengan sukacita, keyakinan, iman, dan harapan.
Melalui pengalaman Paulus ini kita dapat belajar bahwa jikalau kita
sungguh-sungguh mempersembahkan diri kita kepada Allah, Ia akan
menolong kita mengatasi semua permasalahan kita. Saudara-saudara sesama
orang Kristen yang berasal dari tempat-tempat yang jauh memberikan
pertolongan kepada Paulus. Lukas bersama dia pada waktu itu. Timotius
sering mengunjunginya. Efaproditus datang dari Filipi membawa salam
kasih dari jemaat di sana dan tinggal bersama Paulus serta menolongnya.
Kemudian Efaproditus jatuh sakit, sakitnya begitu parah sehingga ia
hampir mati. Paulus mengirimnya pulang kembali dengan sebuah surat.
Surat inilah yang ditujukan kepada jemaat Filipi. Isinya mungkin
kira-kira seperti ini: (menurut kata-kata pengarang pelajaran ini.)
"Sambutlah teman kita kembali dan hormatilah dia. Sebab oleh
karena pekerjaan Kristus ia hampir mati, ia tidak memikirkan
kepentingannya sendiri, hanya memikirkan orang lain dan harapan kalian
untuk menolongku."
"Aku sangat bersyukur karena kamu. Setelah aku meninggalkan kamu
sekalian, hanya kamu sajalah yang mempunyai pikiran untuk memberikan
semua pemberian ini kepadaku."
"Aku tidak kuatir tentang apapun yang kubutuhkan, karena aku telah
belajar mencukupkan diriku dalam segala keadaan. Aku bersukacita saat
aku berkelimpahan, tetapi aku juga tetap bersukacita saat aku dalam
kekurangan. Aku dapat melakukan segala perkara melalui Kristus yang
memberikan kekuatan kepadaku."
"Sekarang ini aku berkelimpahan dengan pemberian-pemberian yang
kalian kirimkan melalui Efaproditus. Allahku akan memenuhi segala
kebutuhanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya melalui AnakNya, Kristus
Yesus. Bersukacitalah karena kamu boleh menjadi milik-Nya. Belajarlah
untuk tidak kuatir, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu
kepada Allah dalam doa dan permohonan ucapan syukur. Dan kamu akan
mengalami damai sejahtera Allah lebih dari apa yang kita dapat mengerti."
"Ingatlah semua yang benar, semua yang adil, mulia, suci dan
manis, pikirkanlah semuanya ini. Tetap lakukan, semua yang telah kamu
pelajari, terima, dengar, dan lihat dariku. Apapun hal baik yang
kulakukan, semua karena pertolongan Kristus yang kupercayai dan
kucintai. Aku tidak sempurna dalam segala sesuatu, tetapi aku tetap
mengikuti-Nya. Aku telah meninggalkan semua kesalahanku dan
melupakannya. Inilah yang aku lakukan: Aku mengarahkan diriku untuk
mencapai tujuanku, yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus
Yesus.
"Salam kepadamu dari saudara-saudara yang bersama-sama dengan aku
di sini."
8. SURAT KEPADA FILEMON
Surat kepada Filemon berbeda dari surat-surat Paulus yang lain. Surat
ini menceritakan tentang bagaimana Paulus mempertemukan dua orang yang
bertobat. Waktu Paulus berada di Efesus, ia bertemu dengan orang-orang
dari Asia. Salah satu dari mereka adalah seorang yang kaya dan orang
penting di Kolose. Orang kaya yang bernama Filemon itu, menjadi Kristen
melalui Firman Tuhan yang diberitakan oleh Paulus. Filemon menjadi
pemimpin dari orang-orang Kristen di daerahnya. Mereka berkumpul di
rumahnya untuk mengadakan kebaktian.
Filemon setidak-tidaknya memiliki satu orang budak, mungkin lebih.
Salah satu dari budaknya bernama Onesimus, yang sangat menginginkan
kebebasan dan merencanakan untuk melarikan diri. Kemudian Onesimus
melarikan diri dan mungkin mengambil uang yang menjadi milik tuannya.
Ia lalu pergi ke Roma. Di sana ia bertemu dan mendengarkan Firman Tuhan
yang disampaikan Paulus. Paulus memenangkan Onesimus bagi Kristus dan
mengatakan bahwa ia harus kembali kepada tuannya di Kolose. Pada
mulanya Onesimus masih diliputi keraguan. Ia tidak ingin menyerahkan
kebebasan yang baru saja ditemukannya. Paulus terus meminta Onesimus
untuk kembali sebab hal ini adalah kewajibannya sebagai orang Kristen.
Paulus berjanji untuk mengirimkan surat kepada Filemon untuk
menerangkan apa yang telah terjadi. Akhirnya Onesimus bersedia kembali
dan Paulus mengirim surat ini. Paulus memohonkan pembebasan untuk
Onesimus, tetapi ia berkata bahwa hal itu tergantung kepada Filemon.
Kita dapat mengagumi Paulus sebab ia pasti tidak sabar untuk kembali
kepada jemaat-jemaat muda yang dirintisnya, tetapi ia tidak membiarkan
pemenjaraanya mengalahkan dia. Ia tetap melayani jemaat-jemaat dengan
satu-satunya cara yang dapat dia lakukan, yakni melalui surat.
9. KEPRIBADIAN PAULUS DALAM SURAT-SURATNYA
Surat-surat Paulus merupakan cermin jiwanya. Surat-surat itu
mengungkapkan motif-motif batinnya, perasaannya yang paling dalam,
keyakinannya yang paling mendasar. Tanpa surat-surat yang ada itu,
Paulus hanya akan menjadi figur yang tak jelas bagi kita.
Paulus lebih tertarik kepada orang-orang dan apa yang menimpa mereka
dibandingkan dengan berbagai formalitas sastra. Ketika kita membaca
tulisan-tulisannya, kita sering merasakan kadang-kadang kata-katanya
muncul begitu tiba-tiba, ditulis secara tergesa-gesa seperti dalam
pasal pertama surat Galatia. Kadang-kadang tulisannya terputus tiba-
tiba dan pikirannya meloncat kepada gagasan-gagasan baru. Atau di
beberapa tempat ia seperti menarik napas panjang, lalu menuliskan satu
kalimat yang hampir tidak ada akhirnya.
Tulisannya dalam 2Korintus 10:10 memberi kita petunjuk tentang
bagaimana surat-surat Paulus diterima dan dipandang pada saat itu.
Bahkan musuh-musuh dan para pengecamnya mengakui pengaruh dari kata-
katanya, karena mereka diketahui berkomentar, "surat-suratnya
memang tegas dan keras . . . " (2Korintus 10:10).
Pemimpin-pemimpin yang kuat, seperti Paulus, cenderung untuk memikat
atau membuat tidak senang orang-orang yang ingin mereka pengaruhi.
Paulus memiliki para pengikut yang setia dan juga musuh yang sangat
membencinya. Akibatnya, orang-orang yang hidup sezaman dengannya
memiliki banyak pandangan yang sangat berbeda mengenai dirinya.
Tulisan-tulisan paling awal dari Paulus mendahului keempat Injil.
Tulisan-tulisan itu mengungkapkan pribadi Paulus sebagai seorang yang
berani (2Korintus 2:3), jujur dan memiliki motivasi yang tinggi (ayat
4-5), rendah hati (ayat 6), dan lembut (ayat 7).
Paulus tahu bagaimana membedakan antara pandangan-pandangannya sendiri
dengan "perintah dari Tuhan" (1Korintus 7:25). Ia cukup
rendah hati, dalam masalah-masalah tertentu ia mengatakan "menurut
pendapatku" (1Korintus 7:40). Ia sangat sadar mengenai betapa
penting tugas yang dipikulnya (1Korintus 9:16-17), dan mengenai fakta
bahwa ia tidak lepas dari kemungkinan "ditolak" seandainya ia
jatuh ke dalam pencobaan (1Korintus 9:27). Dengan hati yang luka ia
teringat bahwa pernah dalam hidupnya ia "telah menganiaya Jemaat
Allah" (1Korintus 15:9).
Bacalah Roma pasal 16 dengan memperhatikan baik-baik sikap murah hati
Paulus terhadap rekan-rekan sekerjanya. Ia adalah orang yang mengasihi
dan menghargai orang dan menjunjung tinggi persekutuan orang-orang
percaya. Di dalam suratnya kepada jemaat di Kolose, kita melihat
pribadi Paulus yang hangat dan ramah, bahkan kepada orang-orang Kristen
yang belum pernah bertemu, dengannya. "... Aku mau, supaya kamu
tahu, betapa beratnya perjuangan yang kulakukan untuk kamu, dan untuk
mereka ... yang belum mengenal aku pribadi" (Kolose 2:1).
Dalam suratnya kepada jemaat Kolose, kita juga membaca mengenai
seseorang yang bernama Onesimus, seorang budak yang melarikan diri
(Kolose 4:9) setelah mencuri sesuatu dari tuannya, Filemon. Paulus
telah memenangkan Onesimus untuk percaya pada Kristus dan telah
membujuknya agar ia kembali kepada tuannya. Akan tetapi, karena
mengetahui hukuman berat yang bakal dijatuhkan pada budak yang
melarikan diri, rasul itu mendesak Filemon agar ia menerima Onesimus
sebagai saudara seimannya. Di sini kita melihat Paulus sebagai seorang
pendamai. Ia berusaha keras agar kembalinya Onesimus bisa diterima
dengan kasih persaudaraan yang kristiani. Kalau menggunakan istilah
yang biasa dipakai sekarang, kita bisa mengatakan bahwa Paulus menaruh
Filemon dalam posisi sulit di mata jemaat dan dalam hubungan pribadinya
dengan Paulus. Dan Paulus melakukan ini semua demi seseorang yang
menduduki posisi terendah dalam lapisan masyarakat Romawi. Bandingkan
ini dengan tingkah laku Saulus muda, yang memegangi jubah mereka yang
melempari Stefanus sampai mati. Perhatikan bagaimana besarya perubahan
dalam sikap Paulus terhadap
Dalam tulisan-tulisan ini kita melihat Paulus sebagai seorang teman
yang hangat dan murah hati, seorang yang memiliki iman yang kuat dan
penuh keberanian-walaupun berada dalam situasi yang ekstrem. Ia
sepenuhnya mengabdi pada Kristus, baik dalam hidup maupun mati.
Kesaksiannya merupakan realitas rohani yang mendalam, "Aku tahu
apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal
dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia
bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan; baik dalam
hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. Segala perkara dapat
kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku" (Filipi
4:12- 13).
|
|
|
|
|
|
VI.
PAULUS DI PENJARA DAN AKHIR HIDUP PAULUS
BACAAN ALKITAB
* Efesus 2:1-10
* 2Timotius 2:1-15
Sebelumnya kita telah belajar bahwa selama Paulus di penjara, ia
masih dapat memenangkan banyak jiwa bagi Kristus. Ia juga menulis
beberapa surat kepada para jemaatnya dan surat-surat itu masih kita
gunakan sampai saat sekarang ini sebagai penuntun dalam kehidupan kita.
Dalam pelajaran ini kita akan mempelajari dua surat terakhir Paulus yang
ia tulis selama di penjara.
1. SURAT KEPADA JEMAAT DI KOLOSE
Jemaat di Kolose didirikan ketika Paulus berada di Efesus selama tiga
tahun. Kita tidak tahu dengan pasti apakah Paulus pernah mengunjungi
lagi jemaatnya ini, tetapi ia mengenal para pemimpinnya dan sangat
tertarik dengan kehidupan jemaat di sana. Ketika Paulus berada di dalam
penjara, ia mendengar beberapa ajaran palsu yang sedang tersebar di
bagian Asia itu. Kelihatannya jemaat di Efesus dan Kolose terganggu
dengan ajaran-ajaran palsu ini sehingga Paulus mengkhawatirkan keadaan
mereka. Paulus menulis: (dengan kata-kata pengarang pelajaran ini.)
"Sekalipun aku jauh dari kamu, namun aku dekat dengan kamu di
dalam kasih, dan aku sungguh bersyukur kepada Allah bahwa kalian boleh
menjadi milik Kristus Yesus yang datang menyatakan wujud Allah kepada
kita."
"Sekarang kamu sekalian mengenal Yesus, hiduplah seperti Dia. Kamu
telah meninggalkan cara hidupmu yang penuh amarah dan kata-kata dusta.
Apa pun juga yang kamu katakan atau perbuat, lakukanlah semua itu dengan
sungguh-sungguh untuk Tuhan."
"Jangan biarkan seorang pun mengajar kepada kamu semua untuk
percaya kepada allah-allah lain. Kristus sendirilah yang akan
memberikan semua kebutuhanmu, sebab Allah telah memberikan kepada Dia
kuasa dan kemuliaan."
2. SURAT KEPADA JEMAAT DI EFESUS
Surat kepada jemaat Efesus mungkin ditulis sebagai surat berantai,
yakni sebuah surat yang dikirimkan dari jemaat satu kepada jemaat yang
lain, sampai semua jemaat di daerah itu membacanya. Surat itu mungkin
seperti ini: (dengan kata-kata pengarang pelajaran ini.)
"Hai, orang-orang bukan Yahudi, dahulu kamu sering mendengar bahwa
kalian tidak dapat menjadi bagian dari keluarga Allah. Sekarang kalian
telah tahu bahwa hal itu tidaklah benar. Kristus telah merobohkan
tembok yang memisahkan kita, dan karena kita mengasihi Dia, kita boleh
bersama-sama (orang Yahudi atau bukan Yahudi) percaya kepada Bapa. Jadi
sekarang kamu bukan lagi orang asing atau pendatang. Kita semua adalah
anggota keluarga Allah. Kita semua bersama-sama sedang membuat bait
Allah untuk Dia. Para Rasul dan Nabi adalah dasar-dasarnya, Yesus
Kristus adalah batu penjurunya dan kita adalah bangunannya."
"Jangan kuatir oleh sebab aku dipenjarakan. Karena meskipun aku
adalah yang paling hina di antara orang yang mengasihi Allah, telah
dianugerahkan kepadaku kasih karunia untuk memberitakan kepadamu betapa
ajaibnya kasih Allah pada kita. Aku berdoa bagi kamu supaya ia boleh
diam di dalam hatimu melalui imanmu dan supaya kamu dapat memahami kasih
karunia Kristus Yesus, yang melebihi semua hal yang dapat kita
bayangkan."
"Inilah aku, orang yang dipenjarakan, yang memohon dengan sangat
agar kamu hidup sebagai orang Kristen. Hendaklah kamu selalu lemah
lembut dan sabar. Kamu bukan lagi seperti orang-orang yang tidak
mengenal Allah. Buanglah segala amarah dan pertikaian. Hendaklah kamu
ramah terhadap yang lain, lemah lembut, dan saling memaafkan, seperti
Allah telah mengampuni kamu karena Kristus."
Pada saat Paulus menulis surat, Paulus dapat melihat prajurit yang
menjaganya. Perisai dan pedang, ketopong kepala, baju zirah, ikat
pinggang dan kasut kaki serta penutup dada, ini semua adalah bagian
dari pakaian seragam prajurit Romawi. Ia melanjutkan suratnya untuk
jemaat di Efesus:
"Kamu akan berjuang melawan musuh yang tidak kelihatan, bukan bala
tentara manusia, tetapi semua jenis kejahatan. Kenakanlah perlengkapan
senjata Allah yang akan melindungimu dari kejahatan. Berdirilah dan
berperanglah melawan musuh Allah kita.
"Berdirilah tegap! Berikatpingganglah kebenaran dan
berbajuzirahkan keadilan. Pakailah kasut kerelaan memberitakan Injil.
Ambillah perisai imanmu untuk melindungimu dari panah api si jahat.
Ketopong kepalamu adalah keselamatan dari Allah dan pedangmu adalah
Firman Allah."
"Berdirilah dan berperanglah. Saat kamu telah berhasil
menyelesaikan tugasmu, tetaplah berperang."
"Berdoa dan tetaplah selalu berdoa! Berdoalah untuk orang yang
mengasihi Allah, juga untukku supaya dengan keberanian dan tanpa
ketakutan aku terus dapat memberitakan Injil, walaupun aku seorang tahanan
yang terikat belenggu."
"Damai sejahtera dan kasih bagimu. Dari Paulus utusan Injil
Kristus, yang diutus Allah."
Setelah dua tahun Paulus dilepaskan dari penjara. Kita tidak mempunyai
catatan mengenai hal ini lagi di dalam Alkitab, tetapi tradisi gereja
memberitahu kepada kita bahwa setelah itu Paulus meneruskan
perjalanannya dengan mengunjungi para jemaat di Yunani, Makedonia dan
propinsi-propinsi di Asia Kecil.
Setelah Paulus dilepaskan dari penjara, ia kembali kepada para jemaat
yang telah dibangunnya dulu. Paulus pastilah sangat memikirkan para
jemaatnya ini dan ia sudah tidak sabar lagi untuk kembali ke sana
sesegera mungkin.
3. MENUJU KE KRETA
Ada ribuan orang yang menghuni pulau Kreta. Dikatakan bahwa ada seratus
kota di pulau itu. Orang-orang di sana terkenal jahat dan kejam. Baik
laki-laki maupun wanita suka minum anggur dan bermabuk-mabukan. Mereka
suka menjarah kapal-kapal yang lewat di sana. Di pulau itu ada juga
beberapa orang Yahudi yang menjadi pedagang-pedagang penting. Titus
telah dikirim ke sana untuk memberitakan Injil. Ada kemungkinan Paulus
menghabiskan waktu dengan tinggal beberapa lama bersama Titus di sana.
Pekerjaan Injil di Kreta pastilah sangat berhasil, karena ada banyak
jiwa yang dimenangkan bagi Kristus.
Kemudian, Paulus menulis sebuah surat kepada Titus yang memberi nasehat
tentang bagaimana caranya mengatur jemaat di Kreta. Dalam suratnya ini,
Paulus meminta Titus menemuinya di Nikopolis. Titus mungkin bersama
Paulus pada saat ia di penjara untuk kedua kalinya.
4. PEMBAKARAN DI ROMA
Kekaisaran Romawi memiliki beberapa penguasa yang jahat dan kejam,
tetapi Kaisar Nero adalah penguasa yang paling kejam. Ia memerintah
selama 14 tahun. Nero pernah terlibat di dalam semua tindak kejahatan
yang pernah ada di sana. Ia bahkan telah membunuh ibunya sendiri. Ia
juga membunuh beberapa istri dan kawan-kawannya. Sejarah menceritakan
kepada kita bahwa Kaisar Nero pernah membakar kota Roma.
Nero merasa bahwa ia adalah seorang pemusik yang hebat. Ia mengira jika
ia dapat menyaksikan sebuah api yang sangat besar, barangkali ia dapat
bermain biola dengan lebih baik. Ia menyalakan api, duduk di serambi
yang tinggi, dan menyaksikan kota terbakar sambil memainkan biolanya.
Kota Roma terbakar selama enam hari. Para penduduk kota Roma sangat
marah dengan terjadinya kebakaran itu. Tetapi Nero mengatakan bahwa
orang-orang Kristenlah yang memulai kebakaran itu. Kemudian mulailah
mereka menganiaya orang-orang Kristen. Ribuan orang Kristen dibakar
dengan sangat kejamnya di atas tiang-tiang pembakaran.
Pada waktu itu Paulus dikenal sebagai pemimpin orang-orang Kristen,
sehingga pastilah kehidupannya berada dalam bahaya yang besar.
5. PAULUS DITANGKAP
Waktu Paulus ditangkap untuk yang kedua kalinya di Roma, ada
kemungkinan ia dijebloskan di dalam penjara bawah tanah: sebuah penjara
yang dingin, gelap, dan sangat mengerikan. Pada saat ini teman-temannya
tidak lagi berani mengunjunginya. Beberapa dari mereka takut, jika
mereka mengunjungi Paulus, mereka pastilah akan dibunuh.
Paulus menulis surat kepada Timotius pada saat ia mengunjungi para jemaatnya
untuk terakhir kalinya.
Timotius menjadi orang Kristen saat Paulus mengunjungi kota Listra
untuk pertama kalinya. Ayah Timotius adalah seorang yang bukan Yahudi,
sedangkan ibunya seorang Yahudi yang taat. Timotius masih sangat muda
ketika Paulus mengajaknya pergi dalam perjalanan pemberitaan Injilnya
yang kedua. Sejak itu, Timotius menjadi pemimpin jemaat yang sangat
kuat. Paulus memanggilnya "anakku yang sah di dalam iman." Timotius
kemudian menjadi pemimpin jemaat di Efesus.
6. SURAT-SURAT KEPADA TIMOTIUS
Saat Paulus berada dalam penjara Roma untuk kedua kalinya, ia menulis
surat yang kedua kepada Timotius. Surat kepada Timotius itu mungkin
seperti ini: (kata-kata pengarang palajaran ini.)
"Anakku yang terkasih"
"Jadilah prajurit Yesus Kristus yang baik walapun ada dalam saat-
saat yang sukar. Ingatlah selalu apa yang telah kau percayai. Ingatlah
orang-orang yang terus beriman dan yang telah meneruskannya kepadamu.
Tetaplah berperang di dalam peperangan yang benar. Berpeganglah teguh
pada apa yang kau percayai."
"Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah, pelajarilah
Firman-Nya, dan engkau akan menjadi seorang pekerja yang tidak
malu."
"Timotius, aku bersyukur kepada Tuhan atas kamu, dalam doa-doaku
baik siang maupun malam. Betapa aku ingin berjumpa denganmu kembali!
Ingatlah selalu karuniamu yang penuh kasih dan kuasa."
"Janganlah malu karena aku di penjara. Aku tidak malu. Karena aku
tahu Ia akan menjagaku dan segala-galanya telah kupercayakan kepada-Nya
untuk selama-lamanya."
"Timotius, berusahalah segera datang kepadaku sebelum musim
dingin, dan bawalah juga jubah yang kutinggalkan di Troas. Bawalah
buku- bukuku saat kau datang. Segeralah datang. Hanya Lukas yang
tinggal bersama denganku sekarang. Demas telah meninggalkanku. Dan aku
telah mengirim Tikhikus ke Efesus. Datanglah dan ajaklah Markus ikut
bersamamu. Berusahalah untuk segera datang."
"Aku tidak takut. Aku tahu bahwa hidupku tidak akan lama lagi, dan
aku siap untuk pergi. Aku telah menyelesaikan pertempuran yang baik.
Aku telah menyelesaikan tugasku. Aku telah menyimpan upah yang telah
disiapkan untukku dan untuk semua orang yang mengasihi- Nya. Tetapi, Timotius,
bersegeralah datang."
Kita tidak tahu apakah Timotius sempat bertemu dengan Paulus sebelum
kematiannya. Surat ini adalah kata-kata terakhir yang kita dapatkan
dari Paulus.
Tetapi, kata-kata ini membuat sebuah akhir yang indah dari kisah
kehidupan Paulus: pengikut Kristus yang terbesar, pembawa berita Injil
yang terhebat, dan pewarta Firman Tuhan yang tidak tertandingi.
7. STUDI KHUSUS : KAPAN PAULUS
DIPENJARAKAN?
Dalam tinjauan kita tentang kehidupan Paulus dan surat-suratnya, kita
telah berasumsi bahwa surat-surat Paulus dari penjara ditulis dari Roma
antara tahun 60 dan 62 M. Ini satu-satunya masa pemenjaraan yang
dicatat dalam Kisah Para Rasul, wajarlah bila orang-orang yang membaca
surat-surat Paulus sejak lama beranggapan bahwa ia menulisnya pada
waktu itu.
Mengikuti pendapat profesor G. S. Duncan, beberapa ahli merasa
sedikitnya satu atau dua dari empat surat itu ditulis Paulus bukan di
Roma melainkan pada masa dia dipenjarakan di Efesus. Walaupun ini tidak
tercatat dalam Kisah Para Rasul, pemenjaraan itu dianggap berlangsung
pada waktu Paulus tinggal di Efesus selama tiga tahun. Ada banyak bukti
yang mendukung hal ini.
Menjelang akhir kunjungannya ke Efesus, Paulus memberi tahu bahwa
dibanding dengan pekerja-pekerja Kristen lainnya ia telah "lebih
banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara, didera di luar
batas, kerap kali dalam bahaya maut" (2Korintus 11:23). Dalam
1Korintus 15:32, Paulus menulis, "Aku telah berjuang melawan
binatang buas di Efesus." Kita telah melihat bahwa ungkapan ini
bersifat kiasan dan mungkin melukiskan suatu pengadilan sebelum pemenjaraan.
Paulus juga menyebut "kesukaran yang kami alami di wilayah
Asia" (2Korintus 1:8), yakni provinsi Roma yang ibukotanya Efesus.
Di samping itu Roma 16:7, yang ditulis tidak lama setelah Paulus
meninggalkan Efesus, menyebut dua orang "yang pernah dipenjarakan
bersama-sama dengan aku".
Bukti lain Paulus dipenjarakan di Efesus dapat ditemukan dalam kata-
kata pengantar bahasa Latin bagi kitab-kitab Perjanjian Baru yang
ditulis pada abad kedua di bawah pengaruh Marcion, seorang pemimpin
aliran Gnostik. Juga Kisah Paulus yang fiktif dari abad kedua
menceritakan tentang pemenjaraan Paulus di Efesus, yang diikuti dengan
pertarungan dengan singa-singa di gelanggang, di mana ia luput melalui
campur tangan supernatural.
Gabungan bukti dari tradisi jemaat mula-mula itu, ditambah dengan
ayat-ayat dalam tulisan-tulisan Paulus sendiri yang menyebut hal ini,
memperkuat dugaan bahwa Paulus pernah dipenjarakan di Efesus. Memang
hal itu tidak dengan sendirinya berarti ia menulis "surat- surat
penjara" dari Efesus. Tetapi ada beberapa alasan positif yang
telah dikemukakan untuk mendukung pendapat tersebut.
• Ada yang menyatakan bahwa sahabat-sahabat Paulus yang telah
menghubunginya selama pemenjaraannya, lebih mungkin melakukannya di
Efesus ketimbang di Roma, yang jauh dari tempat tinggal mereka.
Terhadap hal ini perlu dikemukakan bahwa kita hampir-hampir tidak tahu
apa-apa mengenai teman-teman Paulus ini. Namun yang paling kita kenal
dari mereka, Lukas, pasti bersama Paulus di Roma menurut Kisah Para
Rasul, dan bukan di Efesus.
• Telah dikemukakan pendapat bahwa budak Filemon, Onesimus, lebih
mungkin akan melarikan diri ke Efesus, yang berjarak kira-kira 130
kilometer dari rumahnya di Kolose, daripada ke Roma yang berjarak 1300
kilometer. Tetapi ini pun bukan alasan yang meyakinkan, karena pada
waktu itu semua jalan raya memang menuju Roma. Seorang budak yang
melarikan diri mungkin sekali akan berusaha menghilang di ibukota
kerajaan daripada di sebuah kota provinsi sebesar Efesus.
• Dari Surat Filipi kita mendapat kesan bahwa ada banyak orang yang
hilir mudik dari dan ke penjara Paulus; dan Efesus lebih dekat ke
Filipi dibandingkan dengan Roma. Ini sering dijadikan alasan kuat untuk
menganggap bahwa Surat Filipi telah ditulis di Efesus.
• Alasan terkuat bahwa surat-surat itu ditulis di Efesus ialah dalam
surat-surat tersebut Paulus mengharapkan segera dilepaskan, dan setelah
itu ia berencana mengunjungi teman-temannya di Filipi dan Kolose.
Tetapi dalam Roma 15:28 ia menjelaskan bahwa setelah kunjungannya ke
Yerusalem, rencananya bukan mengunjungi kembali jemaat-jemaat yang
telah didirikannya sebelumnya, melainkan pergi ke Spanyol.
Jadi apa yang dapat kita simpulkan dari fakta-fakta tersebut? Hampir
dapat dipastikan bahwa Paulus dipenjarakan untuk beberapa waktu lamanya
ketika ia tinggal di Efesus. Mungkin sekali Surat Filipi yang menyebut
adanya banyak kunjungan dari Filipi ke penjara Paulus, telah ditulis
pada waktu itu. Jika benar demikian, kita harus menetapkan tahun 55 dan
bukan tahun 62 M sebagai tahun penulisan Surat Filipi.
8. STUDI KHUSUS : SURAT 1 TIMOTIUS
Bila dianggap bahwa Paulus dibebaskan dalam tahun 60 atau 61 setelah ia
naik banding kepada Kaisar, pada waktu itulah ia menghidupkan lagi
kegiatan pelayanannya. Berlawanan dengan sangkaannya semula (Kisah Para
Rasul 20:38), masih terbuka kesempatan baginya untuk mengunjungi
kembali jemaat-jemaat di Asia. Rupanya ada beberapa penyelewengan di
antara mereka, karena Paulus menasihati Timotius untuk
"menasihatkan orang-orang tertentu, agar mereka jangan mengajarkan
ajaran lain ataupun sibuk dengan dongeng dan silsilah yang tiada
putus-putusnya ... " (1Timotius 1:3-4). Mereka ingin menjadi
pengajar hukum Taurat, meskipun mereka belum berpengalaman dan belum
memahami seluruh misterinya (1:7). Di samping mereka yang kurang berpengetahuan
adalah mereka yang rusak moralnya, seperti Himeneus dan Aleksander
(1:20) yang telah dijatuhi disiplin yang terberat. Perbantahan yang
sia-sia (1:6) dan kebobrokan jiwa mengikuti kecenderungan ini.
Organisasi gereja berkembang menjadi makin rumit. Jabatan-jabatan telah
ditetapkan dan dikejar oleh sementara orang yang ingin dianggap
penting, sehingga martabat kedudukan itulah yang dikejar bukan
tujuannya yang utama. Uskup, diaken, dan penatua semuanya disebutkan,
meskipun mungkin kelas yang pertama dan ketiga adalah sama. Para janda
yang mendapat sokongan harus "didaftarkan", dan harus
mengemban suatu tugas khusus dalam pelayanan sosial gereja (5:9).
Kebaktian di dalam gereja mempunyai beberapa kebiasaan khusus: berdoa
dengan menadahkan tangan (2:8), kealiman dan kepatuhan wanita (2:11),
membaca, berkhotbah, dan mengajar (4:13), menumpangkan tangan untuk
memberikan karunia (4:14). Ketika generasi kedua dan ketiga gereja
mulai timbul, teologi gereja makin dianggap sebagai sesuatu yang sudah
semestinya dan makin kurang dianggap penting. Pertengkaran dan
perdebatan berkembang dari titik-titik perbedaan; ajaran sesat menjadi
suatu bahaya yang mengancam.
Riwayat Hidup Timotius
Diri Timotius sendiri merupakan sesuatu yang menarik untuk dipelajari. Dilahirkan
di Listra dari seorang ayah Yunani dan ibu Yahudi, ia dididik dalam
adat istiadat Yahudi dan diajari Kitab Suci sejak masih kanak-kanak.
Paulus menjadikannya sebagai muridnya dalam perjalanannya yang kedua
(Kisah Para Rasul 16:1-3), dan sejak itu Timotius selalu menyertainya
ke mana pun ia pergi. Ia turut mengabarkan Injil di Makedonia dan
Akhaya dan membantu Paulus waktu ia mengajar di Efesus selama tiga
tahun, di mana ia menjadi sangat mengenal kota itu serta
kebutuhan-kebutuhan jemaat di sana. Ia adalah salah seorang delegasi
yang ditunjuk ke Yerusalem (20:4) dan mungkin menyertai Paulus dalam
perjalanan kembali ke kota itu. Ia berada di Roma bersama Paulus pada
masa pemenjaraannya yang pertama, karena namanya muncul dalam kepala
surat Kolose (1:1) dan Filemon (1). Setelah Paulus dibebaskan ia
mengadakan perjalanan kembali bersama Paulus dan rupanya ditinggalkan
di Efesus untuk menjernihkan kekacauan yang telah berkembang di sana,
sedang Paulus melanjutkan kunjungannya ke gereja-gereja di Makedonia.
Pada akhir hidup Paulus ia mendampinginya di Roma (2Timotius 4:11, 21),
dan ia sendiri juga dipenjarakan (Ibrani 13:23), tetapi dibebaskan
kembali.
Timotius adalah orang yang dapat dipercaya namun kurang bersemangat. Ia
terkesan sebagai seseorang yang belum dewasa meskipun ia pasti telah
berusia sekurang-kurangnya 30 tahun ketika Paulus menugaskan dia untuk
memimpin gereja di Efesus (1Timotius 4:12). Ia penakut (2Timotius
1:6,7) dan sering terganggu pencernaannya (1Timotius 5:23). Surat yang
memakai namanya ini dimaksudkan untuk membesarkan hati dan meneguhkan
dia untuk menerima tugas berat yang dilimpahkan Paulus kepadanya.
Isi
Suatu ikhtisar yang terpadu dari surat ini sulit untuk dibuat karena
bentuknya yang berupa percakapan dan sifatnya yang sangat pribadi.
Beberapa kalimat nampaknya berada di luar konteksnya, seperti perintah,
"Jangan lagi minum air saja" (5:23). Ini adalah suatu ucapan
yang lumrah dalam suatu pembicaraan tidak resmi, di mana si pembicara
dapat menyelipkannya begitu saja saat terpikir olehnya tanpa
merencanakan suatu esei yang resmi. Kata pengantar (1:3-17)
menggambarkan garis besar dari keadaan darurat yang menyebabkan Paulus
meninggalkan Timotius di Efesus. Ia mengingatkan bagi Timotius
pengalamannya sendiri, yang merupakan suatu pola dari panggilan untuk
melayani. Ia berulang kali mengingatkan Timotius akan tanggung jawab
dari panggilan itu (1:18; 4:6,12,16; 5:21; 6:11,20), seolah-olah untuk
mencegahnya menarik diri dari suatu tugas yang sulit. Pelimpahan tugas
ini yang dibuka oleh kata-kata "Tugas ini kuberikan kepadamu
...." (1:18), menyangkut masalah kepentingan organisasi di dalam
gereja. Persoalan-persoalan ibadah jemaat, kepengurusan dan doktrin
gereja dijelaskan, dan kebijaksanaan tentang kepemimpinan gereja ditegaskan.
Dalam bagian teguran pribadi (4:6-6:19) Paulus menegaskan hubungan sang
penginjil dengan pelayanannya sendiri serta dengan pihak-pihak di dalam
jemaat, untuk menunjukkan bagaimana harus menghadapi mereka
masing-masing. Himbauan Paulus yang terakhir kepada Timotius sebagai
hamba Allah adalah suatu karya yang indah. Dalam keempat perintahnya,
jauhilah, kejarlah, bertandinglah, rebutlah (6:11-12,14), Paulus
menguraikan dengan ringkas unsur-unsur dari kehidupan pelayanan
pribadi.
9. STUDI KHUSUS : SURAT KEPADA TITUS
Latar Belakang
Menurut urutan waktunya Titus mengikuti 1Timotius. Paulus, setelah
meninggalkan Efesus, pergi ke Makedonia dan mungkin dari sana berlayar
ke Kreta, di mana ia pernah singgah dalam pelayarannya ke Roma. Dalam
kesempatan ini ia tinggal selama beberapa lama di sana, lalu
meninggalkan Titus untuk menyelesaikan pengukuhan jemaat dan
memperbaiki kesalahan-kesalahan di jemaat. Ada yang bertanya-tanya
apakah Paulus merasa bahwa waktunya tidak banyak dan ia ingin kembali
ke Efesus. karena ia berbicara mengenai mengirimkan Tikhikus ke Kreta
(Titus 3:12) dalam waktu dekat. Tujuannya yang terakhir adalah
Nikopolis (mungkin di Epirus), di mana ia merencanakan untuk tinggal
selama musim dingin.
Keadaan di Kreta sangat mengecewakan. Gereja tidak terorganisasi dan
tingkah laku para anggotanya sangat ceroboh. Bila perintah dalam pasal
2 adalah suatu petunjuk dari apa yang dibutuhkan oleh jemaat di sana,
maka para prianya lalai dan ceroboh, wanita-wanita yang tua suka
bergunjing dan bermabuk-mabukan, dan wanita-wanita mudanya malas dan
genit. Mungkin pemberitaan Injil karunia telah memberi kesan kepada
orang-orang di Kreta bahwa keselamatan oleh iman tidak ada hubungannya
dengan hidup tekun dan saleh. Enam kali (1:16; 2:7, 14; 3:1,8,14) dalam
surat yang pendek ini orang-orang Kristen diminta untuk melakukan
perbuatan baik. Meskipun Paulus mengatakan bahwa keselamatan tidak
dapat diperoleh karena perbuatan baik yang kita lakukan (3:5), ia
menyatakan dengan tidak kalah tegasnya bahwa orang-orang yang percaya
memelihara perbuatan baik dengan seksama.
Kerusuhan di Kreta ini disebabkan oleh gabungan dari kelemahan moral
yang berasal dari sifat bawaan bangsa Kreta (1:12-13) dan perintah
serta omongan sia-sia yang disebarluaskan oleh penganut Yudaisme, yang
menyangkal Allah (1:16), tidak tertib (1:10), suka mengacau (1:11) dan
hanya mencari keuntungan bagi diri sendiri (1:11). Guru-guru ini
berbeda dengan mereka yang mengacau Galatia, karena kesalahan mereka
berupa kejahatan moral, sedang yang di Galatia bersifat kepicikan
pelaksanaan hukum. Keduanya dikecam oleh surat ini.
Baik 1Timotius maupun Titus ditulis untuk menasihati seorang murid yang
tengah memecahkan persoalan-persoalan yang sulit sebagai gembala
sidang. Titus, penerima surat ini, telah menjadi kenalan dan rekan
Paulus selama 15 tahun atau lebih. Ia adalah seorang bukan Yahudi yang
menjadi percaya pada masa-masa awal di Antiokhia, yang pertobatannya
begitu meyakinkan hingga dijadikan teladan dari orang-orang percaya
bukan Yahudi yang tidak bersunat ketika Paulus dan Barnabas pergi ke
Yerusalem untuk menghadiri sidang (Galatia 2:1-3). Pasti ia menyertai
Paulus dalam perjalanannya yang ketiga, karena ia bertindak sebagai
utusan Paulus pada masa-masa yang sulit ketika ada pemberontakan gereja
di Korintus, dan ia telah berhasil membangkitkan sesal dan
mengembalikan kesetiaan mereka (2Korintus 7:6-16). Ia telah berkeliling
di Makedonia untuk menjalankan pengumpulan dana yang diprakarsai oleh
Paulus, dan telah dipuji dengan tulus oleh Paulus (8:16, 19, 23).
Mungkin ia termasuk di antara "kami" dalam Kisah Para Rasul
20:5, meskipun ia tidak pernah disebutkan namanya di mana pun di dalam
Kisah Para Rasul. Penyebutan namanya yang terakhir dalam Perjanjian
Baru menyatakan bahwa ia telah pergi ke Dalmatia (2Timotius 4:17). Nampaknya
ia mempunyai watak yang lebih kuat daripada Timotius dan lebih mampu
menghadapi perlawanan.
Isi
Secara umum isi dari Titus serupa dengan 1Timotius, kecuali pada
penekanan yang lebih kuat pada perumusan pengakuan iman. Paulus
menyatakan suatu rumusan kepercayaan Kristen yang paling lengkap dalam
seluruh Perjanjian Baru dalam dua paragraf (2:11-14; 3:4-7).
Perhatikanlah unsur-unsur yang terkandung dalam kedua paragraf ini:
Titus adalah suatu ringkasan yang baik dari pengajaran azas gereja
waktu ia sampai pada tahap pelembagaan. Meskipun ia ditulis bagi
seorang penginjil perintis, ia mewakili suatu gereja yang telah
melewati era perintisan dan telah memiliki kebijaksanaan dan iman yang
mantap. Kata "sehat" menyiratkan bahwa suatu standar azas
yang resmi telah ditetapkan, dan harus diikuti oleh kehidupan dan
pengajaran yang benar.
10. STUDI KHUSUS : SURAT 2 TIMOTIUS
Latar Belakang
Apakah keinginan Paulus untuk mengunjungi Spanyol pernah terwujud atau
tidak, tidak diketahui. Klemens dari Roma (tahun 95) mengatakan di
dalam suratnya bahwa Paulus "... mengajarkan kebenaran kepada
seluruh dunia, dan ketika ia telah mencapai batas wilayah Barat ia
memberikan kesaksiannya kepada para penguasa ...." Bila Klemens
menulis dari Roma, adalah sama janggalnya bila ia menyebut Roma sebagai
"batas wilayah Barat" seperti seseorang yang tinggal di
Chicago menyebut kota itu sebagai batas wilayah Barat dari Amerika
Serikat. Klemens tidak menyebut Spanyol, dan mungkin ia hanya
menduga-duga apa yang telah dilakukan Paulus bila dianggap bahwa
niatnya sudah terwujud. Akan menarik sekali bila kita dapat mengetahui
apakah Paulus jadi mengabarkan Injil di sana atau tidak, dan apakah
gereja yang mula-mula didirikan di Afrika Utara dan Britania telah
didirikan oleh murid- murid asuhannya.
Mengapa ia ditangkap juga tidak diketahui. Bila Aleksander si tukang
tembaga yang disebutkan di dalam 2Timotius 4:14 adalah sama dengan
Aleksander dalam Kisah Para Rasul 19:33, orang akan menduga bahwa ia
adalah pandai besi bangsa Yahudi yang bersungut-sungut terhadap Paulus
karena dua hal: pemberitaan Paulus tentang berkat yang cuma-cuma bagi
bangsa-bangsa lain, dan kelesuan perdagangan kuil-kuilan dewi di Efesus
karena kecaman Paulus yang penuh semangat menentang pemujaan berhala.
Keadaan di Efesus sangat panas. Paulus berbicara dalam 2Korintus 1:8
tentang "penderitaan yang kami alami di Asia Kecil. Beban yang
ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu berat, sehingga
kami telah putus asa juga akan hidup kami." Dalam Kisah Para Rasul
20:19 ia menyinggung tentang "pihak orang Yahudi yang mau membunuh
aku." Mungkin Aleksander, yang masih merasa sakit hati atas
larinya Paulus dari Efesus dan atas kerugian yang diderita
perusahaannya dan perusahaan kawan-kawannya, telah mengadukannya kepada
pemerintah Roma yang akhirnya menjatuhkan hukuman atasnya. Aleksander
juga dikenal oleh Timotius, dan nasihat Paulus untuk berhati-hati
terhadapnya menyiratkan bahwa ia berada di mana Timotius berada,
mungkin di Efesus.
Maka perjalanan ke Spanyol pada masa-masa itu pastilah suatu tafsiran
semata, dan jalur yang tertera pada peta paling-paling hanyalah suatu
kemungkinan. Bila perjalanan Paulus tepat mengikuti jalur yang
dinyatakan di dalam surat ini, berarti ia berhenti di Korintus (4:20),
di mana Erastus memilih untuk tinggal di Miletus, di mana ia
meninggalkan Trofimus yang sakit, dan di Troas (4:13). Urut-urutan yang
benar dari perjalanan ini tidak diberikan oleh si pembawa cerita. Ia
tidak singgah di Efesus, tetapi mengirimkan Tikhikus ke sana. Pasti dia
ditangkap secara tiba-tiba dan dibawa ke Roma, karena ia meninggalkan
rencananya yang belum selesai. Buku-buku yang ketinggalan di Troas
mungkin dimaksudkan untuk diambilnya kembali nanti, tetapi ia tidak
mempunyai kesempatan untuk melakukan itu. Di mana ia ditangkap tidak
diketahui; mungkin di Troas atau di Nikopolis.
Kesan umum dari surat-surat penggembalaan ini mengungkapkan suatu
gereja yang tengah mempertahankan diri melawan kedengkian dan
keirihatian orang-orang Yahudi yang frustrasi dan melawan ketidakacuhan
yang makin parah dari orang-orang kafir yang tidak bermoral. Paulus,
yang mewakili generasi perintis penyebar Injil dari masa yang lalu,
melimpahkan tanggung jawabnya kepada para pembantunya yang lebih muda
dan lebih bersemangat. Beberapa di antaranya, seperti Titus dan
Timotius, adalah pengganti-pengganti yang baik, dan yang lain-lainnya,
seperti Demas, tidak setia (2Timotius 4:10). Kedua Timotius adalah
pesan terakhirnya bagi para pembantu dan sahabatnya sebelum ia
menghilang dari sejarah.
Isi
Isi surat yang terakhir ini adalah suatu panduan dari ungkapan perasaan
pribadi dan kebijaksanaan kepemimpinan gereja, yang berupa kenangan dan
perintah, kesedihan, dan keyakinan. Tujuan utamanya adalah untuk
memperteguh Timotius untuk menerima tugas berat yang dalam waktu dekat
akan dilepaskan oleh Paulus. Ia menguraikan pola penggembalaan jemaat
dengan pertama-tama mengingatkan Timotius akan pengalaman pribadinya,
dan dengan mengikutsertakan ia di dalamnya, "Dialah yang
menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, ...
berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri" (2Timotius 1:9).
Berdasarkan panggilan ini, ia mendorong Timotius untuk menerima segala
kesulitan seperti seorang prajurit yang maju berperang (2:3), dengan
memasrahkan perencanaan strategi pada pimpinannya, dan mengabdi dengan
sepenuh hati dan tanpa pernah mengeluh di mana pun tenaganya
dibutuhkan. Dalam kehidupan pribadi dan dalam hubungan kemasyarakatan
dengan jemaat ia harus berlaku sebagai hamba Tuhan, tidak suka
berselisih tetapi selalu siap untuk membantu semua orang memahami
kebenaran Tuhan.
Gambaran tentang hari-hari terakhir, seperti paragraf yang serupa dalam
1Timotius 4:1-3, adalah serangkaian ramalan yang melukiskan ciri-ciri
dari keadaan yang kelak akan dihadapi gereja. Perisai yang dirumuskan
Paulus untuk menahan arus kefasikan adalah pengetahuan akan Kitab Suci
"yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada
keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus" (2Timotius 3:15).
Perintah terakhir (4:1-6) adalah suatu karya yang indah, dan harus
dipelajari dengan seksama oleh setiap calon penginjil.
(Sumber : Merrill C. Tenney, SURVEI PERJANJIAN BARU, Gandum Mas, Malang,
1995, 413 – 422)
Kepustakaan :
- John Drane, MEMAHAMI PERJANJIAN BARU, BPK Gunung Mulia, Jakarta,
1996, Halaman : 318 – 319, 344 – 345, 400 – 402.
- Tom Jacobs, RASUL PAULUS, Penerbit : Kanisius, Yogyakarta, 1984
Halaman : 9 – 13)
- Merrill C. Tenney, SURVEI PERJANJIAN BARU, Gandum Mas, Malang, 1995,
Halaman : 313 – 316, 360 - 365
- Charles Ludwig , KOTA-KOTA PADA ZAMAN PERJANJIAN BARU, Kalam Hidup,
Bandung, 1975, Halaman : 41 – 49
- J.L Packer.Merrill C.Tenney.William White,Jr, DUNIA PERJANJIAN BARU,
Gandum Mas, Malang, 1993, Halaman : 214 – 218
- Merrill C. Tenney, SURVEI PERJANJIAN BARU, Gandum Mas, Malang, 1995,
413 – 422
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar